12. Special Episode 1

1.4K 177 24
                                    

Tepat tengah malam ketika jimin akhirnya mengajak jungkook pergi dari tepi pantai. Tubuh mereka berdua menggigil akan udara dingin yang kian berhembus semakin kencang. Terlebih lagi ketika jimin melihat jungkook yang hanya mengenakan kaus tipis, karena jaket milik jungkook diberikan untuk jimin. Bukannya senang, jimin justru semakin tidak tega melihat jungkook menggigil, meski dalam hati jungkook tetap terasa hangat.

Tetapi sungguh, hal yang seharusnya mereka lakukan saat ini adalah menghangatkan diri dengan saling berpelukan diranjang, dibalik selimut. Saling berbagi kehangatan juga afeksi, menghargai kebersamaan yang selama ini sudah mereka sia-siakan

Jungkook masih ragu, apakah dia ikut masuk kedalam penginapan itu atau tidak. Karena, mungkin jimin masih belum benar-benar mengijinkan untuk kembali tidur bersama?
Tetapi.. Sudah 3 tahun sejak jungkook terakhir kali berdebar seperti ini.

Akhirnya jimin menoleh dan mendapati pemuda jeon itu masih berdiri di depan pintu penginapan, jimin mengernyit heran dengan senyum tipis mengembang di bibir.

"tidak mau masuk?" tanya jimin, suaranya sangat lembut membuat Jungkook lemah dibuatnya

"aku... Akan pesan kamar lain saja. Kurasa, aku belum pantas untuk tidur satu ranjang denganmu lagi. Aku-"

Jimin terkekeh "siapa juga yang ngajak tidur bareng? Kamu bisa tidur di sofa malam ini" ucap jimin sambil menunjuk ke arah sofa "cepat masuk, angin pantai semakin kencang. Kalau begitu aku mandi dulu, kalau kau lapar bisa pakai telefon di kamar dan pesan layanan kamar"

Aneh

Jimin terlihat santai, tidak gugup atau canggung. Karena kalau boleh jujur, jungkook gugup setengah mati. Bayangkan saja, 3 tahun lamanya terpisah oleh jimin dan akhirnya dipertemukan kembali. Bahkan bukan hanya bertemu, tapi kembali menjalin cinta. Tidak lagi sembunyi-sembunyi, tidak lagi merebut jimijn dari orang lain. Kini jimin sendiri, kini jimin sudah menjadi milik jungkook seorang.

Pemuda jeon itu akhirnya melangkah masuk kemudian duduk diatas sofa. Sesekali menyentuh bibirnya sendiri, seperti tidak percaya dia sudah berciuman dengan jimin. Ia menatap telapak tangannya yang beberapa menit yang lalu masih menggenggam erat telapak tangan jimin, jari saling bertautan, bergandengan tangan sambil mengayun, bercerita tentang kesibukan masing-masing selama 3 tahun ini.

Jimin bercerita bahwa sulit baginya untuk merasa bahagia, hingga terkadang ia berfikir untuk tidak akan lagi jatuh cinta. Tentu saja jungkook langsung menangis mendengarnya. Sedikit banyak pasti jungkook adalah salah satu alasannya, meski jimin berulang-ulang kali menyanggahnya.

Suara shower masih terdengar, mungkin sebentar lagi jimin akan keluar dari kamar. Rambut basah, memakai handuk hanya di pinggul, mungkin mereka akan melakukan..

Tidak...

Seharusnya aku tidak berfikir seperti itu.

Seharusnya saat ini jungkook masih memohon maaf atas apa yang telah dia perbuat. Tentang phone s3x, juga tentang percakapan dengan ayahnya di taksi. Karena berapa kali jungkook pikir, mungkin itu yang membuat sang ayah mengakhiri hubungannya dengan jimin.

Tidak...

Mungkin sebaiknya aku tidak menceritakan kejadian buruk itu ke jimin. Bagaimana kalau dia marah dan menyesal sudah kembali menerimaku? Bagaimana kalau dia tidak akan mau bertemu denganku lagi? Mungkin aku akan benar-benar menyesal seumur hidupku jika hal itu terjadi.

(not) My Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang