06. Vote

14 3 0
                                    

🔆Don't forget to click ⭐️🔆





••• 3 0 •••






•••

Kemarin malam.

"Cih, sudah malam belum pulang ternyata jalan sama Ketos."

Dia mendecih lagi dan memalingkan wajahnya, "Memang tidak pantas untuk Varrel."

"Maaf tidak boleh masuk." Cegah sang satpam.

"Kenapa?" Xila terheran pada satpam didepannya.

"Ini sudah malam dan ini adalah asrama laki-laki. Kamu nggak salah arah 'kan, Nak?" Satpam itu bertanya.

"Nggak. Saya mau ketemu pacar saya." Tegasnya pada satpam.

"Kalau begitu besok saja, setidaknya sampai saat ini belum ada berita akan kiamat terjadi besok, jadi kamu bisa tetap bertemu pacarmu besok."

"Tapi saya mau sekarang." Nada biacaranya menjadi tinggi.

Satpam yang tak lain bernama Pak Raka ini menggelengkan kepalanya, ia jadi pusing dengan kelakuan perempuan didepannya ini.

"Ngapain lo disini?" Suara itu tiba-tiba membuat mereka menoleh bersamaan, itu Nathan.

"Dapat uang berapa itu habis check-in?" Tanya Xila sambil tertawa garing.

"Kebalik kali ah, berapa uang yang dijanjiin sampai rela malam-malam kemari? Usir aja dia pak."

Mendengar itu Pak Raka segera menarik paksa Xila dari gerbang pintu masuk asrama laki-laki.

"Tidak tahu malu." Nathan menggeleng pelan dan kembali berjalan menuju kamarnya.

Selesai dengan perdebatan barusan, Varrel yang sedang kembali mengerjakan tugasnya tiba-tiba mendapat pesan dari seseorang.

Xila.
*sent a photo*

Ah, please, do not make any again.

Varrel sudah sangat lelah dengan sekolahnya, tugasnya, barusan bertengkar, lalu sekarang? Apalagi ini?

Varrel membuka foto yang dikirim oleh Xila barusan. Varrel seketika berdecak dan menyenderkan kepalanya pada kursi.

Xila
*sent a photo*

Varrel
okay, then?

Xila
wdym then?
kamu harusnya sadar bar.
liat kelakuan pacar buruk kamu itu.

Varrel
nathan sendiri udh cerita semua, jadi kamu gausah repot-repot ngelapor soal ini, thanks.

"Itu apa?"

Varrel mengikuti arah telunjuk Nathan, sebuah bucket bunga mawar yang tertata rapi diatas meja belajarnya. Varrel melepaskan pelukan Nathan dan mengambil bucket itu.

Dia menyerahkannya pada Nathan dengan senyum yang bisa di bilang setengah, sebab ia masih kesal dengan barusan.

"Buat kamu."

Nathan menerima dengan senyuman mekar, tak henti-henti dirinya memuji betapa indahnya bunga itu. Biarlah lelaki kecil itu alay hari ini, setidaknya itu di berikan oleh kekasihnya sendiri, bukan?

Sadar karena terlalu larut dengan bunga, Nathan menoleh pada Varrel. Dirinya tersenyum kembali dan memperlihatkan deretan giginya hingga matanya hampir menghilang.

Never Mind [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang