🔆click ⭐️ before start reading🔆
••• 3 0 •••
•••
Dua orang dengan tinggi yang jauh berbeda sedang menatap satu sama lain, perempuan itu mengambil tas ransel yang ada dipunggungnya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat yang tebal.
"Lo nggak bakal melanggar, 'kan?" Perempuan ini ragu akan laki-laki yang sedang diajaknya berbicara.
"Santai. Gua bakal lakuin semuanya dengan mulus." Ia mencoba meyakinkan lawan bicaranya.
"5 juta, cukup?"
"Tentu." Lawan bicaranya yang adalah seorang laki-laki menerima uang tersebut dan menjabat tangan sang perempuan, "Terima kasih kerjasamanya."
Keduanya saling tersenyum simpul tanpa mengeluarkan kata-kata lain.
Laki-laki tinggi itu kemudian pergi meninggalkan perempuan yang telah memberikannya uang barusan, takut jika ketahuan oleh seseorang atas apa yang dilakukan keduanya. Perempuan itu menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya, "Nathan, lo kalah."
•••
"Stt. Nggak apa-apa."
Nathan kini memeluk erat sang kekasih yang mencoba menenangkannya agar tidak menangis lagi. Ia bukannya tidak sedih, hanya saja tidak ingin Nathan tambah menangis. Lebih baik jika ia menghibur Nathan daripada ikut larut menangis.
"Kamu?" Nathan membuka pembicaraan.
"Kenapa, hm?"
"Sama siapa?"
"Ohh, Xila."
Nathan langsung jatuh keatas kasur yang empuk dan menenggelamkan wajahnya namun kali ini tidak menangis.
"Hey," Varrel menarik Nathan agar melihatnya dan kembali memeluk sang kekasih, "Jangan sedih."
"Nanti dia gatal," Ucap Nathan pelan namun dapat didengar oleh Varrel, "Terus kamu kepincut sama dia lagi."
"Ya nggak lah, 'kan cuman mentor doang." Nathan mengangguk pelan, "Kamu tetep yang paling lucu, aku mana bisa liat ke yang lain."
"Awas aja dia gatal sama kamu."
Varrel mengangguk, "Nggak sayang. Kalau dia aneh-aneh, aku langsung ngadu sama kamu, jangan takut, ya?"
"Kamu? Sama siapa?" Kini Varrel yang bertanya.
Jantung Nathan kini berdetak lebih kencang, suhu badannya tiba-tiba menjadi dingin. Takut jika Varrel bukan sedih namun marah, "Kak Jax." Jawabnya pelan.
"Jax? Jaxton?"
Nathan mengangguk tanda iya. Varrel menatap Nathan dan mengelus lembut punggung tangan kekasihnya, Nathan terlihat takut, "Bagus."
Nathan terkejut, apa ia salah dengar? Varrel tidak marah dan justru malah tersenyum senang padanya. Ah bukankah itu bagus jika Varrel tidak sedih seperti dirinya barusan? Varrel teman dekat Jaxton juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind [JAEYONG]
FantasyTentang Varrel yang terikat hubungan kekasih dengan teman sekamarnya, Nathan. Hubungan keduanya yang sebelumnya harmonis namun masalah demi masalah kian datang yang membuat keduanya menjadi renggang. Apakah mereka bisa melewatinya? Atau memilih untu...