🔆Don't forget to click ⭐️🔆
••• 3 0 •••
•••
Langkah Varrel terburu-buru, bahkan suara nafasnya bisa didengar seperti orang yang habis lari marathon. Kini ia sudah sampai di Rumah Sakit Bhayangkara.
"Permisi, apa ada pasien atas nama Xila Candata? Umurnya 17 tahun."
"Apa Anda yang saya hubungi tadi?" Varrel mengangguk kuat, "Pasien ada dikamar mawar nomor 17."
"Terima kasih." Varrel kembali berlari melewati bangsal hingga ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang duduk didepan ruangan di Rumah Sakit. Ia berhenti tepat didepan kamar nomor 17 Mawar.
Varrel menarik nafasnya agar kembali normal, dengan perlahan ia membuka knop pintu hingga memperlihatkan seseorang sedang tertidur lemas diatas tempat tidur.
"Xila?" Varrel memegang tangan Xila dengan perlahan agar Ia tidak terbangun. Sayangnya Xila memang tidak tidur sedari tadi. Xila menoleh kearah Varrel dan membuatnya tersenyum.
"Albar?"
Dapat Varrel lihat bibir Xila sangat pucat dan matanya lelah.
"Kenapa lo biarin diri lo sakit lagi? lo udah janji buat makan teratur 'kan?"
Xila menunduk, Varrel yang sadar langsung mendekat dan mengelus rambut Xila.
"Itu waktu lo masih sama gua, Bar. Sekarang? Apa peduli lo?"
"Apaansih! Cuma gara-gara kita nggak sama-sama bukan berarti lo bisa remehin kesehatan lo, ini 'kan yang bawa diri lo bukan gua."
Xila mengangkat kepalanya, raut wajah Varrel terlihat kusut begitu menjawab tadi, Xila bisa merasakan kalau Varrel khawatir dengan dirinya. Apa cuma pakai cara ini biar Varrel bisa balik lagi? Apa ia harus sakit gini biar Varrelnya bisa begini lagi?
"Bar." Xila mencoba memanggil Varrel.
"Kenapa?" Varrel berhenti mengelus rambut Xila dan menunduk. Xila menarik tengkuk Varrel dan mendekatkannya dengan wajah Varrel hingga bibir mereka bertemu.
Satu kecupan.
Xila dan Varrel tidak bergerak sama sekali, Xila memejamkan matanya sedangkan Varrel masih terkejut dan membuatnya terdiam.
1 detik..
2 detik..
3 detik..
Xila mencoba membuat pergerakan namun Varrel sadar dan mendorong Xila hingga Xila sedikit membentur kepalanya dibagian bantal.
"Maaf Bar."
•••
Varrel masuk kedalam kamarnya, bisa ia lihat Nathan sedang tidur dengan damai, beruntunglah. Jika ia pulang dengan Nathan yang belum tidur, bisa-bisa ia diinterogasi, ia tidak mau menciptakan masalah diantara hubungannya. Ia tahu ia salah karena tiba-tiba pergi begitu saja tanpa pamit atau ijin dengan kekasihnya namun entah setan darimana yang menyelubungi pikirannya tadi hingga ia langsung pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind [JAEYONG]
FantasíaTentang Varrel yang terikat hubungan kekasih dengan teman sekamarnya, Nathan. Hubungan keduanya yang sebelumnya harmonis namun masalah demi masalah kian datang yang membuat keduanya menjadi renggang. Apakah mereka bisa melewatinya? Atau memilih untu...