My Boyfie 29 || Tantangan

3.8K 306 1
                                    

Lima belas menit kemudian, mereka tiba di depan rumah Ara. Ara segera turun dari motor besar milik Rafa yang berwarna hitam. Dia takut Ayahnya akan tau dia pulang bersama seorang laki-laki.

"Makasih banyak, Raf. Gue masuk, ya."

Setelah mengucapkan kalimat itu Ara buru-buru masuk ke dalam rumah tanpa menunggu lagi jawaban dari Rafa.

Rafa sedikit bingung melihat tingkah Ara yang terkesan terburu-buru dan panik. Tapi tidak masalah, yang terpenting dia bisa pamer pada teman-temannya kalau hari ini dia yang mengantarkan Ara pulang. Sesimpel ini kebahagiaannya jika berkaitan dengan Ara.

Ara cewek cantik, banyak sekali lelaki yang mengejarnya. Bahkan, teman-temannya Rafa juga. Mendapatkan Ara itu saingannya berat, yaitu cowok ngebosenin seperti Reyyan tetapi Ara sangat menyukainya.

"Coba kalo lo pacar gue, Ra. Gue bikin lo bahagia tiap detik."

Rafa tersenyum sambil memperhatikan rumah Ara. Kalau anggotanya melihatnya senyam-senyum seperti ini, pasti dia sudah diejek habis-habisan.

Senyum Rafa beda. Dia merasa benar-benar senang karena pertemuannya dengan Ara, tadi. Senyum itu tulus dari dalam hatinya.

"Apa lo bisa jadi milik gue?" Pertanyaan itu selalu melekat di otak Rafa. Rafa selalu memikirkannya setiap waktu.

***

Malamnya, Ara makan malam di meja makan bersama keluarganya dan harus diakhiri dengan omelan sang Ayah. Ara tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah dimarahi Ayahnya.

"Tadi cowok yang nganterin Kak Ella pulang, siapa, Kak?" Zilla bertanya saat mereka masih di meja makan.

Mendengar pertanyaan itu, Ara memelototi Adiknya untuk diam. Kenapa takdirnya harus punya Adik yang seperti ini? Suka cari masalah agar Ara bisa dimarahin.

Rafka tidak ikut berkomentar. Tetapi hanya memperhatikan wajah dan gerak-gerik Ara. Anaknya itu pasti sudah berbohong.

Ara menghela napasnya. "Temen eskul," jawabnya.

"Rey gak bisa nganterin, karena masih ada urusan. Terus ada yang nawarin tumpangan. Orangnya baik sama Ella, jadi Ella mau," jelas Ara pelan-pelan agar Rafka tidak salah paham.

"Mau Ayah suruh sopir buat jemput kamu?" Kali ini Rafka tidak marah. Dia lebih yakin kalau Ara pulang bersama sopir daripada bersama teman lelakinya.

Bukan tanpa alasan Rafka selalu melarang Ara, tapi itu semua demi kebaikan Ara sendiri. Di luar sana banyak sekali kejahatan.

Ara masih ragu. Menolak, dia yakin ayahnya akan marah lagi. Tetapi kalau diterima, dia tidak akan bisa pulang bersama Reyyan lagi. Tidak, dia tidak mau.

"Sopirnya bisa gak pas Ella gak ada yang nganterin pulang, Yah?" Ara menyahut perkataan Ayahnya sambil menyengir.

"Enggak. Gak usah ngerepotin orang, kamu pulang dijemput sopir."

Ayahnya terdengar tidak ingin dibantah. Ara mengerucutkan bibirnya, kesal. Dia sebenarnya juga bisa pulang sendirian naik apapun, tetapi Ayahnya bawel.

"Maksud Ayah gini, Ella dijemput sopir biar aman pulangnya. Ella juga gak akan bingung lagi mau pulang sama siapa." Nayna ikut membuka suara, memberi Ara pengertian kalau yang Rafka katakan itu benar.

Ara terdiam, tidak menyahut. Kemudian tiba-tiba dia bangun dari duduknya dengan air muka yang sulit dijelaskan.

"Iya. Ella mau ke kamar." Ara melangkah pergi dari meja makan tanpa mengatakan apapun lagi.

Ketiga orang yang masih ada di meja makan memperhatikan Ara yang mulai menjauh. Mereka sadar akan sesuatu, sepertinya mood Ara setelah pulang sekolah sedang tidak baik. Entah apa masalah gadis itu.

My Boyfie (RE-UPLOUD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang