-|Sacrifice feelings|-

710 150 3
                                    

"Panggil Kim Doyoung, sekarang juga." Desis Junkyu menggertak, tatapannya tajam dengan rahang mengeras. Sorot matanya seperti di rasuki Iblis. "Atau kalian mati terpenggal."

"Maafkan hamba Pangeran, Ketua prajurit saat ini sedang menghampiri Pangeran bungsu." Ucap prajurit itu menegak darah. Mulutnya basah oleh cairan merah. Punggungnya terasa nyeri berdenyut, ketika merasakan tulangnya retak.

Junkyu mengeram marah. Ketika kakinya yang di balut sepatu pentofel itu menginjak kepala prajurit, matanya lebih dulu menangkap figur Putra Mahkota, yang kabur dari pernikahan. Tentu hal itu, mampu membuat nama Orlankim menanggung malu, karena Putra bungsu mereka.

"Sedang apa kau di sini, Junkyu?"

"Harusnya aku yang bertanya," Junkyu langsung memberikan tatapan tajam, dengan emosi meledak, "Sedang apa kau di sini, sampai harus kabur dari pernikahan?" Pangeran sulung itu mencengkeram kuat leher adiknya, "Kau membuat malu."

Tangan Doyoung mencengkeram lengan Junkyu yang menjerat lehernya. Tatapannya dia arahkan tajam, tepat di satu titik. "Sampai kapanpun, aku tidak akan menikahi perempuan lain."

Junkyu terkekeh, "Kau tidak mau pun, aku akan menyeretmu kembali ke kerajaan."

Doyoung menarik lengan Junkyu sampai terlepas. Cengkeraman tangannya di lengan Junkyu menguat, dengan nafas berhembus berat. "Kita bertarung disini."

"Setuju," Balas Junkyu tersenyum remeh dengan kaki yang mundur dan tangan memegang ujung pedang. "Kau kalah, kau harus rela ku seret kembali ke kerajaan. Dan menikahlah sesuai peraturan."

Doyoung berdesis. Tangannya menggenggam kuat ujung pedang. Sejenak, dia menatap takdirnya yang berdiri di belakangnya. Bibir Yujin menipis, dengan kepala menggeleng pelan. "Kembali saja, aku tidak apa-apa.."

Doyoung mengulas senyum tipis, sebelum kembali menatap tajam ke arah Junkyu dengan genggaman di ujung pedang menguat.

Yujin menghembuskan nafas sesaknya. Pandangannya matanya menatap seorang berjubah hitam yang bersembunyi di balik semak. Tatapan Yujin menajam, mencoba memperjelas sinkron warna antara gelap dan warna hitam.

"Jelas sekali ada yang memantau dari sana." Batin Yujin mengeram marah. Gadis itu menatap kekasihnya. Bukan ide yang bagus untuk memberi tau takdirnya. Lebih baik.. dia ikut membantu diam-diam.

Angin berhembus sangat kencang, ketika itu, dua Pangeran Orlankim saling berlari ke arah satu sama lain. Pedang mereka beradu, dengan kaki bertahan di atas tanah. Tatapan mereka menusuk, menghancurkan kepercayaan diri untuk mengalahkan saudara.

Keduanya bertarung dengan perasaan kebas. Tidak ada lagi yang bisa di perbaiki. Personal yang berada di pihak berbeda di dalam kompetensi, tak akan ada habisnya dalam diri mereka sendiri untuk menunjukan kemampuan dalam perbedaan yang setara.

sring!

Junkyu menahan pedang Doyoung yang akan menghunus perutnya dengan tangan. Darah menetes ke tanah dari telapak tangan. Tatapan Junkyu mengarah ke pedang Doyoung yang terus memberikan tekanan untuk masuk lebih dalam, sebelum akhirnya dia mengangkat kepala dengan tangan satunya yang menebas leher adiknya, namun tertahan dengan tangan Doyoung.

duakh!

Tubuh Junkyu terseret jauh ke belakang dengan posisi berdiri sebelum satu lututnya jatuh ke tanah. Dia berdesis begitu cairan kental jatuh dari sela bibirnya. Tatapan tajam, menusuk adiknya yang berjalan ke arahnya kemudian menodong pedang ke arahnya.

"Kau menyerah?"




Swing~
Tang!




Doyoung berhasil menebas anak panah yang meluncur ke arahnya. Tubuhnya yang berbalik, di ambil kesempatan oleh Junkyu yang langsung menodong pedang ke depan leher Doyoung.

"Kau bermain curang, Kim Junkyu."

Junkyu tertawa serak, "Aku tidak perduli. Kau harus kembali ke istana. Menurut atau ku seret?"

Doyoung berdecih. Tatapannya teralih, mencari keberadaan takdirnya. Dia berkedip, merasa janggal. "Kau memakai istriku untuk menarik-ku kembali ke kerajaan?"

Junkyu terkekeh, "Aku tidak memakai sandera dalam pertarungan."

Dukh!

Junkyu mundur, ketika lututnya di tendang. Doyoung langsung berlari, mencari keberadaan Yujin. Sampai Pangeran bungsu itu sampai di taman istana, namun tak kunjung mendapati Yujin.

"Kembalilah ke Orlankim, dan menikahlah dengan Putri Lee. Takdirmu bersamaku, dia aman, selama kau menikahi Putri Lee dalam kurun waktu esok fajar."

Suara itu pergi, menghilang di tarik angin. Doyoung tidak bisa merasakan apapun selain dadanya yang bergemuruh cepat, ingin meledak. Kepalan tangan mengeras, rahangnya yang tajam tertarik saat sensasi emosi memanaskan darahnya.

Kakinya berbalik, pergi ke area gerbang. Saat ini, tidak ada pilihan. Yang terpenting, Yujin kembali kepadanya, meski harus merelakan perasaannya yang mati terhadap Cadenza. Mengorbankan perasaan Yujin, untuk pernikahan ini, adalah hal yang paling Doyoung sesali.

Junkyu yang melihat Doyoung naik ke atas kudanya, tersenyum miring. Kuda yang seharusnya dia pakai untuk kembali ke istana itu di bawa oleh Doyoung. Tidak masalah, selama Doyoung kembali ke kerajaan, dan membawa kembali nama Orlankim membaik.

"Ini demi Ayahanda, dan Ibunda-mu."

***

Yujin terus memberontak, dengan tatapan tajam ke arah sosok berjubah hitam yang duduk di atas kursi kayu. Saat ini, Yujin masih belum memastikan dia berada dimana, tapi yang pasti, ini Menara penyihir.

Bola mata Yujin teralih, menatap dinding batu abu-abu yang menjadi tembok. Ruangan ini terlalu sempit, dengan bentuk ruang lingkaran. Lantainya dingin, telapak kakinya seakan kaku untuk bergerak.

Sosok berjubah hitam itu berdiri. Dia menghampiri Yujin kemudian berjongkok di depan gadis itu. Tatapan Yujin menajam, seolah memperingatkan untuk sosok itu agar tidak bersikap keterlaluan.

Sosok itu tertawa, "Santai saja. Aku hanya akan melakukan tugas-ku. Aku tidak akan macam-macam padamu, kecuali jika Lee menyuruhku." Bibirnya tersenyum tipis, tampak aneh.

Sosok itu menghilang dalam sekali kedipan. Yujin menoleh sana-sini, dia tidak mendapati keberadaan sosok itu lagi dalam ruangan ini. Nafasnya dia hembuskan perlahan, dengan kepala yang bersandar.

Memikirkan keadaan takdirnya saat ini, membuat hati Yujin resah. Cemas seakan menguasai hatinya menjadi lebih murung. Jika saja hari itu, dia mencegah Pangeran bungsu untuk pergi, mungkin semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Matanya perlahan terpejam, membuat setetes air jatuh. Saat ini, Yujin tidak bisa memikirkan apapun. Dia dan Doyoung terlalu banyak pertentangan dari banyaknya pihak. Sejak awal, Yujin tau pernikahannya dengan Putra Mahkota itu akan mendatangkan banyak masalah.

Sekali lagi, hembusan nafas keluar. "Tuhan.. apapun jalan yang aku lewati bersama Pangeran, semoga itu akan mendapatkan kebahagiaan yang setimpal di akhir cerita kami.."

Prince(ss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang