-|honor|-

385 33 3
                                    

Yujin masuk ke dalam padepokan milik Sungre. Tempat yang di sewa Sungre, lumayan untuk di tempati. Yujin mengira, Sungre bukan warga desa biasa di wilayah Orlankim.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu, Putri."

"Selama tinggal di wilayah Orlankim, aku tidak pernah melihatmu atau mengenalmu. Jujur saja, dari penampilan dan.. tempat sewa ini, kau bukan warga biasa, kan?" Tebak Yujin membuat Sungre sedikit merasa lucu dengan pertanyaan Yujin.

"Putra Mahkota bahkan tidak mengenalku, apalagi Tuan Putri." Kekehnya bercanda. "Itu hal yang wajar. Selama ini, aku tidak tinggal di Orlankim meski aku lahir disana. KimBo wilayah pinggir Orlankim, banyak penjahat masuk lewat sana. Dan aku adalah ksatria."

"Kau.. keturunan keluarga ksatria?"

"Bisa dikatakan begitu, tapi tidak juga." Jawabnya memusingkan. Yujin dapat melihat, meski Sungre tersenyum tipis, tapi kedua tatapannya tidak berbohong jika ada yang membuatnya sakit.

Merasa jika Sungre tidak ingin melanjutkan pembicaraan seperti ini, Yujin memilih diam. Sungre akhirnya mengajak Yujin pergi ke kamar yang akan di tempati sementara oleh gadis itu.

Ketika masuk ke dalam kamarnya, Sungre izin untuk pergi keluar sebentar. Yujin memilih untuk diam di kamarnya, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia tidak bisa hanya membiarkan takdirnya bekerja sendirian untuk mengurus permasalahan antar kerajaan mereka.

Meski hanya ada satu cara, tapi apakah benar itu jalan yang terbaik? Membebani punggung takdirnya menjadi Raja disaat umurnya masih muda, apakah jalan yang terbaik? Tapi pasti, Putra Mahkota sendiri sudah dilatih berat untuk menjadi Raja kapan saja.

"Bagaimana ini? Apa aku harus memohon pada Ayahanda sekali lagi?"

Yujin berdiri dari duduknya, dan pergi ke satu meja kayu. Dia mengambil pulpen tinta berbulu dan menuliskan sesuatu di kertas. Setelah menuliskan beberapa kata, Yujin memilih meninggalkan tempat penginapan Sungre dan pergi bersama prajuritnya untuk kembali ke istana.

Segera. Yujin akan menghentikan peperangannya.

***

Istana sangat sibuk.

Baik wilayah Orlankim maupun wilayah Ahnalon. Keduanya sama-sama mempersiapkan peperangan keluarga yang tidak pernah terukir dalam sejarah. Karna dosa yang dilakukan Putra Mahkota Orlankim, pihak kerajaan Ahnalon tidak terima. Karna itu, mereka menggiring masalah ini pada perang.

Tentu saja, Kim Doyoung dan Ahn Yujin sama-sama berusaha untuk mencegah perang terjadi. Tapi keduanya masih belum memiliki kekuatan untuk menghentikan perang.

Karna itu, Doyoung memilih untuk menerima penobatannya hari ini. Seolah tidak diberi istirahat, Doyoung langsung melaksanakan penobatan tidak resmi karna keadaan istana yang kacau. Karna itu, hanya tetua yang memberikan penobatan dan penyerahan tahta kerajaan pada Putra Mahkota- Kim Doyoung.

"Dengan mahkota di atas kepala Baginda, pimpinlah negeri ini. Tuhan akan menjadi penuntun jalan Baginda untuk membawa negeri ini menuju kemakmuran, ketentraman, dan kedamaian." Tetua kerajaan berpidato menyampaikan ayat penobatan. Beliau menatap Doyoung, "Di tangan anda, ada jiwa kami rakyatmu, Baginda."

Acara tidak resmi ini tidak dikunjungi rakyat, hanya keluarga kerajaan di aula istana. Dinobatkan oleh Tetua bukan Pli Aga. Waktu yang termasuk singkat itu berakhir, Doyoung mulai pergi ke kantor Raja. Ada perasaan aneh sewaktu dia berdiri di depan pintu kantor Raja.

"Doyoung, mau ayah beri tau sesuatu?"

Doyoung kecil mengangguk. Dia duduk di taman menatap langit penuh bintang sebagai simbol para Raja terdahulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince(ss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang