"Egó, i kásta tou póthou, se kaló, o mágos ton nychión."
Kabut hitam berkumpul dengan angin yang berhembus hebat. Cadenza terus mengucapkan mantra pemanggilan dengan mata terpejam. Kemudian ketika merasakan penyihir itu sudah di depannya, dia kembali membuka mata dan langsung menyodorkan tangannya.
Penyihir itu menaruh kalung berliontin ular Mamba Hitam yang melingkar di kalungnya pada Cadenza. Begitu di terima Nonanya, Cadenza langsung pergi berbalik badan dari pandangan penyihir itu.
Selama perjalanan, Cadenza terus tersenyum sembari menatap kalung di tangannya. Dia mengetahui rumornya. Mendapat kalung yang di buat penguasa kasta penyihir atas bukanlah suatu yang mudah di dapatkan. Kalung Mamba Hitam dari kasta Sfra milenium ke tujuh saat ini ada di tangannya.
"Aku yakin, Yujin tidak akan menolak penawaranku." Gumam Cadenza dengan senyuman manis yang licik.
***
"Bertahan. Aku sudah meminta Ayahanda untuk turut membantu merebut kalungmu." Kata Yujin dengan tangannya yang mengusap puncak rambut Pangeran. Melihat Doyoung terus-menerus meringis sakit, dengan kondisi kekurangan energi membuat Yujin tidak tenang.
Yujin kemudian mengeratkan pegangannya di telapak tangan Pangeran yang basah. Berusaha menguatkan suaminya untuk melewati beberapa saat lagi sampai kalung itu kembali.
Doyoung menarik nafasnya dalam dengan menggenggam erat tangan Yujin. Kemudian kepalanya menoleh ke arah istrinya, menatap wajah yang tepat berada di depannya. Kemudian bola matanya teralih, fokus ke arah kalung yang tergantung di leher Yujin. Pelan-pelan bibirnya mengukir senyum, memandangi cantiknya kalung itu berada di leher istrinya.
"Kau cocok memakainya, seperti Ibunda."
Yujin diam, tidak bisa mengucap apapun untuk balasan.
"Aku.. seperti di temani Ibunda, seperti dulu. Denganmu aku merasa nyaman, dan tenang." Pangeran menelan salivanya, merasakan nafasnya kembali hilang kendali. "Dulu aku selalu ingin Ibunda bersamaku. Sekarang, aku selalu ingin istriku bersamaku untuk waktu yang lama." Ucap Pangeran yang mampu membuat mata Yujin panas sampai memburam pandangannya.
"Aku selalu bersamamu, aku janji." Balas Yujin akhirnya, kemudian memeluk suaminya.
Doyoung tersenyum, tangannya mengusap punggung Yujin. "Terima kasih."
Baru saja keduanya hanyut dalam kehangatan, Cadenza memanggil Yujin untuk keluar. Karena itu, Yujin melepas pelukannya dan izin untuk keluar sebentar.
Begitu keluar, Yujin langsung memberikan tatapan datar, terkesan tidak menyukai keberadaan Cadenza. Tapi seakan tidak perduli, Cadenza langsung menarik lengan Yujin untuk menjauh dari ruangan Pangeran.
"Lepas!" Tegas Yujin memutus pegangan Cadenza. "Apa maksudmu membawaku menjauh dari ruangan Pangeran?"
Cadenza membuang nafas malas. "Dengar, aku memiliki penawaran yang bagus untukmu."
Tidak tertarik, Yujin hendak pergi namun Cadenza lebih dulu menggenggam tangannya dan mencengkeramnya kuat.
"Aku punya kalung Pangeran, jadi kalau kau mau Pangeran mendapatkan kalungnya kembali, ayo kita bersepakat."
***
Junkyu membanting semua dokumen yang ada di tangannya ke meja. Pangeran itu merasa marah saat membaca dokumen yang baru saja dia banting.
Jelas di dalam dokumen itu tertulis jika Raja hanya memiliki satu Putra dari rahim Ratu Orlankim pertama. Junkyu begitu benci satu fakta ini, dimana saudaranya yang lahir sebagai Putra tunggal kerajaan, dan dirinya Putra bayangan yang tidak jelas bagaimana kelahirannya.
Tidak ada satu catatan apapun mengenai dirinya. Kelahirannya, ataupun warisan tahta pada dirinya. Sedangkan segala hal tentang saudaranya tertulis rapih di dalam dokumen yang baru saja dia baca.
Yang Mulia Ratu masuk ke dalam ruangannya. Bola matanya melihat ke arah Putranya. Seakan dapat membaca tatapan putranya, Yang Mulia Ratu menghela nafasnya berat. "Ini yang kita dapatkan jika menjadi bagian kedua."
Tatapan Junkyu yang semula ke bawah, berubah menjadi ke arah Ibundanya.
"Apa maksud Ibunda?"
"Yang kedua mungkin lebih indah, tapi yang pertama terlalu pekat cantiknya." Yang Mulia Ratu berbicara tenang, menghadapi tatapan Putranya. "Seberusaha apapun untuk menyingkirkan pertama, yang kedua tidak akan pernah bisa menjadi pertama. Dunia ini kita memakai prinsip, yang pertama, dia yang dapat."
"Tapi aku yang lahir pertam―"
"Sayangnya kau lahir dari rahim Ibunda." Sela Yang Mulia Ratu, dengan wajah mulai berubah menjadi lebih menyedihkan. "Sudahlah, tidak perlu di fikirkan lagi. Ibunda kemari ingin memintamu untuk pergi mengambil kalung―"
"Tidak." Junkyu menyela, dengan nada tajam. "Suruh siapapun, selain aku." Tegasnya kemudian pergi dari ruangannya.
Yang Mulia Ratu kembali menghela nafasnya dan pergi ke meja Junkyu. Tangannya mengambil dokumen yang terbuka dan melihat setiap tulisan di dalamnya.
"Jika memang Kim Junkyu menginginkan status Putra Mahkota, apa yang harus ku lakukan?"
***
Yujin duduk di sisi ranjang dan langsung menggenggam tangan suaminya. Merasakan tangannya di genggam, Doyoung membuka matanya dan manik hitamnya langsung bertemu dengan mata indah istrinya.
"Kenapa lama?" Tanya Pangeran, nada suaranya kecil dan serak.
"Maaf," Yujin tersenyum tipis dan mengusap punggung tangan Doyoung. "Aku ingin meminta persetujuan-mu. Aku fikir, aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri." Ucap Yujin pelan.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Doyoung sembari berusaha bangun dari tidurnya. Yujin dengan cepat membantu Doyoung dan perlahan menyenderkan punggung suaminya di tembok.
Kini Yujin duduk di sisi ranjang, tepatnya di depan takdirnya yang kini bersandar lemas. Kepala Yujin merunduk, menggenggam kuat telapak tangan takdirnya. Doyoung yang merasa pembicaraan ini akan berat, mengusap rambut Yujin.
"Tidak apa-apa, katakan saja." Bisik Pangeran.
Akhirnya Yujin menarik nafas dalam. Maniknya menatap wajah takdirnya yang mengangguk meyakinkan. "Putri Cadenza berhasil mendapat kalung Pangeran dari penyihir itu. Walaupun aku tidak tau bagaimana dia mendapatkannya, dan ini terasa sangat aneh, tapi bagiku itu bukan hal penting." Kata Yujin memulai pembicaraannya. "Sekarang, aku ingin mendengar jawaban Pangeran tentang persetujuanku dengan Putri Cadenza."
Aneh. Doyoung merasa ucapan Yujin selanjutnya bukan hal yang bagus.
"Pangeran bisa mendapatkan kalung Pangeran, tetapi dengan syarat, Pangeran harus malam pertama dengan Putri Cadenza."
Alis Pangeran berkerut tajam. "Kenapa dia harus memberikan syarat?" Pangeran menghela nafas berat, merasa kesal.
Yujin membasahi bibirnya yang kering. Atmosfir berubah sangat cepat. "Aku tau, seorang istri memang tidak di perbolehkan melakukan hal seperti ini pada suaminya. Tapi aku menolak pun, justru membuat Pangeran semakin menderita."
"Kau menerimanya?" Tanya Pangeran tajam, dengan kening berkerut.
Yujin awalnya diam, tapi dia menggeleng. "Aku kan kemari karena ingin meminta persetujuan Pangeran dahulu. Aku juga bingung, aku tidak ingin kau melakukannya bersama Putri Cadenza lebih dulu, tapi aku juga tidak ingin kau menderita." Cicit Yujin pelan, kepalanya dia rundukkan kembali.
Doyoung tersenyum tipis, tangannya mengangkat wajah takdirnya hingga mereka saling bersitatap.
"Jangan khawatir, aku janji akan jadikan kau yang pertama, princessku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince(ss)
Fanfiction[straight] ―Ahn Yujin, Princess yang berasal dari kerajaan Ahnalon, menikahi Prince kerajaan Orlankim, Kim Doyoung. Keduanya terikat karna tetua di dua kerajaan meramalkan keselamatan keduanya jika mereka menikah. [UPDATE JADWAL; SABTU] ⚠️Memuat fot...