03 : Harapan Yang Salah

468 94 37
                                    

Happy Reading!
Monochrome - chapter three
3. HARAPAN YANG SALAH

 HARAPAN YANG SALAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Fajri, lelaki itu tengah menyusuri jalan sendirian. Batu-batu kerikil yang berserakan di jalan ia tendang-tendang ke sembarang arah. Membiarkan batu-batu kerikil itu di hempas ke sembarang arah, seolah-olah ia tengah menghempas semua beban dirinya.

Kadang Fajri heran kenapa ia yang selalu di salahkan tentang ini semua. Yaa, ia juga tahu ia salah. Tapi ... kejadian itu tak sengaja. Bahkan ia tak tahu kalau rem motornya blong di saat mengendarai motornya, yang menyebabkan Shaka koma hingga bulan ini. Apa pantas ia yang di salahkan akan semua ini?

Huh? Bagaimana nanti jika Fenly tahu kalau ia selalu di-bully di sekolah? Apa dia akan marah? Ahh, kalau di bayangkan juga Fajri tak sanggup melihatnya. Sudah di pastikan nanti Fenly akan marah besar padanya.

Kini ia mulai menenggakan wajahnya dan mulai berjalan dengan serius. Akan tetapi matanya terbelakak ketika mendapat sekelompok rombongan orang yang berjejer menghalangi Fajri berjalan. Tapi ia ingin tetap menerobos, namun—

"Wih, ada seorang pembunuh di sini, nih!" kata salah satu di antara kelompok rombongan itu.

"Enaknya kita apain ya kalau pembunuh kayak gini, tuh? Kita hajar enak nggak, sih?" kata temannya yang lain.

"Yoi, enak tuh. Langsung aja lah, sikat!" seru orang yang berlagak sebagai kapten di sekelompok itu.

Sementara Fajri berlari ke belakang, menghindari mereka. Akan tetapi mereka malah menghampiri Fajri dan malah mengepungnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Fajri mengambil handphone nya di saku celananya lalu mencoba menelfon Fenly, ingin meminta pertolongan. Saat telepon di angkat oleh Fenly, Fajri menghela napas lega lalu ia mulai bicara, "Halo—"

"Ji, gue lagi latihan, jangan ganggu dulu," potong Fenly begitu saja tanpa mendengarkan perkataan Fajri lebih lanjut.

Fajri menghela napas, Abangnya ini kalau sudah latihan memang tak bisa di ganggu! Padahal Adiknya lagi dalam bahaya. "Tapi Kovel ... Aji mau minta tolong,"

"Shhh, Kakak lagi sibuk, minta tolong yang lain aja, ya? Bye, Ji!"

"Tap—" belum sempat Fajri selesai bicara Fenly di sebrang sana malah mematikan sambungan telepon secara sepihak. Lantas kini ia harus meminta pertolongan pada siapa?
"Ck-ck ada yang minta pertolongan tapi malah nggak di tolongin? Kasian,"

"Kasian banget sih, utututu,"

"Mau lo semua apa, sih?!" tanya Fajri dengan berani.

"Kita? Mau ngasih lo pelajaran, kenapa? Masalah?"

Fajri tersenyum miring. "Enggak. Gue nggak takut sama sekali malah, ayo mau ngasih gue pelajaran apaan? IPA? IPS? MTK? Biologi? Fisika? Kimia? Geografi? Atau apa? Sini lah, pelajaran mah gampang," ujarnya seraya menantang dengan gaya.

Monochrome - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang