06 : Kegilaan Alden

472 96 79
                                    

Happy Reading!
Monochrome - chapter six

***

Pagi-pagi begini, rasanya Fiki masih dalam mode malas, apa lagi mata pelajaran pertama hari ini adalah penjaskes, mapel paling meresahkan bagi Fiki. Anaknya emang lebih suka rebahan daripada olahraga, sih.

Karena murid-murid kelas X IPS 2 pagi ini masih belum pada datang semua, akhirnya Fiki memutuskan untuk merebahkan kepalanya di atas meja sembari menunggu pelajaran pertama dimulai, lumayan tidur bentar.

Bruk!

Suara tas yang diletakkan dengan tidak santai di atas kursi membuat Fiki terusik, ia menolehkan kepalanya, mengecek siapa orang yang barusan melempar tas tersebut.

"Astaghfirullahaladzim, setan?!"  celetuknya kala menoleh ke samping dan disuguhi penampakan wajah Zweitson yang baru saja datang.

Masalahnya, ini muka Zweitson beler banget, mana pucat kayak mayat hidup. Jadi nggak salah dong kalau Fiki ngira dia setan?

"Sembarangan, ini gue kali, bukan tuyul!"

"Kaget gue, lu abis begadang, ya?"

"Iya, abis marathon drama. Napa emang? Kepo amat!" ketus Zweitson, slek banget kayaknya sama Fiki.

Tapi sebenarnya dia bohong, sih. Semalam Zweitson nggak bisa tidur bukan karena habis marathon drama, tapi karena pertengkaran dirinya dengan Levan yang membuat pikirannya terus berkecamuk, apalagi setelah Gilang datang ke kamarnya dan menenangkannya malam itu, tangis Zweitson jadi pecah dan emosinya naik turun.

Makanya, matanya masih sembab dan kelihatan kurang tidur sekarang. Tapi ya sudah lah, hari baru harus semangat baru, nggak boleh galau lama-lama kata Gilang.

"Jawabnya santai aja napa?"

"Diem lo, gue mau lanjut tidur!" lanjut Zweitson seraya menelungkupkan kepalanya di atas meja, tidak ingin diganggu oleh siapa-siapa karena ia memang masih mengantuk.

Fiki hanya manyun, lalu ikutan tidur seperti Zweitson, hingga beberapa saat berlalu terdengar lagi suara yang membatalkan acara tidur mereka.

"WOYY, BURUAN GANTI SERAGAM OLAHRAGA, UDAH DITUNGGUIN PAK GEMA DI LAPANGAN!" teriak Clara, si ketua kelas.

"Ah elah, lagi enak-enak tidur juga!" gerutu Fiki.

Zweitson yang selalu rajin saja tampak sama pasrahnya seperti Fiki, tapi bedanya ia tidak pake mengeluh. "Udah buruan, ayo ganti."

Sebelum mereka benar-benar beranjak, Fiki menoleh sebentar ke bangku milik Fajri. "Aji, bareng, yuk? Sama kit—" Belum selesai Fiki berbicara, Fajri sudah melengos duluan ke luar kelas tanpa menjawab ajakan Fiki.

Lagi, dia menghindar.

"Ji ...."

Zweitson menepuk bahu Fiki pelan. "Gue bilang apa kemarin? Kasih waktu Aji buat sendiri dulu, nggak papa, pelan-pelan dia bakal balik lagi sama kita kok."

Monochrome - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang