one

1.2K 163 14
                                    

HAPPY READING•





"Chagi-yaa... Ireona..." Bisik Sehun tepat ditelinga Lisa membuat Lisa sedikit merasa geli.

Jujur saja dirinya tak tidur selama diperjalanan. Ia hanya memejamkan matanya saja karena merasa lelah.

Ya, lelah karena akhir-akhir anaknya yang bernama Oh Ha Ni menjadi sangat rewel.

Well, ia dan Sehun sudah menikah selama kurang lebih 3 tahun dan anaknya itu baru berusia hampir 2 tahun.

"Apakah sudah sampai?" Tanya Lisa langsung yang disambut dengan senyuman manis dari Sehun.

Ah, pria itu selalu tersenyum kepadanya. Pria itu tak berubah sedikitpun.

Padahal Lisa masih mengingat jelas betapa dinginnya sosok Sehun sebelum menjadi milik Lisa seutuhnya.

"Aku rasa sebentar lagi..." Balasnya lalu mengusap kepala Ha Ni yang tengah terlelap dipangkuan Lisa.

Sengaja Sehun tak tidur meskipun dirinya sudah merasa benar-benar mengantuk.

Ia memiliki firasat yang tak enak dan selalu khawatir tanpa alasan.

"Tetangga-tetangga kita di Seoul sudah melakukan vaksinasi. Bagaimana kalau kita melakukan itu jika ketika sampai di Busan?" Ucap Lisa.

Saat ini dunia harus dihadapi dengan musibah sebuah virus. Dan virus itu sudah berjalan begitu lama.

Seluruh umat manusia harus mengenakan masker kemana-mana untuk menghindari hal yang tak diinginkan.

"Aku tak perlu divaksin. Lagi pula  memang kita harus menjaga kesehatan."

Lisa mendecak pelan membuat Sehun langsung mengusap kepalanya sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau itu maumu..." Ucapnya kemudian membuat Lisa ikut tersenyum.

Kring!













"Yak! Apa yang sedang terjadi?!" Jongin berseru keras saat tak sengaja melihat pemandangan yang aneh dari jendela apartemen miliknya.

Jennie yang mendengar itu langsung mendekati Jongin dan ikut melihat pemandangan yang dimaksud oleh Jongin.

Mata Jennie membulat. "A-apa yang sedang terjadi?" Desis Jennie terbata.

Bagaimana tidak, mereka melihat kerumunan orang yang sedang berteriak tak jelas. Bahkan tampak jelas sekali orang-orang itu terlihat begitu pucat dan hidung mereka juga mengeluarkan banyak darah.

Satu persatu kendaraan yang berlalu lalang disana mulai bertabrakan.

Banyak yang berlarian untuk menghindari orang-orang yang terus menerus berteriak tadi.

"Zombie?!"

Jennie langsung memukul pundak Jongin.

Ck. Bukan waktunya untuk bercanda.

Pria itu meringis pelan sembari menatap Jennie yang saat ini tengah menatap tajam kearah dirinya. "Jangan bercanda. Tak ada zombie di dunia nyata!" Elaknya lalu kembali melirik ke arah jendela.

"Sepertinya kita harus bergegas..." Ucap Jennie lalu mulai membuka lemari miliknya.

"Apa maksudmu? Sepertinya kita harus tetap disini saja. Bukankah kau tak lihat jika mereka berubah menjadi mengerikan."

Jennie mendecak pelan lalu kembali menatap Jongin. Kini wanita itu berkacak pinggang. "Sehun dan Lisa sedang menuju kesini. Dan mereka membawa anak mereka. Kita harus menjemputnya..." Jelasnya membuat Jongin memahami maksud Jennie.

"Aku akan mencoba menghubungi mereka." Balas Jongin dan ikut membuka lemari yang lain sembari menempatkan ponselnya ditelinga.

"Kau melihat ranselku?" Tanya Jongin dan seketika itu juga Jennie melemparkan ransel hitam miliknya yang hampir mengenai kepalanya.

"Apakah mereka mengangkatnya?" Tanya Jennie sekali lagi sembari memasuki beberapa keperluan yang ia pikir perlu dibawa.

Ia merasa perlu membawa itu semua seperti apa yang dilakukan oleh drama yang sering ia tonton.

"Sehun tak mengangkat panggilanku!" Serunya. Tangannya menjadi gemetar terlebih lagi mendengar suara tabrakan dan teriakan-teriakan orang diluar yang berubah.

Jennie menggigit bibir bawahnya. Kini wanita itu membantu Jongin memasuki barang-barangnya didalam ransel. "Kita harus bergegas kesana!"













"Kau mendapatkannya?" Tanya Lisa saat melihat Sehun masih menunduk. Ia mencari ponselnya yang jatuh.

Padahal ia ingin mengangkat panggilan dari Jongin tetapi ponselnya langsung terjatuh karena ia terkejut melihat seseorang yang sedang berlari sambil berteriak ketakutan.

"Aku mendapatkannya!" Sahutnya lalu kembali berdiri. "Kenapa orang-orang pada berlari?" Desisnya lalu melirik Lisa.

Lisa yang sedari tadi mencoba santai menjadi panik dan memeluk Ha Ni dengan erat.

"Tunggu disini..." Desis Sehun yang langsung mendapat kalimat larangan dari Lisa.

Wanita itu memiliki firasat yang tak baik dan lagipula ia takut tak bisa apa-apa karena ia sedang menggendong anaknya.

"Sebentar saja... Aku hanya ingin memeriksa kondisi disana..." Lisa menggelengkan kepalanya dan menatap Sehun dengan tatapan memohon.

Sehun menghela nafas pelan. "Baiklah." Ucapnya pada akhirnya. "Tapi aku ingin ke toilet sebentar. Aku ingin buang air kecil." Ucapnya yang lagi-lagi mendapatkan tatapan memohon oleh Lisa agar tak pergi.

"Aku tak akan lama. Kau ingin aku buang air kecil disini?" Godanya membuat Lisa mengerucutkan bibirnya.

Sehun tersenyum kemudian pamit darisana sembari membuka ponselnya.

Ia hendak menelpon Jongin kembali sembari menuju toilet.

"Eoh? Siapa yang berteriak seperti orang gila?" Desisnya pelan dan malah mempercepat langkahnya menuju toilet.

"Ada apa? Apakah kalian sudah ingin menjemput---"

"Apakah kalian baik-baik saja? Apakah tak ada hal aneh yang terjadi?" Jongin langsung memotong ucapan Sehun langsung.

Sehun mendecak sembari masuk kedalam toilet dan mengunci pintunya. Ia mulai melakukan aktifitasnya dengan tangan kanan yang masih menempelkan ponselnya ditelinga.

"Kenapa? Kau terdengar aneh..." Balasnya sembari menatap langit-langit toilet. Ia semakin mendengar suara teriakan tak jelas dan langkah kaki yang banyak seperti orang-orang yang tengah berlari bersamaan.

"Di Busan ada kejadian aneh saat ini. Orang-orang berubah menjadi menyeramkan dan berteriak-teriak tak jelas." Jelas Jongin diseberang sana membuat Sehun terdiam.

Ia langsung menempatkan ponselnya dikantong lalu membersihkan dirinya dengan cepat.

Sehun tak lagi memperdulikan suara Jongin yang memanggilnya. Ia belum mematikan ponselnya.

Dengan cepat ia membuka pintu toilet dan benar saja pemandangan yang saat ini ia lihat adalah orang-orang tengah berlarian.

Mata Sehun melebar dan ia ikut berlari untuk menemui Lisa.

Apa yang sedang terjadi?

















"Sepertinya terjadi sesuatu..." Desis Jongin.

Ia masih belum mematikan panggilan. Ia juga bisa mendengar suara kereta yang melaju dan suara langkah kaki orang-orang yang juga berlari.

Kaki Jennie melemas. Ia memikirkan sahabatnya itu terlebih Ha Ni yang masih kecil.

Ia menjadi menyesali perbuatannya yang memaksa Lisa untuk berlibur ke Busan.






















Tbc

VIRUS [HUNLIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang