Happy Reading!!!
•
•
•
•
•
•"Lewat sini!" Kini Jongin yang menarik Jennie saat wanita itu berjalan ke arah lain.
Jongin menarik wanita itu untuk bersembunyi karena semakin lama, zombie-zombie itu semakin banyak.
Bahkan Jongin sempat berpikir jika hampir semua manusia di kota itu kini telah berubah.
"Ssttt!" Jongin menutup mulut Jennie dengan posisi ia berdiri dibelakang wanita itu.
Ia bisa merasakan bulir-bulir bening yang membasahi tangannya.
Shit! Ternyata wanita itu masih menangis.
Ingin sekali ia memenangkan wanita itu namun ia takut jika mereka akan ketahuan.
Jujur saja, badan Jongin sudah terasa lemas saat ini terlebih lagi ia harus menahan perih pada lehernya itu.
Tetapi ia tak ingin mengeluh.
Ia tak ingin Jennie semakin menangis.
"A-apakah---"
Jongin semakin membekap mulut Jennie karena mendengar sebuah langkah kaki mendekat.
Ia berharap jika itu bukanlah zombie namun seorang manusia.
Tetapi naas! Mendengar suara erangan dan langkah kaki itu membuat Jongin sendiri bisa berfikir kalau itu adalah zombie.
Jantung Jongin semakin berdebar tak karuan. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya keluar dari sana.
Perlahan ia menurunkan tangannya dan tak lagi membekap Jennie kemudian ia mulai merogoh saku celana nya untuk mencari sesuatu yang begitu berarti saat ini.
Tanpa sadar ia membelalakan matanya dan terus merogoh saku celananya. Bahkan Jennie bisa merasakan pergerakan pria itu.
"Ada apa?" Tanya Jennie dengan suara begitu pelan.
"Kunci motor tak ada disaku celanaku..."
"Ha Ni! Lisa-ya!" Panggil Sehun sembari sesekali melirik kebelakang.
Ia ingin memastikan jika zombie-zombie itu tidak mengikutinya.
"Lalisa!" Panggilnya lagi kemudian menghentikan langkah kakinya saat merasakan bahwa kereta mulai berjalan.
Ia melebarkan matanya dan mengedarkan pandangannya pada sekitar.
Tidak mungkin!
Ia bahkan belum bisa menemukan anak dan istrinya. Bagaimana bisa kereta ini bisa berjalan kembali?!
Sehun langsung berlari dan terus memanggil nama anak dan istrinya itu.
Ia bisa melihat jika pintu kereta perlahan mulai tertutup kembali.
Perasaannya semakin campur aduk.
Lagi dan lagi Sehun menghentikan langkahnya.
Ia mencoba mempertajam pendengarannya.
"Ha Ni!"
Sehun langsung berlari menyelusuri lorong dan sesekali menangkis pukulan pada zombie-zombie yang hendak memukulnya.
Luka diperutnya bahkan tak menghentikan langkahnya untuk bergerak cepat.
Ia mendengar suara tangisan anaknya samar-samar.
Namun sialnya suara kereta yang mulai berjalan membuat ia tak bisa mendengar begitu jelas!
"Brengsek!" Umpatnya lalu memukul kepala salah satu zombie membuat Sehun terduduk karena merasa tubuhnya mulai melemas.
