Bab Tiga

22 22 35
                                    


Hallo!

Selamat bertemu kembali;)

Semoga kalian semua dalam keadaan baik-baik saja, ya;)


Let's get started

.

.

...

"Hira, kemana aja lo baru masuk?"

"Gue kan sakit pea." Hira memutas kedua bola mata malas mendengar pertanyaan abstrud Aria.

"Sakit apaan sampai seminggu? Pura-pura ya lo biar dapat jatah liburan lebih banyak."

"Nggak usah nuduh lo," ketus Hira bercanda. "Seminggu sebelum masuk gue kena cacar. Ketularan adik."

Alin dan Aria refleks menjauh. Hira mendengus kesal.

"Gue udah sembuh. Nggak bakal bisa nularin. Lagian masa kalian belum pernah cacar sih?"

"Gue sih udah."

"Lo, Al?"

"Gue juga."

"Terus ngapain pada mundur?"

"Refleks," kata Aria nyengir dan Hira mencibir. "Eh, Ra, lo tau nggak?"

"Apaan?"

"Gue cantik," kata Ari cengengesan buat Alin dan Hira menyesal menunggu jawaban. "Gue serius sekarang."

"Ah males."

Aria memajukan badan supaya bisa berbisik pada Hira karena tu cewek duduk di depan meja mereka. "Sekelas sama Pram dong."

"Serius?" Hira berbalik dengan wajah terkejut.

Aria mengangguk mantap sambil nyengir lebar. "Udah gue bilang kalau jodoh nggak akan kemana, kan?"

Hira berdecak. "Duduk di mana?"

"Pojok kelas sebelah kiri."

Hira nggak langsung melirik. Pura-pura menatap sekitar lalu melirik ke pojok ruangan. Di sana nggak ada siapa-siapa kecuali Malvin. Tu cowok tidur pulas dengan jaket sebagai bantalan kepala di tempat duduk Pram. Sementara pemilik bangkunya ke luar kelas bersama teman cowok lainnya.

Kebetulan kelas lagi kosong. Guru yang mengajar nggak hadir karena keperluan mendadak. Enaknya nggak dikasih tugas juga. Jadi, mereka bebas mau ngapain.

"Envy." Hira cemberut dan Aria nyengir. Tu cewek menepuk-menepuk bahu Hira. "Berdoa makanya supaya kelas dua belas nanti bisa sekelas sama doi."

"Udah punya pacar, Ri. Percuma sekelas juga."

"Siapa tau putus."

"Lo berdoanya yang nggak baik."

"Ya kan gue lihat kemungkinan, Alin. Sedetik aja bisa ngaruh banget asal lo tau," kata Aria membela.

"Ya, ya, ya, up to you Ariza." Alin nggak mau debat sama Aria soalnya tu anak banyak banget alasan supaya nggak kalah. Jadi, lebih baik sekarang dia mengalah saja dari pada nanti makin emosi. Masih pagi masalahnya.

"Kantin, yuk? Istirahat duluan. Hehe."

"Lo nggak sarapan?"

"Nggak sempat. Tadi buru-buru."

"Memang kapan sih Aria nggak pernah buru-buru kalau akhirnya terlambat juga?" Alin sarkas dibalas cengiran lebar dari tu cewek.

"Cabs! Gue pengin gorengannya Mang Aduy."

Biru dan Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang