.❀。¢нαρтєя 1 • *₊°

126 7 0
                                    

"Apakah ini Surga?"

Itulah yang dipikirkan Dazai setelah Ia merasakan cahaya di sekitarnya. Sesaat Dazai membuka matanya, sorot matanya mengarah ke sebuah jendela kamar yang masih tertutup. Kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih, Ia menendang gulingnya.

'Bruak!!!'

"ADUH!"

Dazai temenung sejenak setelah mendengar seseorang yang berteriak kaget kesakitan. Pikirannya belum bisa memahami kondisi saat ini dengan baik.

"Perasaan kemarin aku bunuh diri deh?" Ucap Dazai mencoba mengurutkan runtutan cerita.

"Lalu aku menghadiri pemakaman diriku sendiri" Dazai mulai menggaruk garuk kepalanya tak gatal.

"Setelah itu aku hilang--lalu aku sadar di ruangan ini" Lanjutnya sembari melirik lingkungan sekitarnya yang tidak salah lagi itu adalah kamarnya.

"Eh, Reinkarnasi?"

"Ini bukan Reinkarnasi Bodoh! Lagi pula Kau siapa?" Ucap seseorang yang ternyata adalah Dazai dari 6 tahun yang lalu. Posisinya masih sama sejak 'Arwah' Dazai dari masa depan menendangnya.

Kini mereka berdua saling pandang, kedua Dazai itu kini hanyut dalam benak nya diri sendiri. Seperti seolah berpikir,

'Apa yang terjadi?'

Namun hanya bertanya dalam hati.

"Kukira aku sudah tenang" ucap 'Arwah' Dazai sembari bangun dari tempat tidur di kamarnya.

"Kukira ini mimpi" balas Dazai yang satu lagi sambil menepuk nepuk pipinya.

Keduanya masih menatap.

Dazai yang di tendang tadi menggaruk kepalanya tak gatal, "Sekarang apa?"

"Yang pasti, kita adalah sama sama Dazai" jawab 'Arwah' Dazai sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan seperti itu maksudku, bodoh"

Dazai yang baru saja bangkit itu mencoba menjelaskan kepada 'Arwah' Dazai. Masih pagi, dan matahari juga baru saja terbit.

"Sekarang aku mau sekolah, dan kau kembalilah ke alammu!" Cetus Dazai sembari mengambil peralatan mandinya, lalu menuju ke kamar mandi.

Kini 'Arwah' itu tak tau harus kemana. Tak mengerti jalan pulang, atau jalan kembali menuju alamnya. Masih temenung, sembari memikirkan hal lain yang dapat di lakukannya.

Kini Ia menyusuri kamarnya sendiri. Dapat di pastikan, bahwa Arwah Dazai kembali kemasa lalu dan terjebak dalam dunia ini. Lalu Arwah Dazai berhenti berjalan, menatap sebuah buku catatan dengan warna sampul putih dengan corak macan.

"Nakajima.. Atsushi.." Ujarnya sambil mengambil buku tersebut.

"Yah, semuanya tak dapat di sesali sekarang" lanjutnya membolak balikkan halaman tersebut.

"Sekarang yang dapat ku lakukan adalah--"

'CEKLEK!!'

Kini sunyi. Arwah Dazai hanya mematung dan melihat Atsushi dari masalalunya sendiri itu membuka pintu kamarnya. Oh astaga, apakah ini sebuah bencana?

"Dazai kun.. Tidak ada disini. Rupanya sudah bangun.. Baguslah" ucap Atsushi menutup pintu tersebut. Arwah Dazai masih melotot.

"Dia.. Tidak bisa melihatku.. Kan?" Seketika Arwah itu mencoba melihat tubuhnya di cermin.

"Tidak ada. Apakah.. Hanya Dazai dari masa ini yang dapat melihatku?" Ia mencoba menampar dirinya sendiri.

Begitu nyata.

Arwah itu mencoba mencerna apa yang sedang terjadi sebenarnya. Ini bukanlah tentang Reinkarnasi Atau Surga dan Neraka. Ia hanya tersesat dan terjebak di masalalunya.

"Dan yang dapat aku lakukan--"

Ia kembali memandang buku tersebut. Memandang nama sahabat tersayangnya.

"Misi baru, dimulai."

**✿❀тωιℓιgнт яєνєяιє❀✿**

"Nakahara.. Chuuya?"

Si arwah langsung mengangguk angguk.

"Iya, benar. Sebaiknya kamu berkenalan dengannya. Coba cari celah" Ucap sang Arwah, menatap mata Dazai.

"Tapi kenapa? Atsushi itu sudah cukup. Hanya dia seorang yang boleh mengetahui jalan hidupku" Dazai bersikeras mempertahankan pilihannya, namun sang Arwah mengelak.

"Sepertinya Nakahara Chuuya orang yang baik lho. Aku dulu pernah bertemu dengannya, namun aku menyesal tidak pernah dekat dengannya" Ucap Arwah sambil memainkan tangannya, "Coba saja dulu, jadilah orang yang terbuka. Dan satu lagi, Akutagawa Ryunosuke. Bertemanlah juga dengannya"

"Untuk apa?! Itu merepotkan." Dazai tetap saja mencoba bertahan.

Si arwah, lalu menghela nafas panjang. "Kau.. Memangnya Kau ingin ada penyesalan setelah hidupmu berakhir?"

Suasana semakin mencekam. Kelas yang kosong itu seketika tak nyaman untuk di tempati Dazai.

"Memangnya aku disini untuk apa?" Ucapnya sambil melihat Dazai dari masalalunya menunduk di hadapannya.

"Tidakkah kamu berpikir, bahwa aku adalah Arwah? Aku sudah mati." Lanjutnya sembari meninggalkan kelas.

"Aku berkeliling dahulu. Kau cepatlah cari gadis bernama Nakahara Chuuya itu"

Si Arwah meninggalkan kelas.

Dazai langsung memukul bangkunya, "TCH! APA APAAN"

Lalu Ia berpikir sejenak, melihat keluar jendela kelasnya. "Dia sudah mati, ya? Penyesalan.. Kah?"

"Eh--"

Gadis bersurai Orange, mengunjungi bangku Dazai.

"Permisi, ini punyamu? Aku menemukannya di lorong tadi" Ucap gadis itu sembari menyerahkan sebuah buku tulis.

"Benar, itu punyaku. Terimakasih" Dazai lalu mengambilnya, lalu menyimpannya di tas.

Setelah itu, Dazai kembali posisi semula. Ia masih melihat keberadaan gadis itu di depannya.

"Apa yang kau mau?" Cetus Dazai bangkit dari tempat duduknya.

"Anu, bolehkah berteman denganku?" Jawab Gadis itu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Memangnya kau siapa--"

"Namaku Chuuya. Nakahara Chuuya. Salam kenal"

Langkah Dazai pun terhenti. Dia berbalik dan melihat gadis itu masih di posisinya. Warna iris matanya yang bewarna biru berkilauan dengan surai bewarna Orange. Membuat Dazai terhenti, dan segera mengulurkan tangannya.

"Ya.. Anu.. Kalau begitu, mari berteman" Ujarnya sambil tersipu malu.

"Salam kenal, Dazai San" Chuuya menjabat tangan Dazai.

Si Arwah pun yang melihatnya dari kejauhan tersenyum lega, atas apa yang dilakukan Dazai masalalu.

"Semuanya, akan dimulai. Dazai Osamu."

тωιℓιgнт яєνєяιє - Dazai Osamu x Fem! Nakahara ChuuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang