.❀。¢нαρтєя 3 • *₊°

77 8 0
                                    

Mereka sedang berada di Cafe, membicarakan hal random di sekolah. Sesekali terdengar mereka sedang tertawa. Mereka sangat menikmati waktu ini.

"Ada 2 orang yang keciduk di kelas, katanya mereka membully anak kelas sebelah" ucap Chuuya sambil menyeruput es Cappucino nya.

"Benarkah? Aku tak terdengar berita itu" Balas Dazai sembari melirik mata biru Chuuya.

"Itu karena kamu kurang bersosialisasi, Dazai" Sahut Atsushi sembari memukul pundak Dazai.

Akutagawa hanya menghela nafas dan terkekeh pelan melihat kelakuan 3 orang di depannya.

"Baik baik, aku akan mengubah diriku nanti" Celetuk Dazai sembari membuang muka.

"Lawan bicaramu ada di depanmu lho, Dazai" Sahut Akutagawa memasuki topik.

"Benar! Kamu harus melihat wajah seseorang yang sedang berbicara kepadamu. Mungkin ini tidak terbiasa bagimu, tapi lama lama kamu akan terbiasa kok" Jawab Chuuya sambil memainkan pipi Dazai.

Pipi Dazai bersemu merah, Dazai masih membuang muka. Masih berusaha menetralkan moodnya, namun Akutagawa sudah beranjak dari tempat duduknya.

"Sudah jam 4 sore, aku mau pulang" Ucap Akutagawa sambil berjalan menuju kasir.

"Ikut!" Sahut Atsushi menyusul Akutagawa.

"Aku juga! Bagaimana denganmu, Dazai?" Tanya Chuuya sambil beranjak dari kursinya.

"Baiklah, aku akan ikut pulang daripada di tinggal sendiri" Jawab Dazai, ikut menyusul mereka bertiga.

"Aku mentraktir kalian, tidak perlu khawatir. Sudah ku bayar semua" Sahut Akutagawa Santai sambil melambaikan tangannya.

"Eh? Benarkah? Terimakasih" Ucap Dazai sambil melambaikan tangan.

"Bye bye, sampai bertemu besok!" Atsushi menyusul Akutagawa, jalan rumahnya searah dengan Akutagawa.

Dazai melirik Chuuya, "Ku antar kamu pulang. Aku ingin bermain sebentar"

"Benarkah? Benar tidak apa apa?" Ucap Chuuya Ragu.

"Iya. Ayo cepat jalan sebelum hari semakin larut" Jawab Dazai sambil menggandeng tangan Chuuya.

Muka mereka berdua bersemu merah, sedangkan Chuuya sudah mulai berjalan menuju rumahnya.

**✿❀тωιℓιgнт яєνєяιє❀✿**

"KENAPA KAU TIDAK BILANG DARI AWAL KALAU CHUUYA ADALAH GADIS SENJA ITU?" Cetus Dazai sembari mengamuk kepada Arwah Dazai yang ada di depannya.

"Karena aku sudah tau kalau kamu akan menyadari hal itu sendiri" Ucap Arwah itu dengan santai.

Dazai menjatuhkan dirinya di kasur kamarnya, wajahnya memerah, membayangkan kejadian tadi siang. Ini hari pertama Dazai mengenal Chuuya,  Namun sepertinya Dazai sudah mulai meletakkan perasaannya di hati Chuuya.

"Kamu, sudah mulai menyukai Chuuya?" Ucap Arwah Dazai berniat menggoda.

"TENTU SAJA! Karena Chuuya adalah gadis senja yang ku cari selama ini" Ucap Dazai, sembari melirik Arwah yang ada di depannya.

Dazai menghela nafasnya "Ceritamu?"

"Eh?"

"Bagaimana ceritamu sebelum kamu meninggal?"

Arwah Dazai temenung sejenak, mencoba memutar memori hitam putih itu dengan rasa berat hati.

"Begini saja, waktu itu, aku menolak permintaan pertemanan Chuuya" Ucap Arwah itu menunduk kebawah.

"Artinya, aku tak pernah tau kalau itu adalah Gadis Senja yang kutemui waktu lalu. Aku tak pernah berinteraksi dengannya setelah itu" Lanjut Arwahnya sembari memainkan tangannya.

"Akhirnya, aku jatuh cinta kepada orang yang salah"

"Siapa itu?" Tanya Dazai semakin menajamkan pandangannya.

"Nakajima Atsushi, yang pada akhirnya dia lebih memilih Akutagawa Ryunosuke"

Kamar itu, seketika hening.

"Terima kasih.."

Arwah Dazai itu menoleh kesumber suara.

"Terima kasih telah menceritakan masalalumu yang pahit itu. Bagimu, pasti menyesakkan ya?" Ucap Dazai memegang punggung Arwah Dazai.

Ia memegangnya, menyentuhnya. Benar benar seperti nyata.

"Kamu, juga kan?"

Dazai terkejut, lalu Ia menghela nafas panjang.

"Mungkin iya, namun tak semenyesakkan dirimu. Aku, akan belajar untuk merelakan Atsushi. Setidaknya, setelah Atsushi menikah nanti, aku tetap bisa berteman dengannya" Jelas Dazai panjang lebar.

Arwah itu sempat terkejut dengan jawaban Dazai di depannya, "seperti bukan diriku".

"Dirimu, adalah Dirimu sendiri. Tentu berbeda dengan Diriku yang merupakan Diriku sendiri, Bodoh!" Cetus Dazai menepuk pundak Arwah yang berada di depannya.

Arwah itu, terkekeh pelan. "Terserahmu saja lah"

"Omong omong, apa kau bisa memakan sesuatu?" Dazai bertanya, lantas pergi menuju dapur.

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Aku saja tidak merasa lapar. Cepat, makan sana. Pasti perutmu sudah meronta ronta" Arwah itu lalu merebahkan tubuhnya ke kasur, lalu memejamkan matanya.

"Dan apakah kamu bisa tertidur?" Tanya Dazai sembari menutup pintu kamarnya.

Berakhir dengan Arwah Dazai yang melemparkan bantal ke arah pintu, "Mungkin bisa, namun aku takut jika aku membuka mataku lagi aku sudah tidak ada berada disini. Lebih tepatnya, aku masih tidak ingin untuk kembali. Setidaknya aku bisa melihatmu berpacaran atau menikah dengan Chuuya. Lagi pula, aku tidak merasa mengantuk"

"Baik baik, aku mengerti" Ucap Dazai yang ternyata masih menguping di balik pintu.

"OI-- Ternyata kau masih ada disana, dan ya, ada yang mau ditanyakan lagi? Ya, mungkin sebuah pertanyaan bodoh lagi" Cetus Arwah itu sembari menatap langit langit atap kamarnya.

"Apa penyebab kamu mati?"

...

"Itu, kamu tidak perlu tau. Tidak penting. Sekarang pikirkan cara hidupmu dulu, bodoh" Jawab Arwah itu, mengalihkan pandangannya ke pintu kamarnya yang tertutup.

"Kalau begitu, aku makan dulu"

"Makan yang banyak, agar kau tidak mati kelaparan" Sahut Si Arwah disusul dengan tawa dari Dazai.

тωιℓιgнт яєνєяιє - Dazai Osamu x Fem! Nakahara ChuuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang