- Yakin

85 38 273
                                    

           Akhirnya, sebentar lagi aku akan hidup bebas. Tidak akan dengar lagi omelan mamah disetiap harinya, tidak ada lagi celotehan papah menyuruhku untuk belajar, terutama tidak ada lagi perintah dari kakak yang suka menyuruhku semaunya.

          Hari ini adalah perjalanan panjangku selama aku hidup, menyeberangi pulau kelahiranku dengan membawa barang-barang keperluanku untuk selama aku tinggal di asrama pondok pesantren.

          Terlihat jelas mimik mamah, seperti seakan-akan tidak merelakanku untuk menimba ilmu jauh dari pandangannya. Padahal, sebelumnya aku memutuskan untuk melanjutkan bangku pendidikan ditahap selanjutnya dipondok pesantren atas rekomendasi dari ayah dan mamah.

          Agak sedikit membingungkan sih tapi yasudah lah, mungkin mamah belum terbiasa jauh dari anak-anaknya, nanti lama-kelamaan juga akan terbiasa.

          Selama diperjalanan tubuhku dipeluk erat oleh mamah, aku mengikuti kemauannya dan aku sangat bersemangat sekali dengan hari esok yang sudah menantiku.

***

          Hari pertama tinggal dipondok pesantren sangat membuatku terkesan, aku sangat senang tinggal dilingkungan baruku ini, sepertinya tidak seburuk seperti teman-teman rumahku bilang mengenai rumor tinggal di pondok pesantren.

          Akusangat menyukai keramaian dan ini sudah sangat sesuai ekspektasiku. Aku bisabermain sepuasnya dan kapan pun yang aku mau tanpa mendengar suara mamah yangmemanggilku untuk pulang saat sedang seru bermain dengan teman-teman.

          Setiap terdengar suara kumandang adzan, seluruh santriwan dan santriwati sudah langsung otomatis bergegas ke masjid, begitu pula saat mendengar bell masuk kelas atau pun bell lainnya untuk mengingatkan para santri dikegiatan selanjutnya. Sungguh takjub. Seperti kehidupan mereka tersetting, seperti robot mungkin yang selalu diarahkan oleh pemiliknya, namun tidak seperti itu. Ini sungguh real, kemauan mereka sendiri tanpa paksaan dari siapapun.

          Saatmenjelang malam tiba, setelah kegiatan pondok telah selesai dan waktunya parasantri untuk tidur di asramanya masing-masing yang sudah disiapkan. Orang-orangyang berada sekamar denganku pada nangis. Dengan alasan ada yang rindu dengankedua orangtuanya, ada yang tidak bisatidur karena kamar terlalu terang tidak seperti kamar tidur rumahnya, ada yangmerasa tidak betah tanpa alasan, dll.

          Dikamarku hanya ada 2 orang saja yang tidak menangis, terlihat tenang dan santai. Sampai ketua kamar dan pengurus bagian dikamarku bingung untuk menenangkan satu-persatu teman-temanku yang berada dikamar.

***

          Duaminggu sudah berlalu, teman-temanku sudah mulai tenang dan terbiasa dengankegiatan pondok, rasanya senang melihat mereka seperti itu tapi sepertinya adayang aneh dengan diriku, aku merasa gelisah, tiba-tiba rindu dengan keduaorangtuaku, kakakku dan adikku.

           Aku ditertawakan oleh teman-teman sekamarku bahkan kakak kamarku pun ikut serta menertawakanku karena aku merasa uring-uringan menahan rindu. Ketika air mataku tanpa sebab menetes begitu derasnya, teman-teman sekamarku kompak menghiburku, kakak kamarku pun memelukku dan mencoba menenangkanku.

         Namun, air mata ini semakin lama semakin deras tidak kunjung reda. Aku pun sebenarnya tidak ingin menangis tapi air mataku keluar begitu saja tanpa seizinku.

           Kakak kamarku memelukku makin erat dan mencoba menenangkanku, sesekali menceritakan pengalamannya saat masuk pondok pesantren. Aku menyimak dan tanpa sadar air mataku perlahan mulai mereda dan tanpa aku sadari terlelap begitu saja.

WAKUNCAR (Warna-wArni KUmpulaN CeritA Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang