(.) Two

630 96 4
                                    

[Name] berdiri di depan pagar besar. Sehari setelah kedatangan bonten dan [Name] direkut menjadi wanita penghibur mereka, wanita itu sudah berdiri di depan masion yang berfungsi sebagai markas bonten. 

Seorang bawahan datang dan menjemput [Name] dengan kendaraan khusus, jujur saja dari pagar sampai ke mansion memiliki jarak yang cukup jauh. Takeomi sudah menunggu gadis itu, dia berdiri depan pintu dan ketika melihat [Name] sudah mendekat pria itu langsung menuju ke arah [Name].

"Aku pikir kau tersesat," ucap Takeomi.

"Tidak mungkin aku tersesat, bawahanku tidak sebodoh itu tuan Takeomi," ucap [Name] tersenyum.

"Hahaha kau bisa saja, panggil aku Takeomi, jangan menggunakan embel-embel tuan," Takeomi mengulurkan tangannya dan [Name] menerima uluran tangan tersebut, "Karena setelahnya kau harus mendesahkan namaku."

[Name] tersenyum dan tertawa mendengar itu, dia sudah biasa dengan berbagai macam rayuan dan hal itu membuat [Name] tidak gampang terbuai. Keduanya masuk ke dalam mansion yang bisa wanita itu katakan tidak terurus dengan benar.

"Ah sepertinya aku akan memiliki pekerjaan lain," ucap [Name] memegang pipinya dan memiringkan kepalanya. 

Takeomi yang menyadari perkataan [Name] hanya tertawa kaku. Bagaimana tidak? Baru saja [Name] datang tapi gadis itu bisa melihat banyaknya barang yang berserakan di sana. Pakaian yang tidak tahu siapa tuannya, gelas yang tergeletak begitu saja, senjata yang tidak bertuan, dan lain-lainnya.

"Setidaknya kamarmu dan kamarku menjadi yang paling bersih di sini," ucap Takeomi.

Barang-barang [Name] sudah di antarkan ke kamarnya oleh bawahan Takeomi dan sekarang keduanya berjalan menuju ruangan Mikey. Mikey memerintahkan Takeomi untuk membawa [Name] bertemu dengannya dan atas perintah itu sekarang sang wanita sudah ada di depan Mikey.

"Urusanmu sudah selesai?" Tanya Mikey menatap [Name].

Gadis itu hanya tersenyum kemudian mengangguk. Melihat itu Mikey hanya mengangguk dan menatap mata [Name]. Mikey mengisyaratkan [Name] untuk duduk di sebelahnya dan gadis itu jelas menurutinya.

"Peluk." Satu kata itu langsung membuat [Name] membawa Mikey ke dalam pelukannya. Membiarkan sang tuan untuk menyenderkan kepalanya pada dada wanita itu. Mengelus pelan rambut Mikey dan membawanya ke alam mimpi.

Takeomi mengintip kejadian tersebut dari celah pintu yang tidak tertutup sempurna. Mengisap puntung rokoknya kemudian menghembuskannya kembali. Berjalan meninggalkan pintu tersebut dan kembali pada kamarnya untuk mengerjakan beberapa tugas yang belum selesai.

Siangnya [Name] berinisiatif membuat makan siang untuk para anggota eksekutif. Setelah selesai menidurkan Mikey, membereskan kekacauan yang ada, dan meminta izin pada Takeomi untuk menggunakan dapur. Wanita itu sekarang sedang berkutit dengan berbagai macam bahan dapur.

Takeomi datang lebih dulu ketika mencium wangi yang enak. Duduk dan melihat [Name] yang sangat terampil dalam memasak. Tidak lama setelahnya Sanzu datang dengan katananya yang berlumuran darah, [Name] yang menyadari ada bau anyir langsung mengomeli Sanzu dan menyuruh pria berambut pink itu membersihkan dirinya.

Kakucho datang dengan Kokonoi yang sibuk dengan tabnya. Kokonoi tidak luput dari omelan [Name] karena pria itu masih saja berkutit dengan tab padahal dia sedang berada di meja makan. Ran dan Rindou datang dengan kondisi yang tidak bisa dijelaskan dan membuat Kakucho menyuruh keduanya untuk membersihkan diri sebelum [Name] menyadarinya.

"Takeomi, bisa kau panggilkan Mikey dan Mochi? Makanan sebentar lagi siap," ucap [Name] meminta tolong pada Takeomi.

Pria itu langsung berjalan mengikuti perintah [Name], jujur saja dia juga tidak mengerti kenapa [Name] bisa memerintah semua anggota eksekutif tanpa rasa takut, tidak, kecuali Mikey. [Name] tidak memerintah apapun pada Mikey.

Semua sudah ada di sana. [Name] langsung menaruh piring yang sudah berisikan makanan buatannya, hari itu dia masak kare. Namun ada yang berbeda untuk piring Mikey, wanita itu menyiapkan taiyaki.

"Aku mencium bau taiyaki saat memelukmu, jadi aku pikir kau menyukainya," ucap [Name] menatap Mikey. Pria itu hanya mengangguk mendengar ucapan [Name] kemudian memfokuskan dirinya pada makanan di depannya.

Sama dengan Mikey, semua yang ada di sana langsung fokus pada makanan mereka. Seingat Takeomi, tidak ada anggota bonten yang tenang saat makan malam kecuali dirinya, Mikey, dan Kakucho. Namun apa yang pria itu lihat adalah semua anggota bonten yang duduk rapi dan fokus pada makannya.

Mata [Name] tertuju pada Sanzu yang memiliki gerak-gerik aneh. Wanita itu langsung mendekatinya, mengalukan tangannya pada leher pria itu dari belakang. 

"Simpan dulu sabu milikmu Sanzu atau aku akan menyitanya," bisik [Name] membuat Sanzu merinding namun dia mendengus setelahnya.

Ran yang melihat itu merasa takjub dengan [Name]. Wanita yang bahkan baru datang beberapa jam yang lalu bisa mengetahui Sanzu ingin mengeluarkan sabunya. Ran menopang kepalanya dan melihat wajah ayu [Name]. Wanita di depannya bagaikan hal yang menggoda, entah itu dalam hal seksual atau lainnya.

[Name] melihat ke arah Ran dan hal tersebut berhasil membuat Ran terkejut bukan main. "Jangan menatapku seperti itu Haitani, nanti aku bisa meleleh seperti keju," ucap [Name] kemudian melepaskan kalungannya dan berdiri tegak.

"Ah iya, benar," ucap Ran kemudian kembali pada makanan miliknya.

Suara sendok dan piring terdengar membuat [Name] menoleh ke arah Mikey. Pria itu sudah selesai dengan makanan miliknya. [Name] mendekati Mikey dan membantunya dalam membersihkan sisa makanan dengan tisu.

Seperti Ibu, batin semua anggota yang melihat kejadian itu. Setelah itu Mikey pergi membawa Taiyaki miliknya dan meninggalkan semua yang masih sibuk dengan makanannya. Mereka pergi satu persatu, meninggalkan bekas makan di meja makan. 

Takeomi membantu [Name] dalam membersihkan piring-piring tersebut. Pria itu juga berniat untuk melakukan pendekatan dengan [Name]. Ingin mengetahui lebih dekat calon partnernya dalam berbagai hal.

"Kau terlihat seperti Ibu," ucap Takeomi.

"Benarkah? Aku tidak pernah merasa seperti itu, aku hanya bersikap selayaknya diriku," ucap [Name].

"Berarti kau memiliki jiwa keibuan yang sudah mendarah daging," ucap Takeomi. Tangan pria itu tidak hentinya menerima piring yang sudah [Name] cuci untuk dilap.

"Kau juga terlihat seperti seorang ayah di antara mereka, atau karena mukamu ya? Hahaha," ucap [Name] menggoda Takeomi.

"Jangan seperti itu, gini-gini aku juga jago dalam hal ranjang," ucap Takeomi.

[Name] menyenderkan tubuhnya dan melihat ke arah Takeomi. "Kita buktikan saja nanti," ucap [Name] mencubit pipi pria itu kemudian meninggalkannya.

Takeomi hanya bisa mematung ketika [Name] memperlakukannya seperti tadi. Bayangan tentang kehidupan berumah tangga muncul dari kepalanya. Mungkin saja jika dirinya memilih hidup normal dan memiliki keluarga maka akan terasa seperti tadi.


Dione || BontenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang