(.) Six

501 72 3
                                    

"[Name]!! Kita harus hidup sampai tua, kau harus menikah denganku!!"

"Aku lebih tua darimu, lebih sopan sedikit ********, lagian siapa yang ingin menikah dengan bocah ingusan sepertimu, ha?"

"Kau! Tentu saja kau, memang siapa lagi?!"

[Name] terbangun dari mimpinya. Memijat kepalanya yang terasa pusing. Mimpi itu memang tidak menyeramkan namun menyakitkan. Senyuman pria itu yang selalu dia nantikan setiap harinya namun lenyap seketika.

"Fuck! Seharusnya jika sudah mati ya mati saja sana," ucap [Name] bermonolog.

[Name] merasakan sebuah tangan yang melingkar pada pinggangnya. Wanita itu baru sadar bahwa Mikey tidur bersamanya. [Name] langsung menetralkan emosinya kemudian mengelus rambut pria di sampingnya dengan lembut. Dia melihat ke arah jam dinding untuk melihat waktu dan terkejut ketika waktu menunjukan pukul 3 sore.

[Name] turun dari kasur secara perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Kemudian dia berlari menuju lantai 1 untuk menuju dapur dan menyiapkan sarapan sore untuk anggota eksekutif. Beberapa pelayan dapur yang baru bekerja di sana karena kedatangan [Name] juga membantu wanita itu untuk menyiapkan sarapan bagi penjaga mansion tersebut.

Jujur saja [Name] terkadang merasa seperti Ibu dengan jutaan anak, mengingat banyaknya anggota Bonten, mulai dari yang dipermukaan hingga bawah tanah. Mereka terkadang mampir untuk melaporkan pekerjaan mereka namun [Name] yang memang dasarnya sudah diajarkan untuk menyambut tamu dengan baik tidak bisa membiarkan mereka pergi dengan tangan kosong. Setidaknya mereka harus membawa cemilan manis.

"Aku kira kau tidak akan bisa berjalan sore ini," ucap seseorang membuat [Name] menoleh. Wanita itu tersenyum ketika menemukan Sanzu yang berdiri sambil bersender pada tembok. 

"Mikey tidak memintanya dan kami hanya tidur biasa, kenapa? Kau ingin melakukannya?" Tanya [Name] langsung pada poin utama membuat beberapa orang yang mendengar kalimat wanita itu memerah kecuali Sanzu.

Pria dengan luka dimasing-masing bibirnya itu hanya mendengus dengan wajah yang kesal. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal. [Name] yang melihat tingkah Sanzu hanya bisa tersenyum, dia sadar bahwa Sanzu ingin mengatakan sesuatu namun gengsi pria itu sangat tinggi.

"Jadi kau ingin makan apa? Aku akan membuat sesuatu yang spesial jika kau mau," ucap [Name] kemudian kembali berbalik dan fokus pada masakan yang ada di depannya.

Terdiam cukup lama sambil memperhatikan [Name] yang memasak, akhirnya pria berambut pink itu membuka suaranya. "Maaf, aku tidak akan membuat kamar berantakan lagi, tidak, maksudku rumah ini, tidak hanya kamarku saja," ucap Sanzu.

Semua pekerja yang ada di sana terdiam, baru kali ini mereka mendengar perkataan Sanzu yang meminta maaf sedangkan [Name] hanya tersenyum dan tidak menjawab apapun perkataan Sanzu. Wanita itu hanya fokus dengan masakannya.

"K-kau tahu bahwa itu hanya perkataan, lupakan!!" Ucap Sanzu dengan nada tinggi di akhir kalimatnya.

[Name] hanya tertawa kecil mendengar perkataan Sanzu, tidak pernah menyangka bahwa pria yang hampir menginjak umur 25 tahun itu sedang berusaha meminta maaf dan menjadi anak yang baik. Para pekerja di sana hanya menatap [Name] dengan tatapan bingung, tidak bisa menjelaskan pikiran mereka.

"Bukannya dia sangat lucu jika seperti itu," ucap [Name] membuat semua yang ada di sana terkejut mendengarnya.

"BAGAIMANA KAU BISA MENGATAKAN HAL MENGERIKAN SEPERTI ITU!!" Teriakan batin para pekerja di sana ketika mendengar perkataan [Name].

Makanan untuk para anggota eksekutif sudah siap sedia di meja makan. [Name] tersenyum puas ketika melihat banyaknya menu makanan, jika tidak habis makanan itu akan dia bagikan pada para penjaga di sekitar markas ini. Jika dilihat pekerjaan wanita itu lebih mengarah sebagai ART ketimbang wanita penghibur tapi hal yang [Name] lakukan memang sudah mendapatkan persetujuan oleh Mikey.

Dione || BontenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang