(.) Three

608 77 2
                                    

Para anggota sedang berkumpul untuk membicarakan misi mereka dan jelas itu adalah misi pertama milik [Name]. Kokonoi menjelaskan latar belakang dari misi tersebut dan berapa lama waktu yang pria itu perkirakan untuk menyelesaikannya.

"Sebuah perusahaan terkenal di daerah Yokohama tidak berniat tunduk pada bonten, mereka juga meminta perlindungan kepada kepolisan setempat, jelas ini sedikit merugikan kita," ucap Kokonoi.

Sebuah perusahaan yang bekerja dalam bidang furniture melakukan beberapa hal yang terlarang. Mereka masuk ke dalam wilayah bonten dan jika mereka melanggar peraturan yang sudah terbuat, mereka harus menghadapi konsekuensinya. Namun yang menjadi masalah adalah perusahaan tersebut bersembunyi dalam undang-undang negara.

Jika bonten melakukan pergerakan yang salah maka nyawa taruhannya dan lokasi organisasi tersebut akan terungkap kepermukaan. Tentu para petinggi tidak ingin hal itu terjadi makanya mereka melakukan pencegahan terlebih dahulu dengan cara memasukan para bawahannya ke dalam perusahaan tersebut.

Hal terakhir yang harus bonten lakukan adalah masuk dalam posisi tertinggi dan di sinilah peran [Name]. Jika kalian pikir [Name] akan melamar menjadi sekertaris CEO, kalian salah besar karena wanita itu akan menggoda pria berdasi dengan posisi tertinggi di sana dengan tubuhnya.

"Aku sudah memastikan jadwal Akagi Kumara, pria itu akan datang ke sebuah club yang ada di daerah Roppongi setiap malam sabtu, dia selalu memesan wanita di sana dan club yang pria itu datangi bukan milik bonten," ucap Takeomi menjelaskan info yang dia punya.

"Itu bukan masalah, kalian beritahu saja nama clubnya maka aku akan masuk ke dalam sana," ucap [Name].

"Bagaimana kau bisa masuk?" Tanya Sanzu menatap remeh ke arah [Name].

"Tentu saja aku memiliki beberapa hal yang belum kalian ketahui, sebagai pemilik bar aku memiliki koneksi pada beberapa tempat hiburan dan tidak mungkin aku tidak tahu pemiliknya, hal ini juga kenapa aku menerima tawaran Kokonoi saat dia ingin membeli barku," ucap [Name] terlihat bangga. "Untuk berkuasa kau harus memiliki banyak koneksi di bidang apapun."

Semua laki-laki di sana terdiam mendengar perkataan [Name]. Tidak salah karena nyatanya jika kalian ingin melakukan kejahatan maka kalian harus mendapatkan koneksi yang bagus. Salah satu contohnya adalah seorang koruptor, dia melakukan kejahatannya tanpa ketahuan itu karena dia memiliki koneksi pada kepolisian dan melakukan suap agar dirinya tidak berada di balik jeruji besi.

Kembali kepada para eksekutiv Bonten. Kokonoi langsung membagikan beberapa tugas kepada mereka termasuk [Name]. Jelas gadis itu mendapatkan tugas yang termasuk berat karena jika dia gagal menggoda Akagi Kumara maka mereka akan sulit mendapatkan informasi yang mereka inginkan.

"Moon Light, baiklah, aku akan menghubungi pemilik club ini lalu sisanya aku serahkan pada kalian," ucap [Name] ketika membaca semua perintah yang dia terima dari Kokonoi.

"Apakah kau membutuhkan pengawalan?" Tanya Mikey akhirnya membuka suara.

"Aku rasa tidak, selagi kalian ada di sekitar club maka aku akan aman, aku juga sudah hapal posisi kalian," ucap [Name] menjawab pertanyaan Mikey.

Mikey berdiri dan berjalan hendak meninggalkan ruangan tersebut diikuti oleh Sanzu di belakangnya. "Kau milik kami, jangan sampai lecet," ucap Mikey sebelum benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.

[Name] hanya tersenyum manis sambil menopang wajahnya dengan tangannya. Beberapa keluar secara bergantian dari ruangan itu dan meninggalkan Kokonoi dan [Name]. Wanita itu jelas masih memiliki keperluan dengan pria bermarga Kokonoi.

"Kokonoi, aku membutuhkan sesuatu, bisa kau memesannya?" Tanya [Name] membuat Kokonoi sekarang melihat ke arahnya.

"Apa yang kau inginkan? Senjata? Kalau itu kau tinggal minta pada Sanzu saja," ucap Koko.

"Semacam itu tapi bukan sebuah lempengan besi, ini sebuah cairan," ucap [Name] memberikan sebuah lembaran kertas. "Aku tidak tahu apakah akan digunakan saat misi ini namun aku membutuhkannya."

Koko melihat kertas tersebut dan mengangguk mengerti. Sedikit terkejut ketika melihat kertas itu. Namun ketika Koko ingin mengetahui apa yang akan [Name] lakukan dengan cairan tersebut, wanita itu sudah melenggang pergi dari ruangan tersebut.

"Baiklah aku pergi duluan," ucap [Name] kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut.

Wanita itu berjalan menuju ruang senjata. Bonten sudah menyiapkan begitu banyak senjata untuk para eksekutif mereka tanpa terkecuali bahkan sebuah senjata pedang juga ada di sana, tempat itu benar-benar komplit. 

"Hai nona, butuh sesuatu?" Tanya Sanzu membuat [Name] menoleh ke arahnya.

Wanita itu tersenyum kemudian berjalan mendekatinya. "Aku butuh sebuah senjata yang mudah disimpan dan tidak berat."

"Ah nona ini membutuhkan senjata rupanya." Sanzu terlihat bersemangat ketika [Name] mengatakan hal tersebut. "Aku bisa memberikanmu sebuah kunai dan jika kau menikmati sebuah kematian, ravolver cukup bagus untukmu nona."

"Ah benarkah? Aku tidak menyangka kau bisa menyarankan sebuah senjata yang cocok untuk diriku," ucap [Name].

"Yah bagaimana ya, aku tidak ingin berpasangan dengan gadis lemah, cukup senang ketika tahu bahwa kau mencari sebuah senjata." Sanzu mengeluarkan katana dari sarungnya, kemudian mengarahkan pedang panjang itu ke arah leher wanita di depannya. "Karena jika kau tidak berguna, lebih baik mati saja sekarang."

[Name] tersenyum. Dia tidak terkejut dengan sebuah pedang yang terhunuskan ke arahnya, seakan sudah tau bahwa Sanzu akan mengarahkan pedang tersebut ke dirinya. [Name] menurunkan pedang tersebut kemudian mendekati Sanzu. Berdiri tepat di depan pria berambut pink tersebut.

"Aku pastikan bahwa aku akan berguna, tidak hanya di ranjang namun di medan pertempuran," ucap [Name] membuat Sanzu tertawa mendengarnya.

"HAHAHAHA, Kau benar-benar gadis gila." Sanzu mengangkat dagu [Name]. "Namun inilah yang aku inginkan."

"[Name], kau dipanggil Mikey." Ucapan tersebut membuat keduanya menoleh. Ada Kakucho berdiri di depan pintu.

[Name] tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, aku pergi dulu tuan berdarah dingin."

Kemudian [Name] pergi meninggalkan Sanzu dan Kakucho yang ada di sana. Sanzu kembali berfokus pada senjata miliknya sedangkan Kakucho menatap pria berambut pink itu dengan penuh curiga.

"Jangan pernah menyentuhnya sebelum Mikey menyentuhnya," ucap Kakucho memperingati.

Sanzu berbalik dan menatap Kakucho. "Maksudmu untuk tidak melakukan sex dengannya sebelum Mikey menyentuhnya? Begitukan? Tenang saja Kakucho, aku selalu mengutamakan rajaku."

Kakucho hanya bisa menghela napas kemudian berjalan meninggalkan ruangan penuh senjata itu. Berjalan menuju tempat Mikey berada untuk memastikan apakah [Name] sudah berada di sana dan ketika Kakucho mengintip, wanita itu sudah ada di sana dan berdiri di depan Mikey.

"Aku harap ruangan ini kedap suara."



Dione || BontenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang