Baik Hati

469 25 2
                                    

Hidup sebagai seorang Shinobi tak akan pernah mudah.

Temari sudah menyadari hal itu bahkan sejak usianya masih sangat kecil.

Shinobi haruslah kuat menghadapi dunia yang penuh kebencian, karena sejatinya Shinobi adalah alat yang digunakan untuk bertarung satu sama lain dan pertarungan selalu menimbulkan kebencian.

Temari sepenuhnya menyadari hal itu.

Seorang Shinobi harus tunduk pada perintah, suka ataupun tidak. Ingin ataupun tidak.

Itulah yang Temari pelajari.

Karena itulah, Ia tak pernah ambil pusing dengan perkataan dan perbuatan orang lain padanya.

Temari tak punya pilihan.

Tumbuh di keluarga Kazekage  dengan ayah yang berusaha membunuh anaknya sendiri dan adik yang selalu memberikan ancaman sepanjang waktu membuat Temari terbiasa menghadapi tatapan kebencian orang orang, bahkan atas hal yang tidak ia lakukan dan ia inginkan.

Sama seperti saat itu, ketika ayahnya memberikan perintah untuk melakukan penyerangan ke desa Konoha. Temari dengan patuh menerima perintah itu. Tak ada dendam pribadi, tak ada kebencian terhadap Konoha, bahkan jika boleh jujur, Temari menyukai desa itu. Desa yang dipenuhi orang orang yang berbincang bincang dengan hangat. Pepohonan dan udara yang sejuk, langit yang biru dan awan putih yang melayang bebas tertiup angin.

Tapi Temari adalah seorang Shinobi. Shinobi harus tunduk pada perintah.

Karena itulah, ia menjalankan rencana itu, bersama dengan adik adiknya tanpa tahu bahwa itu hanyalah perangkap yang dibuat oleh seorang ninja pelarian dari Konoha yang berusaha menghancurkan desanya sendiri karena masalah pribadi.

Namun tak ada yang mengetahui hal itu. Yang penduduk Konoha ketahui hanyalah fakta bahwa ninja Suna menyerang Konoha. Tidak ada yang sempat menjelaskan pada para warga tentang apa yang sebenarnya terjadi, semua sibuk membangun kembali desa.

Dan karena alasan itu jugalah, kejadian hari itu terjadi.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Temari kembali berkunjung ke Konoha. Tugas menjadi ambassador Suna membuatnya kembali menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang terasa asing sekaligus familiar.

Temari memutuskan mengikuti kemana kakinya melangkah, membawanya menyusuri jalan jalan yang membawa kenangan lama saat ia dan adik adiknya pertama kali melangkahkan kaki di desa itu. Satu per satu jalanan ia susuri, berjalan tanpa arah. 

Jika ada yang bertanya kenapa seorang Temari berjalan sendirian, itu karena seharusnya saat ini ia sedang berada di penginapan, itulah yang Guide nya ketahui. Shikamaru tak pernah tahu bahwa sesaat setelah ia mengantar gadis itu ke penginapan, Temari memutuskan untuk bernostalgia di sekeliling desa.

Temari masih melamun saat tiba tiba ia merasakan sekujur tubuhnya dingin. Butuh waktu beberapa saat untuk gadis itu mencerna apa yang terjadi, ia akhirnya menyadari bahwa sekarang seluruh tubuhnya basah kuyub. Temari mengangkat wajahnya, mendapati seorang pemilik toko dengan ember di tangannya yang meneriakan kata kata penuh kebencian yang ia tahu ditujukan pada dirinya.

" Berani sekali kau menginjakan kaki di Konoha hah? Kalian ninja Suna, apa tak puas sudah menghancurkan Konoha?!! Apa kalian tak punya rasa malu?!!" itulah salah satu kalimat yang bisa ditangap Temari dari sekian banyaknya sumpah serapah yang keluar dari mulut pria itu.

Temari hanya menunduk dan diam. Bukan karena ia tidak merasa marah, bukan juga karena ia tidak merasa sedih. Ia hanya sudah terlalu terbiasa.

Lagipula ia sadar, faktanya dirinya terlibat dengan upaya penghancuran Konoha. Meskipun sesungguhnya ia tak menginginkannya, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan perbuatannya.

Shikatema Oneshoot: a moment to rememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang