01. Raskha dan Aji

978 49 0
                                    

.
.
.

Seorang wanita memandangi wajah pias anaknya yang tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Entah kapan anaknya akan terbangun dari tidur panjangnya itu.

Anaknya sudah tertidur selama satu bulan setengah tanpa berniat untuk membuka matanya.

Anaknya koma, suaminya meninggal beberapa tahun lalu karena serangan jantung.

Bukankah hidupnya sangat malang?

"Bu Sandra, bisa ikut saya sebentar?" Ucap seorang perawat memanggil wanita yang tengah fokus memandangi wajah anaknya.

"Ah, iyaa.."

Sandra Ardelina, namanya. Ibu dari seorang anak yang bernama Raskha Erlandu Prasetya.

Sandra berjalan menuju ruangan dokter yang menangani anaknya, Ia diam di depan pintu Dokter Jeremy.

Jujur saja Ia takut sekarang

Semoga bukan pertanda buruk

Sandra membuka pintu tersebut, disana ada Dokter Jeremy dan Perawat.

"Bu Sandra, silahkan duduk."

Sandra pun duduk dengan gelisah "Ada apa, Dok?" Tanya Sandra to the point

"Sus, ambilkan rekam medis Raskha Erlandu Prasetya di meja sebelah sana" Perintahnya pada Perawat, Perawat tersebut lalu mengambilkan berkas atas nama Raskha

"Ini, Dok" Ucap perawat itu menyodorkan berkas yang diminta Jeremy

"Saya ada kabar buruk, Bu Sandra."

Sandra mengangguk pasrah "Apa itu dok?"

"Jantungnya semakin melemah, kita harus segera mendapatkan donor jantung."

"Tapi, nama Raskha ada di urutan bawah Dok"

"Saya akan usahakan Raskha dapat pendonor, Bu."

Sandra menangis terharu mendengar ucapan Jeremy "Terimakasih, Dok! Terimakasih..."

Sandra pun keluar dari ruangan Jeremy dengan perasaan sedih namun juga ada rasa senang karena Jeremy akan membantu Rashka mendapatkan pendonor.

"Bundaa.."

"Sakitt.. Bundaa.."

Bayangan Raskha yang selalu kesakitan membuat Sandra meringis, di usia yang masih remaja Raskha harus menerima semua rasa sakit dari penyakit yang di deritanya.

Andai saja anaknya itu sehat, mungkin sekarang Ia akan bersekolah seperti anak-anak lainnya.

Sandra membuka pintu ruang rawat Raskha, rumah sakit ini sudah seperti rumah kedua untuknya.

Semenjak Raskha dinyatakan menderita penyakit jantung membuat dunianya hancur.

Sandra kehilangan semangat hidupnya.

Tidak cukupkah Tuhan menguji dirinya dengan mengambil sang suami dengan penyakit yang sama.

Sekarang, Sandra akan berusaha sekuat yang Ia bisa agar Raskha sembuh, agar Raskha bisa menemaninya selamanya juga agar Ia bisa melihat senyum manis anak sematawayangnya itu.

Ia menatap sendu anaknya yang sedang tertidur dengan tenang.

"Bunda cuma punya kamu, Kha.. Jangan tinggalin Bunda ya sayangg..." Ucap Sandra sembari memegang tangan kurus anak sematawayangnya.

Sandra memencet bel. Tidak lama setelah memencet bel ada satu perawat yang datang ke kamar Raskha.

"Ada apa, Bu?"

"Sus, saya titip anak saya sebentar ya? Gak harus di jagain, cuma di lihat-lihat aja kok"

Perawat itu pun mengangguk, tinggal lama di rumah sakit membuat Sandra dan para perawat akrab.

"Akha, Bunda pulang dulu ya Nak..."

"Sus, nanti kalau ada apa-apa telepon saya ya?"

"Iya, Bu.."

🍃🍃🍃

"Chiel coba kamu ajak Aji ke kamar dulu Nak, agaknya Aji demam."

"Iya, Bu."

"Ayo, Ji.." Ajak Chiello, Aji pun menurut.

Kepala Aji memang agak sedikit pusing dan suhu badannya lumayan panas membuat Risa, selaku Ibu panti khawatir.

"Lo habis ngapain sih, Ji?"

"Ya gak ngapa-ngapain. Orang sakit emang harus ngapain sebelumnya?"

"Ah gak tau deh.."

"Kayaknya demam pengen di adopsi deh.." Ucap Aji sembari tersenyum, membuat Chiello berdecih mendengarnya.

"Yeuuuu~ Itu mah maunya lo!" Ejek Chiello sembari menoyor kepala Aji membuat Aji kesal. Jelas-jelas kepalanya sedang pusing malah di toyor Chiello.

"Tapi, kalau di antara kita ada yang di adopsi gimana ya??" Tanya Chiello

"Yaaa.. Gak gimana-gimana, malah baguskan. Kalo lo di adopsi, lo ga bakalan rebutan makanan sama adik-adik lagi, lo bakalan nyanyi dengan tenang tanpa suara-suara berisik.."

"Iya sih.."

"Jangan lupain gue ya?? Gue ada firasat gue ga bakalan di adopsi, gak apa-apa sih tinggal sama Ibu aja gue udah bersyukur.."

"Kok lo ngomongnya gitu sih?!"

"Gue cuma mau di adopsi sama orangtua gue, Chiel. Gue masih yakin orangtua gue masih hidup.." Ucap Aji sendu

"Berharap pun gak apa-apa tapi kalau sekiranya harapan lo cuma bikin lo sampai sakit gini mending jangan terlalu berharap lagi, Ji."

"Gue balik ke kamar dulu ya?" Pamit Chiello Aji pun mengangguk

Memang apa salahnya berharap? Kalau pun harapan gue cuma sebatas harapan belaka ya gapapa..

Setelah meminum obat, Aji merebahkan badannya ke kasur, Ia harus tidur agar rasa pusingnya mereda.

"Dunia memang kejam dan lebih kejamnya lagi gue lahir kedunia ini tanpa di harapkan.."

Aji memejamkan kedua matanya, Ia tertidur.

To be continued~

Eyooooo~ RaskhAji yorobunnn!!

Ini aku kehabisan judul aja sih sebenarnya jadi gabungin nama raskha sama aji, terlihat sangat tidak kreatif bukan?? 😖

Pendek yaaaaaaa?? Memang bakalan pendek pendek kokk 😌

Ok, see uuuuuu💗

𝚁𝙰𝚂𝙺𝙷𝙰𝙹𝙸 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang