06. Terusir

244 23 0
                                    

Di malam yang dingin nan sepi ini Aji terus berjalan menyusuri jalanan.

Dingin, sepi dan terusir dari keluarga keduanya. Setelah pindah dari panti yang selama 15 tahun membesarkannya kini Aji di usir dari panti yang belum lama ini Ia tinggali.

Aji dituduh mengambil uang donatur, Ia bersumpah dalam dirinya sendiri jika bukan dirinya yang mengambil uang tersebut.

Aji jelas saja tidak terima dituduh seperti itu, namun mereka semua tidak percaya. Setidak suka itukah mereka pada Aji?

"Siapa yang terakhir kali ke dapur?"

Mereka saling bertatapan, sebagian dari mereka mungkin bingung dan mencari tahu 'siapa' orangnya

"Aji Bun.."

Semua pasang mata menatap sosok yang mengangkat tangannya itu.

"Aji kedapur cuma matiin kompor. Demi Tuhan Aji enggak ngambil bahkan enggak tau kalau diatas kulkas ada uang Bunda."

"Aji?"

"Lo tinggal ngaku aja sih Ji!"

"Aji tolong jawab jujur, Nak"

"Mana ada maling ngaku sih Bun!"

"Mana mungkin Aji ambil uangnya, Aji anak baik-baik jadi jaga omongan kamu Anton"

"Coba deh Bunda inget-inget lagi, siapa tau uangnya kepakai sama Bunda tapi Bunda lupa."

"Bunda belum pakai sama sekali, Bella.."

"Aji kamu beneran gak ambil uang itu?"

"Demi Tuhan, Bun Aji gak ngambil uang itu."

"Ngelak terus, cari aja di kamar Aji Bun!"

"Aji, maaf ya Bunda boleh cari di kamar Aji?"

"Boleh, Bun"

Putri pun pergi ke kamar Aji, Ia lalu mencari di setiap sudut kamar Aji.

Berulang kali Putri mengecek laci dan tidak menemukan uang tersebut. Putri lalu membuka lemari Aji dan betapa kagetnya dia ketika menemukan uang itu.

"Ini apa Aji?"

"Bunda, Demi Tuhan bukan Aji! Aji gak tau kalo uang itu ada di lemari Aji. Demi Tuhan!"

"Usir aja Bu si Aji!"

"Jangan usir Aji, Bun!"

"Aji, lebih baik kamu pergi dari sini!"

Entah siapa yang menaruh uang itu. Pada akhirnya Putri lebih memilih mengusir Aji dibanding memaafkan Aji.

Lengkap sekali penderitaannya.

Mengingat kejadian tadi sore saja membuat Aji sedih. Terkadang, hidup memang tidak adil tapi Aji harus tetap bersyukur karena sudah terlahir dan besar dengan sehat.

"Mau kemana? Ga ada tujuan.."

"Aji kangen Bu Risa.. Dan Bu Sara.. Kenapa Bunda Putri jahat banget ya sama Aji?"

"Aji di tuduh dan di usir, padahal Aji gak tahu apa-apa, Bu.."

Aji merebahkan tubuhnya di bangku panjang taman kota, lagi-lagi Aji merenung.

Wajahnya murung, perutnya bergemuruh karena lapar.

Aji benar-benar tidak memiliki apapun untuk di belikan makanan.

"Haii~"

Aji masih duduk namun nafasnya terasa tercekat, seumur hidup Ia baru melihat sosok tak kasat mata di depannya.

"Gak usah takut, gue gak gigit kok cuma galak aja"

Pernyataan sosok itu membuat Aji gemetaran "Ss-setan ga-galak??"

"Gak galak juga sih, gue Raskha. Lo siapa?"

"Gu-gue Aji.."

"Udah gue bilang, jangan takut."

Aji hanya mengangguk saja, Raskha pun mendekat mendudukan dirinya di atas bangku panjang taman di depan Aji.

"Lo kenapa sendirian disini? Udah hampir pagi lho inii"

"Gue di usir Bunda panti dan di tuduh ngambil uangnya juga, padahal bukan gue yang ngambil"

"Mereka kok jahat banget sama lo? Sekarang lo gak ada tujuan dong?"

"Ga ada, Kha. Gue aja tinggal di panti, orangtua gue buang gue gitu aja pas gue masih bayi"

"Gue gaada tujuan, rasanya mau mati aja dehh.." Lanjut Aji pasrah, Raskha yang melihat kepasrahan Aji pun jadi tidak tega. Aji tidak boleh menyerah dengan hidupnya, pikir Raskha

"Lo gak boleh ngomong gitu, Ji."

"Meninggal enak ga, Kha??"

"Enggak tahu Ji, gue belum sepenuhnya pulang. Bunda masih belum ikhlasin gue.." Kini giliran Raskha yang sendu, sejujurnya Ia selalu rindu Bunda.

Kini dunia Bunda dengan dirinya berbeda. Raskha harus pergi, tapi Bunda masih belum sepenuhnya mengikhlaskan kepergian Raskha.

Itu yang membuat Raskha masih berkeliaran disini.

"Tiap kali bunda nangis, gue selalu ada di dekatnya, nemenin bunda."

"Bunda nangis hampir tiap menit, sebentar-sebentar nangis, sebentar-sebentar ceria. Sakit banget rasanyaa.."

"Kalo gue meninggal, gak ada yang bakalan nangisin gue, Kha.." Ucap Aji, lagi-lagi pasrah

"Lo ngomong apa sih, Ji? Lo masih muda, masih banyak yang harus lo raih."

"Tapi, gue hidup juga buat apa? Gue udah gak punya tujuan, Kha.."

"Jadi anaknya Bunda gue aja mau gak?"

"Raskha lo gila?"

"Gue kasihan sama lo, Ji."

"Jangan kasihanin gue, Kha."

Kruyukkk~

"Lo laper?"

"Gue belom makan seharian ini, hehehe~"

"Lo gak punya Uang?"

"Enggak, gak punya sesuatu yang bisa di jual juga Kha."

"Sedih banget hidup lo.."


To be continued..

Lamaa ya ga kesini, padahal draftnya udah ada cuma males ngeditnya aja. Sijeunii doain renjun, mark, johnny sm jaehyun biar cepat sembuh yaa. Semoga kalian sehat selalu. Makasi udah mampir di cerita gajelas ini💗

𝚁𝙰𝚂𝙺𝙷𝙰𝙹𝙸 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang