6.

64 16 36
                                    

Haloo
Setelah sekian lama aku ga lanjut nulis novel, akhirnya sekarang, disaat-saat lagi PAS aku malah rajin nulis..

Haduhh, doa'in nilai PAS aku bagus-bagus yahh...

And kalian baca cerita ini jam berapa?

Happy Reading..


• ✦ ✦ • ☁ • ✦✦ •

Cewek itu masih memenung ditepi kasur, menatap kosong kedua kakinya yang menapak pada lantai dingin dikamar itu. Bunyi alarm untuk yang kedua kalinya membuat ia tersentak, tangannya terangkat menyentuh rambut panjangnya, lalu menghela nafas sembari berjalan menuju kamar mandi. Membiarkan alarm di handphonenya itu mati dengan sendirinya.

Mengingat kejadian beberapa hari lalu, Agir rasanya masih tak kuat untuk bertemu Gaara, dikelas saja cowok itu benar-benar hatinya.

Hatinya resah, gelisah, tak tenang. Setiap malam perasaan itu selalu menghantuinya. Setiap malam juga, mimpi buruk itu selalu menggerogoti alam bawah sadarnya, membuat malam-malam yang seharusnya tenang menjadi sangat mengerikan untuk cewek itu.

Tak butuh waktu lama, Agir sudah siap dengan semua perlengkapan sekolahnya. Sebelum keluar dari kamar itu, matanya tanpa perintah menatap sebuah bingkai foto yang melihatkan dua orang cewek dengan seorang cowok ditengahnya, lalu matanya beralih pada bingkai disampingnya yang membuat dadanya semakin sesak. Menengadahkan kepala, Agir berusaha kuat menghalau air mata yang terasa mendobrak pertahanannya.

"Bukan sekarang Ra. Enggak, enggak akan pernah. Jangan pernah Ra, hiks."

'Tapi emangnya ada yang peduli?'

· • • • ✤ • • • ·

Tuutt tuutt!

"Ck! Kemana nih anak?!" decak Renka membuat beberapa anak Vighorh menatapnya.

"Hm?" dehem Karnel, maksudnya bertanya, kenapa?

"Agir."

"Hm?" dehemnya lagi.

"Gak sekolah, dan gak bisa dihubungin." jawab Renka cemas.

"Hm?" alis Karnel naik dengan samar, raut wajah heran terlihat dimata Renka, tetapi bagi orang lain wajahnya tetap terlihat datar.

"Ya gue cemas lah, dia gak biasanya kek gini!" cowok itu mengacak rambutnya kesal.

"Lo suka?"

Renka menoleh pada Si pemberi pertanyaan yang terlihat berjalan keluar dari kantin Nenek Atri dengan acuh, cowok itu menimbang-nimbang jawaban apa yang akan diberikannya, "Ya."

Lalu menunggu reaksi yang akan diberikan Gaara.

Gaara diam, menghentikan langkahnya tepat didepan pintu keluar, sepersekian detik berikutnya dia berjalan acuh kembali setelah mengucapkan balasannya pada Renka.

"Jangan sakitin anak orang dengan jadiin dia yang ke sekian!"

Lalu jawaban tegas yang diberikan oleh Renka diam-diam membuatnya sedikit tertegun.

"Oke!"

· • • • ✤ • • • ·

Hujan deras yang tiba-tiba mengguyur bumi, membuat Gaara semakin mempercepat laju motornya, membelah jalanan yang sepi. Suasana sore itu sudah gelap, tak seperti biasanya, mungkin karena awan hitam yang sedang menurunkan airnya membuat suasana menjadi suram.

AGIAARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang