13.

62 1 0
                                    

• ✦ ✦ • AGIAARA • ✦✦ •

 
"Ada masalah?"

"Enggak, kok."

"Jujur."

Agira memutar badan untuk menatap Karnel sepenuhnya, "Tujuan lo apa sih kesini?"

"Gua?" tanya Karnel menunjuk dirinya sendiri.

"IYA! SIAPA LAGI HAH?" emosi Agir melihat wajah datar tanpa ekspresi yang ditunjukkan Karnel.

Karnel menggaruk lehernya dengan wajah tetap datar, "Lo butuh temen. Lo bisa cerita."

"Nggak usah, gue nggak papa kok." ucap Agir acuh. Lama-lama dia kesal juga ngomong sama Karnel, padahal sama Gaara nggak gini-gini amat.

"Lo diapain sama om-om kemaren sampai nangis?" tanya Karnel.

"Lu juga nuduh gue kayak anak sekolah kemaren?" tuding Agir membuat Karnel refleks menggeleng dan menyahut.

"Buka mulut. Baru orang paham."

"Aaa!"

"Bukan gitu juga kampret!" datar Karnel menutup mulut Agir.

"Gue kan polos." gumam Agir.

"Om-om kemaren ada hubungan sama trauma lo?" tanya Karnel tiba-tiba, "Atau ada hubungannya sama kematian orang tua lo?" lanjutnya lempeng tanpa raut segan ataupun rasa bersalah.

Agira menatap mata coklat gelap Karnel, "Lo tau dari mana?"  tanyanya, mengingat dia hanya menceritakan privasinya itu kepada Gaara dan Renka.

"Renka."

Mengerjap pelan sembari menggigit bibir dalamnya, tiba-tiba Agir berseru.

"Cepu ah si Renka." dengusnya mengalihkan pandangan, "Siapa aja yang tau?"

"Kita, Inti Vighorv. Lo cari kembaran. Renka minta tolong." ucap Karnel sangat singkat dan padat tapi tidak jelas.

"Ohh, gitu toh." balas Agir mengangguk paham, hahh Agir tidak tau ini benar atau salah, privasi diketahui oleh banyak orang. Setelahnya kembali menoleh pada Karnel saat merasa cowok itu memperhatikannya terang-terangan.

"APA SIH?"

"Jadi?"

"APAAN SIH, KAR? NGOMONG JELAS-JELAS TOLONGG!!" pekik Agir habis kesabaran.

"Siapa?" tanya Karnel yang isi hatinya merujuk pada pria paruh baya yang ditemui Agir di gang.

Secepatnya cowok itu menyambung, "Om-om itu." saat sadar bahwa ucapan hatinya tentu saja tak akan tersampaikan pada Agir.

Agira menghela nafas lelah, "Dia tangan kanan orang yang bunuh orang tua gue." jawabnya acuh.

"Lo trauma? Jadi nangis?"

"YA GIMANA GUE NGGAK NANGIS COBA?!" pekik Agir kesetanan, emosinya benar-benar tersulut karena semua ucapan Karnel. Tapi raut wajah Karnel tak berubah, hanya ada kernyitan tipis didahinya.

Agir menarik nafas panjang untuk menenangkan diri, berbicara dengan Karnel baginya seratus kali lipat lebih melelahkan dari pada mengejar Gaara.

"Gimana pun gue nggak bisa jadi Aqa." gumamnya namun masih bisa didengan oleh Karnel. Cowok itu mengernyit, dengan otak cerdasnya yang mulai mencerna kalimat Agir.

"Lemah."

Agir sontak menoleh, "Huh?!" tanyanya tak terima.

"Lo lemah, kembaran lo enggak. Lo yang sekarang niru jati diri dia, tapi mental lo tetap nggak bisa niru mental dia. Right?" tutur Karnel panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGIAARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang