⚠CERITA INI BELUM DI REVISI⚠
HARAP MAKLUMRenjun berjalan dengan langkah gontainya. menelusuri Sungai Han. ia melihat seorang anak kecil duduk di perbatasan jembatan, seperti ingin melompat. tampa basa basi renjun menghampiri anak tersebut.
"apa yang kau lakukan? ""aku ingin menyusul hyungku" ucap anak itu.
"memangnya apa yang terjadi sampai kau ingin mengakhiri hidup mu"
"hyungku meninggal dan orang tua ku menyalahkan diriku. aku-aku tidak membunuhnya tapi mereka justru malah menyalahkanku, mereka membenciku."
"hanya itu? "
"a-apa maksudmu!!"
"aku bahkan benar-benar melakukannya. Aku membunuhnya "
"Kau bercanda? Kau membunuh orang tua mu sendiri, apa itu mungkin? kau membencinya,setidaknya jangan menyakitinya brengsek " anak itu menghampiri renjun yang ada di belakangnya, mengurungkan niatnya untuk melompat dari atas pembatas jembatan itu.
"yaa aku mendorongnya. aku mendorong ibu ku dari atas tangga hingga dia menggalami pendarahan pada kepalanya "
BUGH!
Satu tinjuan lolos mengenai pipi mulus renjun, ia mengusap sudut bibirnya yang sedikit robek.
"kau sudah Gila? "
Renjun terkekeh mendengar ucapan anak itu " bahkan kau sama gilanya denganku ingin mengakhiri diri disaat akhir-akhir hidupmu tidak ada kebahagiaan"
"yakk setidaknya aku tidak membunuh mereka saat tau mereka membenciku"
Renjun berjalan selangkah demi langkah medekati anak tersebut, ia menepuk pundak anak itu.
"mereka tak membencimu. Mereka hanya butuh waktu untuk segala kesedihan atas kepergian kakakmu. tidak akan lama. bahkan sepertinya mereka sekarang sedang mengkhawatirkan keadaanmu" anak itu tertegup mendengar ucapan renjun, dia yakin pria dihadapannya ini tidak sejahat itu, terlihat jelas dari mata pria tersebut.
" kau tak membunuhnya... " ucap anak itu lirih dan dibalasi dengan senyuman tipis dari sang empun.
" pasti masalahmu sangat berat bukan daripada masalahku" lanjunya.
"semuanya akan baik-baik saja" ucap renjun.
" Hal terbaik yang bisa dilakukan ketika kau kehilangan seseorang adalah tidak menghalangi dirimu untuk bersedih menangis dan merasakan apa yang namanya kehilangan. Itu lebih baik daripada kau berucap semuanya akan baik-baik saja"
" So junghwan!!! " Teriak wanita paruh baya yang baru saja turun dari mobilnya diiringi dengan pria tua dibelakangnya.
"kemana saja kau. eoma dan appa sudah mencarimu keseluruh kota soul. kami mencemaskanmu kau tau" ucap wanita paruh baya itu. ia menangkup kedua pipi gempil putranya dan beralih menyetuh kening sang putra.
"yakk apa ini!! badanmu hangat kau sudah terlalu lama diluar" wanita itu menuntun putranya masuk ke dalam mobil.
Renjun tersenyum simpul melihat interaksi pasang ibu dan anak itu. hatinya semula menghangat.
aah ia merindukan ibunya.
***
"hyung kau benar tak mau makan? bahkan kau belum mengisi perutmu sejak tadi malam. percayalah padaku papa akan baik-baik saja"
Mark melamun. pikiranya kosong ia tak menyangka itu semua bahkan dia tak menyadarinya.
Flashback On
"dengan keluarga pasien" ucap perawat di sampingan dokter bername tag jaehyun yang baru saja keluar dari ruangan putih itu setelah beberapa jam menunggu.
"ya saya sendiri. saya anaknya dok"
"saya ingin membicarakan sesuatu mengenai pasien"
"baik dok" mark meninggalkan jeno dengan jaemin yang tertidur di samping jeno. Jeno mengaguk tanda mengiyakan mark untuk pergi. haechan sudah pulang bersama kedua adiknya. Haechan sedih, tapi ia harus menjadi kuat di hadapan adik-adiknya.
Sekarang tepat dihadapan dokter jaehyun mark berada, ia menatap jaehyun dengan raut wajah serius.
"jadi setelah kami periksa pasien huang chanyeol. ternyata mengalami Radang paru-paru atau yang juga dikenal dengan istilah medis Pneumonia dan itu sudah parah. kami telah meneliti dengan baik beliau sudah terkena radang paru-paru semenjak 5 tahun yang lalu. Kami tidak tau apakah penyakit itu bisa sembuh atau tidak karena.. "
"karena apa dok!! "
Jaehyun menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.
"penyakit radang paru-paru dapat menyebabkan kematian apa lagi penyakit itu sudah parah"
Flashback of
" jeno.. "
Mata mark berkaca-kaca ia memangil adiknya dengan suara paruh.
" hey your okey? " tanya jeno.
"I don't know I just feel confused with my mind"
" kau bisa membaginya dengan ku. jangan menjadikan masalah dalam pikiran mu kau bisa cerita kita ini keluarga."
Jeno memeluk tubuh kekar mark. ia rasa sangatlah berat menjadi kakak tertua karena harus terlihat kuat di hadapan daik-adiknya. begitu pula mark. Terakhir kali jeno melihat mark menangis adalah saat pemakaman mending ibunya itupun sudah sangat lama.
Yaaa semua orang tidak tau seberapa sering mark menangis, yang mengetahuinya hanyalah renjun seorang. di setiap tengah malam yang seharusnya semua orang tengah tertidur nyeyak di situlah seorang mark menangis, menangis antara karna rasa rindu, amarah atupun rasa bersalah.
renjun mengetahuinya hanya saja ia tidak bisa untuk memeluk tubuh kakaknya itu. renjun tau mark lelah dia membutuhkan kehangatan seorang ibu, sosok yang jadi objek penyemagat dalam hidup mark.
Tapi apa boleh buat, renjun tak bisa melakukan apa-apa.
Maaf kalau ada kesalahan penulisan, tanda baca dll cerita ini emang gaje hehe
Eaitsss jgn lupa voment
KAMU SEDANG MEMBACA
Release || Huang Renjun ||
Teen FictionRenjun hanya menginginkan kasih sayang, ia sudah lelah menjadi tempat pelampiasan sang kakak ataupun adiknya. " aku lelah, aku tidak ingin menjadi tempat pelampiasan kalian lagi " ©Az__chane