"Kenapa dia melihatku seperti itu, apa dia meremehkanku?" Seru Wonwoo yang sudah siap mengembalikan rem tangan, dia sudah kembali di kursi pengemudi.
"Bukan meremehkan Won, tapi meragukanmu." Kata Hoshi di sampingnya. entah kenapa sambil tersenyum mencurigakan.
Wonwoo kembali melaju namun batal karena dia melihat seorang pria di jalur mesinnya. Dia terlihat terlalu rapi untuk pekerja lapangan. Wonwoo tadi bertanya padanya untuk menunjukkan jalan tetapi orang itu mematung, Wonwoo tidak heran kalau ternyata dia orang kantor dan tidak tahu yang harus dilakukan di sini. Meskipun menggunakan helm proyek putih bisa saja dia orang yang terlibat kunjungan. Ini bukan sikap yang terpuji karena Wonwoo sendiri meremehkan pria itu.
Belum lagi perkataan Hoshi membuat dia panas, meragukan Wonwoo? Dia seorang profesional dan langsung menggantikan PIC di lapangan. Dia memiliki pengalaman kerja yang panjang. Ada puluhan HR yang menunggunya resign dari perusahaan ini agar meneken kontrak di perusahaan mereka.
Well itu memang sesuatu yang bisa dibanggakan. Tetapi Wonwoo bukan orang yang haus jabatan, dan kebutuhan finansialnya sudah terpenuhi dengan gajinya yang sekarang. Dia memang pintar sayangnya tidak terlalu dimanfaatkan, buktinya dia senang mentok di divisi paling gabut dan bekerja di gudang yang sistem kepemimpinannya bergantian.
"Bisa minta waktunya?" Seru pria itu.
Suaranya terlalu lembut untuk berada di lapangan, dan kemeja pria itu sangat rapi tidak pantas di bawah terik matahari dan di antara debu-debu. Wonwoo meminta Hoshi mengambil alih mesin lalu dia turun menghadapnya.
Wonwoo pekerja lama dan mengenal delapan puluh persen pekerja di perusahaan. Tapi dia baru melihat pria di depannya. Wonwoo sendiri cukup bangga dengan fisiknya saat ini, pada dasarnya dia memiliki tinggi badan yang ideal dan rajin gym untuk membentuk otot yang dibutuhkan tubuhnya.
Tapi berhadapan dengan pria di depannya sekarang menimbulkan rasa iri sekaligus kagum yang tidak dapat dijelaskan. Dia hanya mengenakan kemeja abu-abu dengan lengan digulung, kulitnya berwarna cokelat alami dan perawakannya lebih besar daripada Wonwoo. Jelas itu mengintimidasinya sehingga membuat nyali Wonwoo sedikit ciut. Tapi bukan itu intinya.
Wajah pria itu tegas namun rahangnya lembut dengan senyum menawan. Menilai kerutan di wajahnya kemungkinan usianya di akhir tiga puluhan. Bahunya tegap dan dadanya tetap terlihat bidang meskipun dibalut rompi. Pinggangnya sempit menandakan tubuhnya proporsional dan dia berdiri dengan mantap.
Normalnya Wonwoo orangnya kalem dengan pembawaan yang tenang, semua orang hanya tidak tahu di balik wajah datarnya sebenarnya dia sedang menilai orang-orang di sekitarnya. Tetapi tidak terimakasih berkat pria itu Wonwoo tidak tahu perasaan takut apa ini. Tidak dia bukannya takut, hanya belum tahu berhadapan dengan siapa.
"Selamat pagi, saya sedang bicara dengan?" Pria itu mengangkat tangan dan Wonwoo reflek menjabatnya.
"Jeon Wonwoo, pengganti sementara PIC QC Pak."
"Kenalkan saya Kim Mingyu, manajer operasional di sini. Senang bekerja sama dengan anda."
Shit.
Wonwoo hapal dengan struktur perusahaan, tapi bertemu langsung dengan orang-orang dalam jabatan tersebut bukan sesuatu yang biasa terjadi setiap hari. Seperti kali ini, ada Manajer Operasional di hadapannya. Bukan lagi staff golongan 5 tapi di atasnya.Dan belum lagi dia baru saja menegur Mingyu untuk menunjukkan jalan. Tiba-tiba dia menghitung jamsosteknya sudah berapa. Delapan tahun bekerja pesangonnya pasti besar.
"Eh?" Dengan sok akrab Mingyu merangkul dan meletakkan tangannya di lengan Wonwoo. Tangan Mingyu sangat besar dan panas, kulit di seluruh lengan Wonwoo dapat merasakan itu karena dia tidak memakai seragamnya dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quality Control
Ficción GeneralKehidupan Wonwoo yang tidak ada warna mendadak nano-nano saat dia harus menggantikan seorang PIC di lapangan, karena dia bertemu Kim Mingyu, M.O. yang mencuri hatinya tepat saat pertama kali mereka bertemu. "Maksudku, kamu biasanya pacaran ga lebih...