4

42 7 0
                                    

"Nice..." seru Wonwoo saat Mingyu mengantar ke mobilnya. Dia membukakan pintu dan Wonwoo langsung duduk di kursi penumpang di sebelah kemudi.

Saat Wonwoo bilang dia tidak bawa kendaraan, memang seperti ini yang ada di harapannya.

He got taste.

"Kamu suka?" Tanya Mingyu.

Tanpa banyak pikir, Wonwoo mengusap dashboard mobil Mingyu. Sebuah mercy abu-abu yang dimodifikasi dalamnya. Seluruh joknya diubah berwarna hitam dan wangi semerbak kopi bercampurkan cigar menguar di seisi mobil.

"Yah." Kata Wonwoo.

"Jujur aku kaget saat kamu bilang umurmu 29, kamu kelihatan sebaya dengan puteriku."

Karena terlarut dalam pikirannya sendiri, Wonwoo tidak menyadari Mingyu sudah duduk di sampingnya. Tiba-tiba Wonwoo merasa rahangnya ditarik oleh jemari Mingyu, menghadap ke wajahnya.

"Saya boleh cium kamu?"

Tangan Mingyu hangat. Mereka bertatapan cukup lama. Wine tadi mulai memberikan efek. Wonwoo mengangguk. Kepalanya terasa berat. Dia melihat banyak gemerlap bintang di balik kelopak matanya.

Tanpa banyak berbasa-basi, Mingyu menarik rahang Wonwoo ke wajahnya. Lalu mereka berciuman. Wonwoo tidak memberikan reaksi penuh arti, hanya mengikuti kemana jemari itu membawanya.

"Bagaimana? Tidak ada bedanya kan?"

"Ya."

"Baiklah, aku akan mengantarmu ke mess."

"Tidak, jangan ke mess. Aku mau pulang."

"Besok kamu tidak kerja?"

"Besok saya ke pusat untuk menyerahkan laporan, rumah saya lebih dekat. Saya ke site agak siang."

Mingyu tidak banyak bertanya. Dia segera melajukan mobil ke tujuan yang dimaksud Wonwoo. Selama di perjalanan ia terlelap, dia sedikit mendengar Mingyu bicara. Kepalanya sangat pusing, dia memang terlalu banyak terjaga seminggu kemarin akibat mobilitas dadakan dari bosnya. Mingyu yang melihat Wonwoo tertidur hanya tersenyum tipis.

🎳

"Serius dia bilang begitu?"

"Iya serius."

Selain bekerja di bagian Surface Fasilities, Jihoon merangkap jadi teman curhat Wonwoo sejak tiga tahun lalu. Dia merupakan karyawan pindahan dari perusahaan BUMN dan memilih untuk bekerja di PT Cahaya (perusahaan tempat Wonwoo bekerja sekarang) akibat banyaknya insiden internal di perusahaan lamanya.

"Bagaimana rasanya?"

"Seks?"

"Kalau seks aku tahu. Maksudnya, melakukannya dengan pria?"

"Kamu ga browsing? Atau coba nonton gayporn."

"Aku pusing kalau lihat cowok telanjang Jihoon."

"Kalau lihat badan Pak Kim gimana?"

Mendadak darah berdesir ke kepala Wonwoo. Dia menarik napas buru-buru. Wonwoo tidak sampai hati memikirkan badan Mingyu. Yang ada di pikirannya hanya pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Di saat luang seperti ini saja dia baru teringat hal-hal seperti itu. Maka dari itu dia bertanya kepada Jihoon.

"Maksudnya, cara melakukannya dengan pria."

"Tergantung Won. Masing-masing orang punya caranya sendiri. Dan kamu orang terakhir yang aku pikir bakal menanyakan soal ini."

Jihoon itu gay dan cukup terbuka. Tapi sebelumnya dia tidak pernah mengekspos pacarnya. Bertahun-tahun lalu saat dia masih bekerja di kantornya dulu, ada rekan kerjanya yang ketahuan gay lalu didiskriminasi. Karena tidak tahan dengan situasi itu dia pindah tempat kerja dan berjodoh dengan PT Cahaya.

Quality Control Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang