6

47 5 0
                                    


"Kamu mau duduk atau sambil berdiri?"

"Berdiri saja Pak."

Lalu Mingyu menarik tangan Wonwoo dan membimbingnya agar bersandar di dinding. Setelah itu Mingyu bertumpu pada salah satu lututnya, Mingyu mencium Wonwoo tepat di mana alat vitalnya berada. Wonwoo meraih rambut Mingyu, merasakan gugup yang luar biasa.

Tidak tahu apa yang merasuki Wonwoo, dia mengizinkan pria asing yang baru dikenalinya dua minggu untuk mengulum penisnya. Wajah Mingyu tepat berhadapan dengan kemaluannya. Mingyu memegang penis Wonwoo lalu diamatinya sebentar. Wonwoo membuang muka karena malu.

"Ternyata lebih besar dari yang saya bayangkan." Katanya sambil mencium buah zakar Wonwoo. "Dan merah." Tepat setelah mengatakan itu, Mingyu langsung memasukkan penis Wonwoo ke mulutnya.

"Ha...." Wonwoo reflek membungkuk, tangan Mingyu menahan pinggang dan perut Wonwoo.

"Jangan jatuh."

Wonwoo mengangguk. Mingyu mengeluarkan ludah lalu membalurnya di sepanjang penis Wonwoo. Sudah setengah ereksi. Kemudian tangan Mingyu mengocok penis Wonwoo. Wonwoo menggelinjang. Mingyu kembali memasukkan penis Wonwoo ke mulutnya berulang-ulang.

"Haa... Pak.."

Mingyu memaju mundurkan kepalanya, lalu dia mencium ujung penis Wonwoo menimbulkan suara yang keras.

"Ah sakit..."

Mingyu mengocok batang penis Wonwoo dengan tangannya sementara ujungnya dia hisap. Wonwoo merasa pusing sampai-sampai dia menekan kepalanya ke belakang. Ini kuat sekali. Dia tidak pernah merasakan sensasi luar biasa seperti ini. Rasanya basah, nikmat dan kuat.

Lalu Mingyu memasukkan seluruh penis itu ke mulutnya.

"AH JANGAN... KALAU DIHISAP BEGITU.."

Wonwoo berusaha mendorong kepala Mingyu dengan menarik rambutnya. Lalu kepala Mingyu terdorong ke belakang, sperma Wonwoo keluar saat itu juga. Cairan putih itu muncrat di setengah wajahnya. Mingyu hanya dapat membuka mata kanannya karena yang kiri terkena cipratan.

"Padahal kalo keluar di tenggorokan nanti ga terasa Wonwoo." Katanya. "Sekarang kamu bersihkan ya."

Sekarang bukan saatnya untuk pura-pura bodoh. Itu kesalahannya dan dia tidak memiliki alasan untuk menolak. Wonwoo kemudian duduk di hadapan Mingyu, dia amati wajah Mingyu dengan cemas. Wonwoo merengkuh leher Mingyu kemudian dia jilat sperma di wajahnya.

Mulai dari dagu, mulut, hidung, pipi, lalu ke mata. Wonwoo merasa mual. Itu pertama kali baginya menelan sperma, apalagi itu miliknya sendiri. Wonwoo menutup mulut dengan tangannya. Dia siap muntah kapan saja.

Tiba-tiba Mingyu menarik Wonwoo ke kasur, dia mengambil kedua tangan Wonwo lalu dibentangkan lebar-lebar. Mingyu mencium mulut Wonwoo lagi, bukan ciuman lembut. Wonwoo memiringkan kepalanya lalu balas mencium. Dia membuka mulutnya lebar-lebar, berusaha memasukkan lidahnya.

Wonwoo berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Mingyu. Saat tangan kanannya bebas, dia mengocok penisnya.

"Ha..."

Lalu mereka berciuman lagi untuk beberapa menit. Wonwoo merasa kepanasan berada di bawah Mingyu dan ingin berganti posisi. Lalu dia berguling, kali ini Mingyu di bawahnya. Wonwoo buka baju handuknya lalu mulai mengocok lagi.

Mingyu menangkup wajah Wonwoo, membawa Wonwoo ke dalam pelukannya. Kali ini mereka berciuman lebih dalam. Mingyu menahan kepala Wonwoo dalam kedua tangannya, mengurungnya di hadapan wajahnya. Tidak mau terlepas.

"Wonwoo.."

Mereka berciuman lagi. Kelap-kelip bintang memenuhi kelopak matanya. Sensasi panas muncul lalu hilang di kepala dan badannya. Terus seperti itu. Sampai Wonwoo tidak ingat sudah berapa lama mereka bertahan dalam posisi itu. Dia tidak tahan. Penisnya sudah ia kocok tapi belum klimaks. Wonwoo menarik badannya. Dia duduk di perut Mingyu.

"Ha... Pak."

"Kamu keras banget Won."

"Pak gamau keluar. Tanggung jawab." Katanya merengek.

Wonwoo mulai menggesekkan penisnya di perut Mingyu. Dari pelan kemudian tempo. "Haa... hhaaa..."

"Wonwoo nanti baju saya kotor."

Kepala dipenuhi nafsu, Wonwoo berusaha mengabaikan perkataan Mingyu. Dia menggesek penisnya lebih cepat. Ini tidak berhasil. Bagaimana caranya untuk berhubungan dengan sesama pria. Wonwoo mencoba menggesekkan miliknya lagi sampai baju Mingyu sudah tidak memiliki bentuk. Wonwoo terus menggesekkan penisnya yang keras dan semakin sakit.

Lalu Wonwoo kembali duduk. Dia kocok penisnya yang tegak. Dia tatap kedua mata Mingyu. "Haa.. Pak... Bagaimana caranya ejakulasi."

Mingyu tersenyum lalu dia mendorong Wonwoo untuk menepi. Dia berdiri dari kasur kemudian membuka pakaiannya, mengabaikan Wonwoo yang sibuk dengan penisnya. Setelah itu Mingyu duduk, kali ini di bibir kasur. Dia menarik tangan Wonwoo agar duduk di sampingnya. "Wonwoo tenang." Mata Wonwoo setengah terbuka.

"Mau aku ajari?"

Wonwoo mengangguk.

"Mau di atas saya?"

"Iya Pak."

"Panggil saya Mingyu ya."

"Mingyu."

Sekembalinya di kasur, Mingyu bersandar di bantal yang ditumpuk tinggi. Lalu Mingyu membimbing lengan Wonwoo agar Wonwoo duduk di atasnya. Mingyu menurunkan boxer kemudian menuntun jemari Wonwoo untuk melingkari penis mereka. Wonwoo kaget bukan main.

Penis Mingyu sangat besar. Dia memang merasakan gundukan di perut Mingyu dari tadi, tapi dia tidak menyangka ukurannya tiga kali lipat miliknya. Bukan hanya badan Mingyu yang tebal, yang di bawah juga.

Tapi Wonwoo percaya diri. Mingyu membawa Wonwoo menempelkan penis mereka, lalu tangan mereka berdua melingkari penis itu. Sekarang Wonwoo diminta Mingyu untuk bergerak. Rasanya panas. Panas yang nikmat.

"Ah P-Pak... Mingyu. Saya sebentar lagi keluar."

"Tidak apa Wonwoo."

"Tapi saya mau keluar bareng."

"Iya Wonwoo."

Wonwoo mempercepat gerakannya. Beberapa menit kemudian mereka akhirnya mencapai klimaks. Kemudian Wonwoo jatuh di badan Mingyu, kepalanya pusjng. Setelah itu kedua lelaki itu berusaha mengatur napas mereka.

Wonwoo memegang penisnya lagi.

"Kamu biasa main berapa kali?"

"Sekali atau dua kali."

"Kelihatannya ga begitu."

Wonwoo membelakangi Mingyu lalu tidur menyamping. Kembali mengocok.

"Ada saya di sini Wonwoo, kamu ga mau melakukannya sama saya?"

"Bukan begitu Pak, saya belum siap kalau harus melakukan seks."

Mingyu tidak membuat suara. Tanpa aba-aba, Wonwoo merasa pinggangnya ditarik merapat dengan badan Mingyu. Kemudian dia merasakan batang penis Mingyu di bokongnya. "Pak, saya sudah bilang.."

"Tenang Wonwoo, tenang.. Kamu rapatkan saja kakimu oke? Salah gerakan saya bisa salah masuk."

Wonwoo menurut saja. Dia rapatkan kakinya sesuai permintaan Mingyu, dia bisa merasakan penis Mingyu yang kembali mengeras di antara paha dalamnya. Dia cepat sekali terangsang. Mingyu memaju mundurkan pinggangnya, bersamaan dengan itu Wonwoo merasakan buah zakarnya digesek.

Dia merasakan kenikmatan yang tidak pernah dirasakannya. Kepalanya pusing dan badannya kebas. Tangan kanan Wonwoo memegang seprai sementara tangannya yang lain dia pakai untuk menahan pinggul Mingyu. Dia bergerak terlalu cepat.

"Akh.."

"Kenapa Wonwoo? Enak kan? Saya tidak masukin loh."

Tangan Mingyu masuk ke mulut Wonwoo, lalu dia hisap kuat-kuat. Jemari Mingyu bermain di dalam mulutnya, ludah bercucuran ke seluruh wajah. Lidahnya terjepit. Dia tidak dapat bersuara. Wonwoo hanya dapat mendengar suara napas Mingyu di telinganya.

"Tidak mungkin."

"Kenapa Wonwoo?"

"Saya... klimaks tanpa memegang penis Pak."

##
Bersambung

Quality Control Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang