Abian yang masih tertidur nyenyak harus terbangun karena suara gaduh dari depan kamarnya, padahal jarum jam masih menunjukkan pukul 4.30 pagi.
Dengan malas Abian segera membuka pintu kamar itu dengan muka yang masih sangat mengantuk. "Masih pagi udah pada debat di depan kamar Bian! Lihat tuh masih pukul berapa, hoam~" Ucapnya dengan kesal tapi rasa kantuknya jauh lebih menguasai dirinya.
Jonathan dan sang ayah yang sedang fokus beradu argumen pun langsung menoleh ke sumber suara. "Loh Bian kok udah bangun?" Ucap sang ayah yang tak menyadari letak kesalahannya.
"Huh! Ayah sama Abang ngapain sih pagi-pagi udah berisik di depan kamar Bian?!"
"Duh, Bian sayang maafin Abang ya? Bian kebangun gara-gara kita ya?"
"Udah tau salah kok masih nanya sih?!" Abian yang terlanjur kesal karena tidurnya terganggu pun langsung melenggang pergi ke tempat bundanya berada.
"Tuh kan Bian jadi marah. Ayah sih ngapain juga suaranya gak dikecilin."
"Giliran gini kamu nyalahin ayah?! Bukannya suara kamu yang kegedean?!"
Perdebatan itu terus saja berlangsung, sampai sang bunda datang menjewer telinga kedua lelaki itu. "Pagi-pagi udah pada berisik! Tuh lihat mood Bian pagi ini jadi jelek gara-gara kalian berdua! Kalau mau debat di luar bukan di depan kamar!"
***
Jarum jam telah menunjukkan pukul 6 pagi. Sejak perdebatan yang terjadi satu setengah jam yang lalu, Abian tak bisa kembali tertidur. Dia lebih memilih untuk membantu sang bunda yang sedang memasak di dapur. Setelahnya Abian bergegas pergi mandi.
Di ruang makan yang biasanya ramai kini mendadak sepi karena mood sang anak bontot kesayangan mereka sedang buruk. Di setiap penjuru ruangan itu hanya terdengar bunyi dentingan sendok dan garpu yang menghiasi ruangan makan tersebut.
Cukup lama hening, akhirnya suara Abian yang tengah ditunggu pun keluar. "Bun, Bian udah kenyang. Hari ini Bian berangkat bareng sander." Ucapnya dengan wajah yang datar.
"Iya sayang, Sandernya udah di kasih tau belum kalau kamu mau bareng sama dia?" Ucap sang bunda dengan senyumannya.
"Udah kok bun, paling masih di jalan."
"Kamu gak mau Abang aja yang antar?" Ucap Jonathan dengan muka bersalahnya karena telah membuat adik kesayangannya itu kesal.
"Ga usah." Jawab Abian dengan nada ketus. "Bun, Bian berangkat ya, itu Sandernya udah nyampe." Lanjut Abian dengan senyuman yang cerah hanya untuk bundanya.
Baru saja Abian akan melangkahkan kakinya, tangannya langsung di tahan oleh sang ayah. "Bian sayang. Bian anak kesayangannya ayah. Ayah minta maaf karena udah berisik di depan kamar Bian. Bian jangan gini dong nak"
"Ayah, Sander udah nungguin. Bian pergi ke kampus dulu." Ucapnya seraya melepaskan tangan sang ayah dari tangannya.
Setelah tangan sang ayah terlepas, Abian langsung pergi dari ruangan itu. Sebelum benar-benar pergi sang bunda langsung mengikuti langkah Abian.
"Sayang, biar bunda temenin sampai depan ya?" Abian hanya mengangguk tak lupa senyumannya yang terpatri di wajahnya.
Sesampainya di halaman depan, Abian langsung memasuki mobil yang dikendarai Sander. Tak lupa sebelum berangkat Abian memeluk sang bunda terlebih dahulu.
"Bunda, Bian berangkat ya~" Ucapnya dengan nada yang manja. "Iya sayang. Sander, bawa mobilnya ga usah ngebut. Hati-hati dijalan ya." Ucap sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfie [Slow Update]
Novela JuvenilWiraka adalah seorang playboy. Dia bahkan memiliki banyak selingkuhan. Tak heran jika dia dijuluki sebagai buaya. Setelah mempermainkan hati Abian, dia pun mendapatkan karmanya. Abian adalah lekaki polos nan baik. Anaknya ceria. Dialah yang telah me...