Sequel : FALL - EMPTY - NOKTAH
21++
Violet mengganggu Biru setiap hari. Namun, lelaki dingin itu tak pernah mengubrisnya. Tidak mau berurusan dengan gadis bar-bar yang menyebalkan.
Suatu hari tanpa disengaja, mereka menghabiskan malam panas yang pad...
Biru menggeliat sambil melenguh. Cahaya matahari memancar menembus jendela apartemennya. Dia menyipit dan meraba di sebelahnya. Kedua matanya terbuka lebar lalu menghela nafas kasar.
Di sampingnya tidak ada Violet yang dia bawa tadi malam dari club malam. Sampai sekarang, Biru tidak mengerti dengan kebiasaan unik gadis itu. Dia tidak pernah mau menginap di apartemen Biru, kalau pun ketiduran pasti pulang sebelum lelaki itu bangun.
Mereka hanya tidur, Violet mabuk berat sampai tidak sadarkan diri. Apartemen Biru adalah tempat paling aman dibandingkan dengan kos-kosan Violet saat pulang tengah malam.
Biru turun dari ranjang menuju kamar mandi. Membiarkan air mengalur membasahi tubuh telanjangnya yang berotot. Rambut Biru mulai memanjang, kalau tidak di sisir dan dibentuk rapi, rambut bagian depan telah menutupi mata hingga ujung hidung.
Biru menarik handuk dari gantungan kemudian melilitkan pada pinggang. Sebelum memakai baju, dia lebih dulu menelepon Violet. Panggilannya teralihkan, Biru meringis sedikit kepikiran.
Hari libur seperti ini, biasanya mereka tidak pernah bertemu kecuali akhir-akhir ini. Biru mendatangi kos-kosan Violet dan menghabiskan satu harian di sana. Kadang mereka pergi makan dan mampir di hotel atau apartemen Biru.
Hubungan mereka hanya berlandaskan teman tidur. Tidak ada obrolan mengenai perasaan atau rencana selanjutnya. Biru dan Violet sama-sama senang dengan hubungan yang mereka jalani saat ini.
Biru sedikit terusik dengan keteguhan Violet. Biru adalah lelaki pertama untuknya, tetapi gadis itu tidak pernah terbawa perasaan. Bahkan, di kantor masih menunjukkan sikap yang biasa. Menggoda Biru terang-terangan dan saat berdua melakukan adegan panas, Violet tidak pernah meminta Biru memperlakukannya spesial.
"Woi!"
Biru menoleh ke belakang. Akhirnya, dia memutuskan pergi menemui Violet di kos. Para tetangga Violet sudah mengenal lelaki itu dengan baik, menyambut Biru ramah dan tidak pernah menggurui.
"Iya, lo."
Biru mengerutkan dahi. Dia berhenti menaiki undakan tangga dan menunggu lelaki yang menanggilnya mendekat. Lelaki itu tampak menilai Biru dari atas hingga bawah, lalu tersenyum miring.
"Lo mau menemui Violet?" Biru menaikkan salah satu alisnya. "Gue abangnya." tambah laki-laki itu mengenalkan diri.
"Iya." kata Biru singkat.
"Kakak gue cerita tentang lo." lanjut lelaki itu. Dia tampak lebih muda dari Biru, tetapi penampilannya sangat berantakan seperti preman pasar yang pengangguran. "Olive. Dia mergokin lo ada di kosan adik gue pagi-pagi."
"Iya." Biru mengangguk ragu.
"Lo ngasih duit?" Biru memandangnya tajam. "Gue juga mau."
"Buat apa?"
"Adil dong, Bro!" kata lelaki berpenampilan berantakan itu sedikit kesal. "Lo ngasih kakak gue, buat gue juga harus ada."
"Berapa?"
Dia tersenyum senang lalu terkekeh. "Gue suka gaya lo." katanya. "Samain kayak kakak gue. Satu juta."
Biru diam beberapa saat. Dapat menilai meski baru saja bertemu, bahkan hanya bicara singkat. Biru mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan uang pecahan seratus ribuan lalu memberikan dengan nominal yang diminta.
"Thanks, bro!" Dia menepuk lengan Biru dengan uang yang didapatkannya. "Gue Alba. Gue cabut dulu."
"Kamu nggak mau menemui adik kamu?" tanya Biru tidak habis pikir.
Alba mengibaskan tangannya. "Lo atur aja. Gue percaya sama lo."
Setelah itu, Alba benar-benar pergi dengan motor RX-King yang mengeluarkan suara menggelegar dan asap tebal. Biru meringis dan kembali menaiki undakan tangga sampai di depan kamar Violet. Dia mengetuk pelan sembari menelepon dari ponsel.
Rupanya pintunya tidak dikunci. Biru berdecak kesal, Violet sedang pulas di atas ranjangnya yang berukuran single dan membiarkan pintunya tidak terkunci. Gadis yang sangat nakal, tidak ada rasa was-was sedikitpun.
Violet menggeliat merasakan gerakan pada ranjang kecilnya. Dia membuka mata pelan-pelan dan tersenyum. Biru sedang membelai wajahnya yang masih berantakan. Riasannya tadi malam masih tersisa di bagian mata dan bibir. Yang lain luntur menempel pada bantal serta selimut.
"Mas Biru." panggil Violet serak membuat badan Biru bereaksi.
"Kenapa kamu pulang kalau masih ngantuk?" tanya Biru lembut.
Kedua mata Violet masih terpejam. "Hem." gumam Gadis itu pelan. Violet masih mengantuk meski sudah siang. Perutnya berbunyi kerocongan tetapi tidak membuatnya langsung bangun.
"Vio!" geram Biru. Selimut Violet tersingkap sehingga memperlihatkan dadanya. Violet tidak mengenakan pakaian. Biru makin kesal, kalau ada yang iseng membuka pintunya, Violet dalam bahaya.
Violet kembali menggeliat dan menarik baju Biru supaya ikut bergabung tidur dengannya. Biru berada di atasnya dan Violet memeluk lehernya. Nafas Biru mulai kasar, terutama dengan dada Violet yang terpampang jelas di bawahnya. Biru mengecup dada Violet membuat gadis itu gelisah.
"Mas, gue basah." ucapnya serak.
"Makan dulu. Perut kamu keroncongan."
"Bentar, mas."
Violet bangun dan berlari ke kamar mandi.
Biru menarik nafas kasar dan mengunci pintu, karena selanjutnya mereka bukan hanya duduk diam saja. Violet keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian, wajahnya lumayan segar dan warna hitam yang melingkar di mata tidak kentara lagi.
Violet melompat ke pangkuan Biru. "Cepet banget datangnya?"
"Ponsel kamu nggak aktif."
"Kayaknya mati." Bahkan Violet tidak yakin ponselnya masih ada di dalam tas.
Biru membelai wajah Violet, memandang dalam dan memberikan kecupan manis.
***
Jakarta, 27.12.21
Tiap ketemu gas.
Selow, namanya FWB. Cuma buat senang-senang doang.
Ada proses, tar dikit-dikit keluar setannya kwkwkwkwk.
Sejauh ini, udah dua yang keluar. Minta duit pula semua 🤣
Siapa yang udah baca semuanya di Karyakarsa? Gimana? Seru gak?
Di Karyakarsa udah sampe part 16 lho. Skuy, kalian baca duluan di sana karena bedanya update di Wattpad minimal 1 bulan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.