Keluar

9 6 0
                                    

.
.
.
.
Merasa sendirian diruang makan dan tidak melakukan apa-apa Shion berniat untuk pergi ke kamarnya. Ruang demi ruang ia lewati suasana terasa sunyi seperti biasa.

Sesampainya didepan kamar, Shion dengan perlahan membuka pintu kamarnya. Merasa jiwa nya terpanggil oleh kasur, ia segera merebahkan diri diatas kasur nya yang nyaman dan empuk itu.

Dengan beralaskan tangan sebagai bantalan nya, Shion hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah langit-langit kamar nya.

Hanya kamarnya lah yg membuatnya merasa tenang dan tidak merasakan hal dimana rasa takut bertemu dengan papa nya walaupun sementara saja.

Merasa tidak nyaman dengan seragam yang masih ia kenakan saat ini, ia terbangun dan menuju lemari pakaian nya. Ia melepas baju seragam dan segera mengganti dengan baju biasa. Shion merasa bosan, ia ingin pergi ke suatu tempat. Shion membuka sedikit pintu kamar nya lalu melongokkan kepalanya keluar dia memperhatikan keadaan diluar kamarnya,

"Sepertinya aman, mungkin mama dan papa sedang beristirahat di kamar " ujarnya sambil mengawasi keadaan sekitar.

Shion kembali mengenakan sepatu nya dan mengambil kunci mobil yang tersimpan di laci meja belajar nya, beres dengan semua hal, ia kembali ke arah pintu dan bergegas keluar dari kamar.

Berjalan layaknya pencuri yang sedang mengendap edap sambil menengok kearah kanan dan kiri, ia menuju pintu keluar.
Membuka pintu dengan sangat berhati-hati agar tidak terdengar, akhirnya Shion berhasil lolos.
Berlari menuju ke arah garasi dan sesegera mungkin Menaiki mobil kesayangan nya, mobil itu didapat dari hadiah ulang tahun nya ke 17.

Saat hendak menyalakan mesin mobil tiba-tiba pak Budi muncul dari samping garasi karena ia mendengar suara mesin mobil hidup.

"Mau kemana, mas?" tanya pak Budi yang merasa penasaran.

"Aku mau keluar sebentar pak"

"Bagaimana jika papa mu tau, bisa bahaya nanti" ujar pak Budi dengan raut wajah khawatir.

"Jika papa bertanya, jawab saja kalau aku sedang membeli buku, ayolah pak tolong buka kan pintu gerbangnya" Jawab Shion dengan santai.

Dengan berat hati dan rasa khawatir, pak Budi terpaksa membuka kan pintu gerbang yang sangat besar itu.

"Terimakasih pak~" ujar Shion.

"Iya, hati-hati, mas." jawab nya sambil kembali menutup pintu gerbang.

Shion melajukan mobilnya dan bergegas meninggalkan rumahnya.

//next?:)//to be continue...

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang