I love you, but... | PokeTigu

204 9 3
                                    

.







.






Orang-orang... Memandangku rendah...

.






"Hey, lihat anak itu. Si anak pintar yang membuat posisi rangking 1-ku direbut. Dia harus diberi pelajaran"

"Aku setuju. Orangtuaku juga jadi menyuruhku untuk menjadi anak seperti dia. Setiap hari selalu membandingkanku dengannya. Padahal anak itu cuma anak miskin yang kebetulan punya otak pintar."

"Haha, ayo kita buat dia paham."


.



Orang-orang... Berpikir kalau mereka bisa seenaknya padaku yang tidak berdaya...


.



"Huh?! A-apa yang akan kau lakukan?!"

"Hee.. Kau diam saja dan nikmati. Aku akan membayarmu setelah ini. Lagipula kau butuh uang, kan?"

"T-tapi tidak dengan cara ini... Aku tidak mau!! Lepas! Lepaskan aku!!"





.




Tidak ada yang menyayangiku.




.



"Eh-? Ibu mau kemana? Kenapa aku tidak boleh ikut pulang??"

"..."

"Ibu...?"

"Sudah, biarkan ibumu pulang. Kau bersama paman dulu ya."

"P-paman siapa..? I-ibu, aku mau pulang bersama ibu. Aku tidak mau bersama paman ini. Aku-.."

"Tigusa, kau tidak usah pulang. Mulai sekarang kau tinggal bersama paman ini."

"A-apa maksudnya...?"

"......"

"Ibu?! Jangan pergi!"

"Sudahlah manis, jangan khawatirkan ibumu. Lagipula ibumu menjualmu demi bisa membayar hutang-hutangnya."

"T-tidak mungkin... Itu semua bohong... Ibu tidak akan melakukan hal seperti itu! J-jangan mendekat!!!"





.





Tidak akan ada yang-...




.


"Tigusa."

Suara hangat yang familiar itu membuat Tigusa terbangun dari tidurnya.

"Poke...?"

Pokekamen. Ialah orang yang menyelamatkan Tigusa dari penderitaannya. Pokekamen sangat baik padanya sampai Tigusa sendiri tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk membalas kebaikannya.

"Latihannya sudah selesai. Ayo pulang." Ujarnya sambil tersenyum lembut. Tigusa hanya mengangguk.
"Apa kau bermimpi buruk lagi?" Mendengar pertanyaan itu, Tigusa hanya terdiam dan Poke mengambil itu sebagai jawaban iya.
"Jangan khawatir. Aku akan selalu ada untuk melindungimu." Ujar Poke menarik Tigusa kedalam pelukannya.

Tigusa hanya terdiam. Dia terlalu takut untuk percaya. Ia sudah mendengar kata-kata itu dari orang brengsek beberapa tahun yang lalu.

"Ah... Kau masih belum bisa mempercayaiku, ya." Terlihat senyuman pahit terlukis di wajah Pokekamen.
"Padahal kita sudah bersama selama 7 tahun. Aku kira kau sudah bisa mempercayakan semuanya padaku. Tapi tidak apa-apa... Aku memaklumi trauma mu." Tigusa menatap Pokekamen, seolah ingin mengatakan sesuatu namun pada akhirnya ia urungkan.

Yaoi one-shoots Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang