Episode 3 : Kayaknya gue kena karma deh

29 14 4
                                    

Nadira melongo sejadi-jadinya ketika kakinya tiba di depan restoran yang ternyata gedungnya jadi satu dengan hotel bintang lima.

Intinya ini tempat orang kaya sedangkan dirinya mengira Resto Sky-Garden itu cuma resto biasa meskipun sebenarnya dari namanya aja udah kedengeran high-class.

"Dan gue cuma pakai pakaian ala kadarnya," kata Nadira masih saja berdiri di depan tanpa berani untuk melangkahkan kaki untuk masuk.

Perempuan itu hanya mengenakan celana jeans, kaos polos dipadukan outer, sling-bag, dan sepatu sneaker putih. Mana tadi belum sempat keramas karena pulang ngajar sore. Rambutnya lepek banget. #RambutCapek.

Awalnya Nadira mau batalin aja rencana kencan buta ini karena selain keburu males, dia juga ada tugas mengoreksi ulangan harian anak-anak didiknya tapi mendadak nggak enak hati sama Darell yang tadi bilang sudah pesan tempat untuk mereka.

"Ini mah gue kayak gembel salah masuk gedung," runtuk Nadira berkali-kali.

"Ada yang bisa saya bantu....Nona?"

Nadira langsung disambut dengan orang-orang yang berpakaian sangat rapi. Yang laki-laki menggunakan jas, yang perempuan menggunakan rok span. Sangat kontras dengan pakaian Nadira saat ini.

"Eung...." Nadira bingung mau menjawab apa.

"Apa sudah buat janji sebelumnya?"

"Sebenarnya saya ada janji makan disini..."

Nadira belum sempat menyelesaikan kalimatnya tapi langsung dipotong oleh perempuan yang memang daritadi menatapnya dari atas sampai bawah. Sumpah bikin dirinya nggak nyaman!

"Atas nama siapa?"

"Darell..."

Rasanya Nadira seperti tak pantas menyebutkan nama itu ketika melihat tatapan yang ditujukan ke arahnya saat ini.

"Oh, kamu pasti Nadira?"

Semua menoleh ke asal suara.

Seorang lelaki berperawakan tinggi-tegap melambai ke arah Nadira.

"Da...rell?" cicit Nadira.

"Ini kalau sampai salah orang gue pura-pura pingsan aja deh."

Lelaki itu merapikan jasnya lalu berjalan menghampiri Nadira yang seperti sedang dikepung.

"Dia punya janji makan malam dengan saya."

Semua orang yang tadi memberikan tatapan intimidasi ke arah Nadira langsung membungkuk hormat.

Nadira berulang kali masih mengedipkan kedua matanya. "Apa-apaan nih?"

Darell mengulurkan tangannya. "Yuk, Nad. Kita makan."

"Anjir! Jadi dia beneran yang namanya Darell? Sinting! Gue lebih mirip pembokatnya daripada jadi partner kencan. Bahkan mbak-mbak yang pake rok span ini lebih pantes nemenin dia makan daripada gue."

"Nad?"

Nadira tersadar lalu mengangguk kikuk dan menyambut uluran tangan itu.

"Seharusnya tadi gue nyempetin keramas. Ah, sial!"

















Nadira kini duduk satu meja dengan lelaki bernama Darell itu. Perempuan itu benci suasana seperti ini. Canggung.

"Darell, sorry. Aku nggak tahu kalau tempatnya..." kata Nadira terputus. Rasanya dia tidak mempunyai kekuatan untuk menatap mata partner kencannya ini.

"Kamu nggak perlu minta maaf. Kamu salah apa? Nggak ada deh."

"Salah kostum anjrit!" teriak Nadira dalam hati.

Our Precious MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang