Episode Final: Penjelasan

53 12 11
                                    

September, 2025.

"Susah move on-nya sama siapa, jadiannya sama siapa, eh nikahnya sama siapa."

Begitu sindiran Elle sambil menggendong anaknya yang kini berusia 4 tahun.

"Ya namanya hidup. Siapa sih yang tahu masa depan?"

Dan begitulah jawaban Nadira.

"Hidup lo kalau dijadiin series pasti seru banget, Nad. Bisa viral kayak Layangan Putus."

Elle yang telah berhasil menidurkan Michelle kemudian duduk di depan Nadira. Perempuan itu harus siap kena julidan Elle yang pastinya bakal lebih beringas ketika Michelle tidur. Setelah Michelle lahir, Nadira selalu menjadikan bocah itu tameng dari kehebohan Elle.

"Kayaknya mulai sekarang gue harus kasih tahu ke orang-orang jangan ajak pasangan ke acara nikahan buat yang belum nikah takutnya ntar berakhir bukan sama yang diajak," sindir Elle untuk kesekian kali.

"Lo masih ngarep gue berakhir sama Mas Darell ya?" tanya Nadira gemas.

"Bukan hanya gue anjir. Semuanya juga ngiranya begitu!" protes Elle.

"Ya emang bukan jodoh aja." Nadira menghembuskan nafas panjang. Elle ikut-ikutan.

"Gue...banyak bedanya sama Mas Darell. Jujur, gue udah berusaha mengikuti cara pandang dia, tapi itu malah bikin gue nggak jadi diri sendiri." Mau tidak mau Nadira harus mengulang cerita yang sama.

"Selama ini gue pikir, umur yang berbeda nggak akan mempengaruhi hubungan tapi nyatanya ya...gitu deh."

"Nggak ada yang salah sama perbedaan umur, kalian aja yang emang nggak jodoh," sahut Elle.

"Nah! Itu tahu," ujar Nadia dengan muka penuh protes.

"...dan nggak ada usaha untuk mendengarkan satu sama lain. Itu lanjutannya," sambung Elle.

"Gue udah lakuin semua saran dari lo dan Sandi....tapi..." Nadira menjeda kalimatnya, "...kenal dari kecil, akrab sama keluarganya bukan jaminan bisa end game, Elle."

Nadia menatap mata sahabatnya itu. "Gue yakin lo nggak akan relate sama apa yang gue bilang ini karena kisah lo dan Sandi berbanding terbalik dengan gue."

Elle terdiam.

"Setelah gue menolak Pras, gue nggak tahu harus merasa bersalah atau berterima kasih karena berkat peristiwa itu, gue bertemu dengan banyak orang dengan kisahnya masing-masing."

Suara sepeda motor yang baru saja masuk ke pekarangan rumah Elle memecah keheningan. Seorang lelaki muncul sambil membuka helmnya.


Nadira tersenyum menyambutnya. "Kini gue yakin gue bisa bahagia."

Elle menahan tangis sambil menggenggam erat tangan sahabatnya. "Harus. Lo harus bahagia kali ini, Nad."

Nadira mengangguk lalu berdiri dari kursi teras Elle. Lelaki itu menyapa Elle. "Halo, Elle. Michelle mana?"

"Dah tepar tuh. Kecapean habis lari-lari ngejar capung," jawab Elle lalu menyambut uluran tangan dari lelaki tersebut. Mereka salaman.

Lalu dia menoleh ke Nadira. "Maaf, aku telat ya jemput kamu? Tadi habis dari kantor terus pulang buat mandi sebentar."

Kamu pulang sendiri aja ya, Ra. Aku ada makan malam kantor sama anak-anak setelah launching produk baru.

"Nggak apa-apa," jawab Nadira sambil menerima helm yang disodorkan kepadanya.

Our Precious MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang