Episode 5 : Setelah Delapan Tahun

37 10 0
                                    

Maaf banget kemarin lupa update 🙏🏻






"Nad, aku suka sama kamu."

Angin pagi yang sebenarnya masih terasa sejuk dan dingin malah membuat tubuh Nadira memanas. Entah dari kapan, keringat dingin membasahi keningnya tapi telapak tangan gadis itu terasa dingin.

Juli, 2013.

Prasatya akhirnya menyatakan perasaannya kepada Nadira di taman sekolah yang saat itu masih sepi. Mereka berdiri berhadapan di tengah pepohonan yang sengaja ditanam pihak sekolah, entah apa jenisnya.

Nadira masih bungkam dengan menatap kedua mata pemuda di depannya ini dengan sorot mata yang sulit diartikan. Sebaliknya, Pras menatap Nadira dengan tatapan memohon.

"Kamu mau, 'kan jadiin aku pacarmu?"

Kalian nggak salah baca atau dengar.

Alih-alih mengatakan, "Kamu mau, 'kan jadi pacarku?", Dia malah mengatakan demikian.

Pertanyaan itu benar-benar pertanyaan yang mengharapkan jawaban di telinga Nadira. Bukan pertanyaan yang seolah-olah sudah menjadi pernyataan yang tidak bisa dibantah.

"Nad..."

"Pras, sorry..." 

Setelah cukup lama terdiam, Nadira yang sejak tadi menatap langsung kedua mata Pras akhirnya menunduk.

Pras sudah menyiapkan kenyataan pahit dari kemarin, tetapi tetap saja Ia tak bisa menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya.

Namun Ia tetap menatap sang gadis di depannya, menuntut pernyataan lengkap.

"Gue nggak bisa," ucap Nadira.

Kini, pemuda itu sudah kalak telak.

Seperti semakin menabur garam di atas luka yang menganga, Nadira memilih jujur apa adanya, "Gue masih suka orang lain."

Ya, orang itu adalah Yoga. Cinta pertama Nadira sejak ia masuk menjadi murid di sekolah ini. Mungkin kalian akan menganggap Nadira bodoh karena hampir mustahil untuk mendekati Yoga sang pangeran sekolah, tapi bagi Nadira menuntaskan rasa sukanya lebih dulu adalah yang utama.

Dan sepertinya Pras memang hobi untuk menyakiti perasaannya lebih dalam dengan mengatakan, "Yoga, 'kan?"

Nadira kali ini menatap Pras. Kaget.

"Benar kan, Nad?"

Gadis itu mengangguk kecil.

Gue nggak bisa pura-pura, Pras. Saat ini hati gue belum sepenuhnya terisi oleh lo. Gue mau fokus untuk menuntaskan rasa suka gue ke Yoga dulu. Walaupun kemungkinannya untuk terbalas nihil, tapi gue mau suka sama Yoga sampai gue bosen, sampai gue capek. Gue mau mengosongkan hati gue dulu. Kalau lo masih mau menunggu, gue bakalan berterima kasih banget.

"Tapi gue siapa? Gue bukan orang hebat yang punya hak untuk nyuruh lo nunggu. Waktu lo lebih berharga buat dipakai nungguin cewek gila kayak gue, Pras."

Sayangnya Nadira baru mengatakannya ketika punggung Pras semakin jauh dari pandangannya.






















Nadira tak lagi melihat Pras yang ceria selama di kelas. Ia tak lagi melihat cowok itu mengambil kesempatan untuk berada di dekat Nadira selama jam istirahat. Yang Nadira lihat sekarang, Pras kembali seperti Pras yang Ia kenal dulu ketika pertama kali masuk di kelas sepuluh. Diam di pojokan kelas dan asyik dengan dunianya sendiri.

Tidak ada lagi SMS darinya yang berisikan ucapan selamat pagi atau selamat tidur. Sepi.

Di suatu siang, ketika Nadira harus pulang terlambat karena harus piket seusai jam kelas, Ia melihat seseorang berdiri di depan pintu kelasnya cukup lama. Seorang perempuan dengan seragam yang sama dengan dirinya. Nadira tahu siapa dia.

Our Precious MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang