3

816 107 8
                                    

[name] sungguh bahagia. Berkat Megumi, ia dapat kembali menghidupkan masa kecilnya dengan bermain di Timezone.


Kalau boleh jujur, ia lebih suka bersenang - senang seperti ini daripada bergulat di kasurnya bersama Yuta.



Tapi cintanya pada Yuta sudah lama bersemi. Apapun yang lelaki itu inginkan, [name] seakan wajib memenuhinya.



Megumi tak henti - hentinya memandangi [name] yang terlihat lebih ceria dari biasanya.

Bibir [name] yang seringkali terbuka karena takjub benar - benar membuatnya gemas. Apalagi saat perempuan itu membersihkan es krim dari sendoknya. Ah, pikirannya jadi kotor.


Perjalanan pulang mereka tidak mulus. Begitu mereka keluar dari zona bermain, hujan lebat langsung mengguyur kota dan membuat tubuh mereka jadi basah kuyup.

Sebelum mereka terperangkap dalam hujan lebat ini, keduanya lalu memutuskan untuk berteduh di minimarket.



Megumi menghampiri [name] yang duduk menghadap jendela minimarket dengan dua buah ramen gelas di tangannya. Asap dari makanan cepat saji itu dapat menghangatkan perut mereka.




[name] yang habis menyuapkan ramen ke dalam mulutnya tiba - tiba tertawa kecil. Megumi yang duduk di sampingnya seketika menoleh karena bingung.

Pandangan mereka di depan hanyalah hujan lebat dan pepohonan yang bergoyang, apa yang mungkin bisa membuat [name] tertawa?





"Maaf... sudah lama aku gak lihat hujan turun. Biasanya aku cuma dengerin suara hujan dari balik selimut"




"Kenapa begitu?"



Satu suapan kembali masuk ke dalam mulutnya. Butuh waktu setidaknya tiga puluh detik untuk [name] mengunyah sempurna makanannya sebelum ditelan.




"Yuta gak pernah ijinin aku untuk keluar saat hujan, bahkan menengok dari jendela pun gak boleh. Dia harus selalu ditemani waktu hujan. Hah... sekarang dia dimana ya?"






Lagi, Megumi berpikir kalau [name] sudah jatuh terlalu jauh untuk Yuta. Bahkan saat hanya ada mereka berdua pun, ia tak pernah melupakan lelaki itu.






"Memangnya kenapa?"



Tanggung sekali, Megumi korek saja semua yang [name] tau tentang lelaki itu. Mungkin dari sana, ia bisa menemukan cara untuk menjauhkan mereka berdua.





"Dia... punya trauma dengan hujan. Karena hujan, dia jadi kehilangan orang yang sangat dia cinta"







"[name] ... apa kau mencintai Yuta?"




Pandangan [name] lurus ke arah kaca etalase, sedangkan mulutnya yang habis menenggak minuman ia bawa untuk tersenyum kecil.





"Aku sangat mencintai Yuta... tapi sepertinya dia tidak bisa mencintaiku..."




"Tapi kau masih berjuang. Kenapa?"



[name] semakin melebarkan senyumnya, kepalanya kemudian ditolehkan ke arah pemberi pertanyaan.




"Megumi, apa kau pernah jatuh cinta?"





Lelaki itu hanya diam. Tak yakin harus menjawab atau tidak.








"Kalau kau pernah jatuh cinta, pasti kau tau bagaimana rasanya kamu ingin memiliki orang itu. Meski rasanya tidak mungkin, meski tubuh dan otakmu menolak, tapi hatimu tidak akan pernah bisa berbohong..."









Another Day | F. Megumi, O. YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang