4

858 109 7
                                    

Pagi - pagi sekali otak [name] sudah kembali memutar percakapannya dengan Megumi beberapa hari yang lalu.

Lelaki itu bahkan tak memberikan alasan yang tepat untuk mengajaknya menjauh dari Yuta.



Tapi pertanyaan dari Megumi soal 'kenapa tidak menyerah sekarang?' membuat hatinya memanas.



Selama ini tidak ada yang pernah bertanya seperti itu padanya. Pertanyaan- tidak, pernyataan yang orang - orang selalu berikan adalah; "udahlah, nyerah aja".



Kepalanya lagi - lagi menghadirkan memori saat ia melihat Yuta yang sedang tertawa bahagia bersama perempuan lain.



Hingga kini Yuta bahkan tak pernah mengenalkan dirinya pada teman - temannya, tak pernah juga menunjukkan bahwa mereka itu dekat.

Yang selalu orang lain lihat hanyalah Yuta yang dengan setia menjemput [name] sepulang kuliah dengan alasan kalau rumah mereka satu arah.


[name] mengacak surainya sendiri. Ia merasa pusing memikirkan hubungannya yang begitu - begitu saja namun berbelit dengan Yuta.


[name] pikir, dengan menghindari Yuta selama dua hari kemarin adalah suatu tindakan yang bagus untuk melihat apakah ia akan menjadi orang yang menyedihkan atau tidak tanpa lelaki itu.



Dua hari ini pula ia sudah mengabaikan panggilan telepon dari Yuta. [name] kemudian hanya akan mengirimi pesan singkat yang berisi kalau ia sedang sibuk belajar dengan giat menjelang ujian semester dan tidak bisa bertemu untuk beberapa hari.

Ternyata tidak seburuk dugaannya. Ia tidak begitu merasa se-menyedihkan yang ia pikir. Hanya saja ia merasa kehilangan sentuhan yang biasanya ia dapat setiap hari dari Yuta.


Lelaki itu sungguh racun yang membuatnya kecanduan.









Tiga- ah bukan. Dua orang tak beradab menginjakkan kakinya di dalam kediaman [name], sedangkan satu lelaki sopan mengikuti di belakang mereka.


Niat hati ingin belajar kelompok, yang dilakukan dua orang biadab itu sejak tadi hanyalah mengobrol, menggosipi, sampai berdebat soal apapun yang ada didalam pikiran mereka.

Keduanya bahkan tak pernah menoleh ke samping untuk melihat [name] dan Megumi yang sedang berjuang keras mengerjakan tugas.




"Udah selesai kan nih? Kita balik ya!"



Nobara mengemasi tasnya, begitu juga dengan Yuji yang sedang mengumpulkan sampah.




"Nggak ada gunanya bawa kalian kesini. Bisanya cuma nyampah" Megumi berkata dengan suara kecil. Meski begitu, apapun yang bersifat sindiran pasti akan sampai di telinga Nobara dengan kencang.




"Hoi!"





Tangan Nobara mencoba meraih telinga Megumi untuk dijewer, namun sayangnya kalah cepat dengan tangan [name] yang menepis Nobara.



"Udah, udah! Pulang sana!"



Nobara seketika cemberut. Namun wajahnya seketika sumringah kala kepalanya memikirkan suatu kemungkinan.



"Ahh.. kalian butuh waktu berduaan ya? Kenapa gak bilang aja sih?!"




Nobara kembali sibuk merapikan dirinya, ia kemudian menarik Yuji keluar dari kediaman [name].




"Hah?"





"Udah yuk! Bye!"





[name] dan Megumi sama - sama tercengang. Meski melihat dua orang itu bertingkah aneh sudah jadi makanan sehari - hari, mereka masih belum terbiasa.




"Mm.. mau makan diluar?"






[name] mengangguk, menerima ajakan Megumi.

























Seafood adalah favorit [name]. Perempuan itu sangat menyukai makanan laut hingga ia bisa menghabiskan satu mangkok kerang seorang diri.





"Ini..."




Megumi menggeser piring yang berisi Ebi Furai. Melihat [name] yang begitu lahap menghabiskan makanannya membuat Megumi tak tega untuk menyentuh makanannya sendiri.









"Hmm.. makasih" [name] tersenyum lebar, ia terlalu senang dapat makan makanan favoritnya, apa lagi setelah sekian lama ia menahan rasa lapar demi menurunkan berat badannya.

Tak apalah, diet bisa dimulai besok.




Selesai dengan makan siang mereka, dua orang itu masih duduk santai menghadap akuarium berukuran sedang yang dipasang di dalam restoran.

Memperhatikan bagaimana ikan - ikan di dalam sana berenang dengan tenang. Tak mengetahui nasib baik atau buruk yang akan menimpa mereka.



[name] jadi ingin membawa pulang ikan - ikan itu ke rumah. Menjadikannya peliharaan atau makanan itu urusan nanti.



Seorang lelaki dan perempuan yang duduk berseberangan dengannya berdiri, sepertinya mereka juga telah selesai makan siang.

[name] memperhatikan bagaimana figur dua orang itu sangat cocok, bahkan dilihat dari belakang saja keduanya nampak begitu serasi. Itu sampai dua orang tadi berbalik badan untuk pergi ke pintu keluar.




Wajah seorang Yuta dan -entah siapa nama perempuan yang kemarin juga bersamanya- terlihat.




Mata [name] melebar. Apakah ini adalah pertanda kalau jodoh Yuta yang sebenarnya telah muncul?


Dua orang itu berjalan tak acuh dengan pemandangan sekitar. [name] dengan mata elangnya masih memperhatikan keduanya meski hatinya sudah mendidih.




Beberapa pelayan yang membawa troli makanan ke seberang mengharuskan Yuta dan teman perempuannya berhenti sejenak agar tidak menabrak para pelayan itu. Sementara menunggu, mata Yuta yang tadinya hanya fokus ke depan kini tengah bertemu dengan [name].




Lelaki itu bukan hanya terkejut di dalam hatinya saja, wajahnya juga tak kalah menampilkan keterkejutan. Belum sempat ia menghampiri [name], tangannya sudah ditarik dan dibawa pergi.





Entah mengapa ia tak suka jika [name] melihatnya seperti ini. Rasanya ia seperti sedang ketahuan berselingkuh.








"Kamu kenapa sih?"






Perempuan tadi menarik kecil lengan Yuta yang sedang ia peluk. Ia perhatikan lelaki itu nampak tak fokus sejak keluar dari tempat makan.




"Ah, enggak..." Yuta menggaruk kepalanya dengan canggung.


Pikirannya sedang berlayar pada fakta bahwa ia baru saja melihat [name] menunjukkan wajah yang tidak ia tahu apa artinya, berduaan dengan Megumi yang hanya menunjukkan wajah datar seakan lelaki itu punya dendam kesumat dengannya.








"Mau ke Timezone?" ajak Megumi.



[name] mengangguk. Bibirnya ia bawa untuk tersenyum meski hatinya masih merasakan perih setelah ditikam.

Another Day | F. Megumi, O. YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang