Sudah seminggu berlalu dari kepulangan kak Lara yang tiba-tiba. Rumah kembali di isi dengan tawa kebahagian. Mama sumringah lagi, memupus kekhawatiran papa. Di tambah dengan adanya Bagaspati Pramana, bayi lelaki kak Lara yang kian hari kian menggemaskan.Tak banyak yang di ceritakan kak Lara tentang Pradio Pramana, laki-laki yang kak Lara akui sebagai Ayah dari anaknya yang juga sudah berstatus suaminya.
Papa juga tidak bisa melampiaskan kemarahan terhadap pria yang sudah membawa kak Lara pergi itu. Karena nyatanya pria itu telah pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan kak Lara dan Bagas di dunia ini.
Kami meninggalkan cerita tentang suami kak Lara, menyimpannya dan memaafkan kesalahan yang telah ia lakukan. Kami lakukan demi bayi mungil yang tak tahu apa-apa tentang dosa kedua orang tuanya. Belum lagi kondisi kak Lara yang belum stabil pasca melahirkan dan juga psikis kak Lara yang nampak masih terguncang walaupun ia tak sering menunjukkannya.
Akan tetapi kebahagian yang sedang menyelimuti rumah papa berbanding terbalik dengan keadaan rumah tanggaku. Aku yang berfikir bahwa hubunganku dan Jati akan menemui titik awal ternyata hanya semu belaka.
Kami sudah kembali ke apartemen. Berharap bisa memulai semuanya dengan lebih serius. Setelah pengakuanku di rumah sakit saat itu, aku ingin memberi perhatian lebih terhadap Jati. Tapi alih-alih menanggapiku, Jati malah terlihat menghindariku. Aku tak tahu di mana kesalahanku. Hingga Jati beberapa kali mengabaikanku.
Ia masih sering melontarkan kata sayang, memandangku dengan sorot lembut, juga memelukku saat aku terlelap. Tapi entah mengapa serasa ada dinding tak kasat mata yang membatasi kami. Ia makin sibuk dengan pekerjaan, pulang semakin larut, dan segera berangkat begitu selesai menandaskan sarapannya. Bukankah seharusnya banyak hal yang harus kami perbincangkan.
Beberapa kali aku memintanya makan siang bersama, dan juga memintanya pulang lebih cepat. Namun ia menolak dengan alasan pekerjaan yang menumpuk, karena pembukaan cabang baru untuk showroomnya.
Malas berpikir hal negatif tentang Jati yang kelak akan mengganggu kehidupan rumah tangga kami. Aku melimpahkan kebosananku dengan mengunjungi kedua orang tuaku. Apalagi di sana ada yang bisa dengan cepat membangkitkan mood ku. Siapa lagi kalau bukan Bagaspati. Seperti hari ini, hari minggu yang aku pikir Jati akan meluangkan waktunya untukku. Tapi ia malah keluar terburu-buru dari rumah dengan alasan meeting. Jadi di sinilah aku berada sekarang. Di kamar kak Lara sambil menimang jagoan kecil miliknya.
"Kamu sedang ada masalah." Tanya kak Lara tiba-tiba.
"Tidak." Jawabku tanpa mengalihkan perhatianku dari wajah mungil di gendonganku.
"Ini hari minggu, kamu gak seharusnya di sini. Suamimu lebih butuh di timang daripada anakku. Banyak yang mau menggendongnya. Bahaya kalau kamu terlalu mengabaikan suamimu. Terlalu banyak yang mau menimangnya di luar sana." Ucap kak Lara setengah bergurau.
"Mengabaikan, yang ada aku yang ada diabaikan." Ucap batinku dongkol.
Aku hampir memutar bola mataku menunjukkan kekesalan. Namun seketika berhenti kala sorot kak Lara tak berhenti mengamatiku. Aku tak mau suasana hatiku terbaca dengan mudahnya oleh kak Lara akibat tindakan spontanku.
Aku menatap serius kak Lara membalas tatapan menyelidiknya.
"Jati meeting, ia bahkan pergi dengan terburu. Aku rasa klien yang ia temui sangat penting. Melihat cara Jati keluar dari rumah tadi." Jawabku meyakinkan kak Lara.
Kak Lara mendesah lega laku berucap. "Tapi jujur kakak belum bisa mengerti mengapa akhirnya kalian berakhir menikah. Pertama Jati bukan tipe kamu di lihat dari statusnya, kedua kamu bukan orang yang mengambil keputusan berdasarkan emosi, ketiga kamu gak mungkin cinta sama Jati yang notabene calon kakak ipar kamu. Kalo alasan Jati kakak bisa terima waktu dia bilang cinta pada pandangan pertama ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble In Marriage
ChickLitMenjadi pengantin pengganti bukan impian seorang wanita.Tapi bagaimana jika keadaan menuntutku menjadi seorang cadangan. Haruskah aku berlari seperti yang dilakukan kakakku. Ataukah harus menerima ini dan menganggap ini adalah takdirku. jawaban apa...