Kini aku sedang berada diperjalanan menuju apartemen Jati. Tadi, pagi-pagi sekali, atau bisa ku sebut subuh. Jati membangunkanku dan mengajakku pindah. Padahal lelahku belum juga hilang, tapi dia dengan muka dinginnya yang menyebalkan menyuruhku berkemas. Dan di sinilah aku akhirnya. Duduk canggung berdua di dalam mobil. Aku sengaja menghadapkan wajahku ke jendela, melihat jejeran gedung yang ada hampir di sepanjang jalan. Aku tidak tahu jika apartemennya berada di daerah Jakarta selatan, tempat ini agak jauh dari kantorku yang berada di jakarta pusat. Aku menyetujui untuk tinggal bersama di apartemennya karena ku pikir tempatnya tak begitu jauh, tapi ternyata dugaanku salah. Bodohnya aku dulu pernah menolak ajakannya untuk mengunjungi apartemennya dan tak pernah mencoba bertanya dimana letaknya. Kebodohan yang membuatku harus bangun lebih pagi jika tak ingin terlambat berangkat ke kantor.
Belum lagi permintaan Jati yang meminta untuk dilayani, membuatku harus merelakan jam tidurku yang pasti akan berkurang lebih banyak lagi. Karena harus memasak sarapan sebelum aku berangkat ke kantor.
Mobil yang Jati kemudikan masuk ke kawasan apartemen mewah. Aku tidak menyangka jika kak Lara bisa mengenal pria dari kalangan jetset seperti Jati.
Begitu sampai di parkiran, aku segera keluar dari mobil tanpa menunggu Jati membukakannya untukku. Perlakuan mustahil yang akan dia lakukan. Aku membuka pintu mobil lalu mengangkat koperku yang dia letakkan di jok belakang. Aku sudah berdiri dengan koper di tangan menunggunya mengantarku ke dalam apartemennya. Jati yang tak kunjung keluar dari mobilnya, membuatku sedikit kesal.
Aku merogoh saku jeansku, menarik hp yang ada di sana melihat notifikasi yang ada. Baru beberapa kata yang ku ketik untuk membalas chat dari Heni. Deheman pelan yang sengaja dia keluarkan membuatku menatapnya. Jati balas menatapku dalam seolah ada yang ingin dia utarakan. Alih-alih berbicara Jati malah meninggalkanku tanpa kata. Masa bodoh dengan tindakannya, aku segera membalas chat Heni dan memasukkan kembali hpku ke sakuku. Lalu dengan sedikit tergesa aku mengikuti langkah Jati yang sudah jauh berada di depanku.
Begitu masuk ke dalam apartemennya, kesan mewah dan maskulin begitu terasa. Mataku bergerak liar. Dinding bercat hitam dan putih di padukan dengan furnitur elegan berwarna gelap. Satu yang menarik perhatianku diantara barang mewah yang ada di sini, sofa panjang berwarna merah di depan tv tampak mencolok karena menjadi satu-satunya benda berwarna cerah yang ada di sana.
Aku mengikuti Jati yang menaiki tangga besi, dan begitu berada di atas dua pintu berdampingan berada tepat di depan tangga. Jati membuka lebar pintu di sebelah kiri, dan di saat aku sibuk mengagumi interior apartemennya. Tanpa disangka Jati menarik koper yang sedari tadi ku pegang, Jati menariknya masuk ke dalam.
"Kita tidur di sini, kamar mandi ada di sana," ucap jati sambil menunjuk pintu yang menyerupai dinding di balik tempat tidur. Jati membawa koperku masuk ke dalam walk in closet yang ada di sebelah kiri tempat tidurnya. "kamu bisa menyusun bajumu di sini, ada ruang kosong di ujung sana." Belum lagi aku menjawab perkataannya Jati menyambung ucapannya sambil melihatku tajam seolah mengancam. "dan pintu sebelah kanan yang ada di luar tadi itu ruang kerjaku. Aku harap kamu tidak memasukinya." Merasa tak perlu membantahnya, aku menuju ke tempat yang dia tunjuk tadi. Aku ingin segera menyusun bajuku, dan beristirahat. Aku lelah. Sungguh.
***
Aku terbangun dan merasakan lapar. Aku langsung tertidur begitu selesai menyusun semua bajuku ke dalam lemari. Tidak semua baju aku bawa, membuatku tak perlu waktu lama untuk menyusunnya. Hanya baju kantor dan beberapa baju santai untuk di rumah. Aku sengaja tak membawa seluruh pakaianku, untuk berjaga jika aku ingin menginap di rumah orangtuaku.
Aku keluar kamar dan menuruni tangga. Kakiku melangkah ke belakang, membuka pintu kulkas dan melongokkan kepalaku untuk melihat ke dalamnya. Aku mendesah kecewa begitu tak ada makanan yang bisa kumasak ataupun untuk kumakan langsung untuk mengisi perutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble In Marriage
Literatura FemininaMenjadi pengantin pengganti bukan impian seorang wanita.Tapi bagaimana jika keadaan menuntutku menjadi seorang cadangan. Haruskah aku berlari seperti yang dilakukan kakakku. Ataukah harus menerima ini dan menganggap ini adalah takdirku. jawaban apa...