"... Moi je t'offrirai. Des perles de pluie. Venues de pays. Où il ne pleut pas. Je creuserai la terre. Jusqu'après ma mort. Pour couvrir ton corps.
D'or et de lumière..."Jung Romeo meneguk beberapa gelas air kosong dari dispenser air yang letaknya berhampiran anak tangga ruangan tingkat 1 studio kelabnya. Alunan musik Perancis yang diputar alat pemain CD itu membuatkan fikirannya melayang entah ke mana. Membayangkan penderitaan sebesar apa yang sedang dirasakan sang pemusik diwaktu itu meski perkataan-perkataan yang terlontar tidak sedikitpun di mengerti. Dan entah kenapa, pemuda itu seakan merasakan sakit yang sama di dalam dadanya.
Apatah lagi rayuan-rayuan dan desahan nikmat yang saling bersahutan dari tingkat atas bangunan itu tidak membuatkan dia tenang walau sedikit.
"Ta-Tae baby... Don't stop pl-please... Arghh Tae!!! This is so good... Oh god!! Uhhh... Uhhh... Baby..."
"Ughh... Hemphh... Ughh!!! Arghh!!!"
"Tae... Harder!! Hard-er baby!!! Daddy please... I wanna cum... Penuhi aku dengan cairanmu... Pleaseee daddy... Ahhhh... Ahhhh... Oh god!!! Fuckk!!! Fuck..."
Ah, celaka!!
Pemuda itu, tanpa amaran, melayangkan kepalan penumbuknya menghentam dinding. Cukup kuat untuk melukakan tangannya sendiri. Lama dia berdiri dengan tumbukan yang tertahan di dinding, sebelum akhirnya helaan nafas perlahan kedengaran. Jika saja dia tidak menurut permintaan Taehyung sialan itu untuk ke studio, menemuinya sepagi ini, sudah tentu dia tidak akan dihadapkan dengan segunung rasa kecewa apabila melihat lelaki itu bermadu asmara dengan seseorang. Taehyungnya yang berjalan semakin jauh.
.
.
.
.
.
.Lelaki berparas tampan itu membuang pandang ke ceiling. Memusatkan separa perhatiannya kearah kipas yang berpusing dalam kelajuan sederhana. Mentari pagi Sabtu yang perlahan terbit menyelinapkan sedikit demi sedikit cahayanya dari celahan tirai. Menghangatkan tubuh telanjangnya yang sedang terbaring di atas sofa, yang hanya ditutupi sehelai kain bohemian bewarna hijau.
Telinganya menangkap alunan musik Perancis yang sayup-sayup kedengaran dari tingkat bawah. Perlahan bibirnya membisikkan perkataan-perkataan yang tidak jelas. Ikut menyanyikan lagu yang penuh dengan kesedihan itu. Tenggelam dalam dunianya sendiri. Tidak peduli akan si gadis yang sedang menatap ke cermin, merapikan dirinya sebelum mahu meninggalkan ruangan itu.
"... Ne me quitte pas... Je ne vais plus pleurer... Je ne vais plus parler... Je me cacherai là... A te regarder...Danser et sourire... Et à t'écouter... Chanter et puis rire..."
"Kau sedang membicarakan sesuatu?" Soalan itu dibiarkan tergantung. Membuatkan perempuan bernama Katrina Middleton itu memalingkan tubuhnya, melangkah merapati kekasih hati yang terlihat semakin hanyut dalam lamunan. "Tae?"
Taehyung menjungkitkan keningnya. Anak mata yang bewarna coklat cair itu teralih dari perhatiannya, menatap gadis kacukan inggeris bermata biru yang sedang melutut disisinya itu, dalam-dalam.
"Ada apa?" Suara parau lelaki itu mula menyapa. Tidak bermaksud untuk bangkit dari pembaringan. Tubuhnya dirasakan terlalu lemah bagai dihempap sebiji batu besar. Manakan tidak, mereka bermain cukup lama tadi malam, dan bersambungan pula pagi ini. Dan semuanya gara-gara si gadis kacukan yang sepertinya telah menelan 10 biji pil peransang yang membuatkan dia tidak mahu berhenti mendesahkan nama Taehyung.
Katrina tersenyum lembut. Membaringkan kepalanya di atas dada bidang lelaki itu, yang membentuk lekuk-lekuk otot yang sempurna. Menyerlahkan lagi pesona ketampanan seorang Kim Taehyung.

ANDA SEDANG MEMBACA
Selamat Malam Kekasih
FanfictionObsesi Jung Romeo untuk mencari Julietnya dan menulis semula penamat bagi kisah cinta agung itu menjadikannya seorang lelaki pematah hati paling hebat di sekolah Lalisa Miranda tidak berhasrat untuk hidup lebih lama dalam keadaan yang penuh kesepian...