Sweet But Psycho
Lazy_Monkey96|||
Vote dan Komen.
-----------------------------🌹--------------------------
Play : Doctor Pepper—By Diplo, CL, Riff Raff, OG.
Suara tersedak menggema mengisi seluruh penjuru ruangan, bermodalkan sebuah cahaya bola lampu tempat itu terasa kosong dan mencekam. Hawa dingin menampar kulit tubuh bagian bawahnya. Berkali-kali ia menelan ludah, tenggorokannya terasa begitu kering. Rasa asin dan besi dapat ia cecap dari mulutnya sendiri.Semakin tersadar, tubuhnya tak dapat bergerak. Ah, masih di tempat yang sama. Katanya dalam hati. Pandangan yang gelap ditambah nuansa hening tak sekalipun membantu. Ia mulai tertawa, terbatuk, sama sekali tidak berusaha melepaskan diri. Tak perlu merasa cemas, dirinya sadar kedua tangan dan kakinya kini terikat pada sebuah kursi. Tempat yang sama setelah beberapa jam lalu, mungkin hari telah berganti. Ia tak lagi menghitung waktu.
Samar, indera pendengarannya dapat menangkap suara decitan pintu yang terbuka bersamaan dengan langkah kaki mendekat perlahan, begitu percaya diri berusaha mendominasi. Ia mendongak, menyandarkan kepala pada punggung kursi. Melempar senyum lebar sekalipun dirinya tak dapat melihat rupa itu. Hanya dari aroma parfum yang menyebar, dia sudah bisa menebak siapa orang itu.
"Sudah bangun lagi?"
Sebuah pertanyaan yang lucu untuk kesekian kali ia dengar setelah beberapa waktu, suaranya begitu manis sampai dirinya tak bisa menahan diri untuk tidak membayangkan bagaimana suara itu mendesah dibawahnya seperti kemarin.
Seseorang itu mendekat. Melipat kedua tangan, memperhatikan wajah sialan yang malah asyik menebar senyum lebar. Tak ada ketakutan di sana, seolah dirinya memang sudah menunggu hal itu. Perlahan ia mendekat, satu kakinya yang jenjang teracung ke depan—membuat seseorang yang terduduk di kursi membuka kedua kakinya semakin lebar. Ia dapat melihat bagaimana tonjolan diantara selangkangannya masih berdiri tegak hingga sekarang.
Pasti menyakitkan. Satu siksaan pertama yang akan dia berikan. Rasanya belum cukup mengingat apa yang telah dia lakukan kepadanya. Satu waktu ia sempat menganggumi pemandangan itu, beberapa jam telah terlewat dan dia masih berdiri tegak dengan bangga.
Sayang, kali ini bukanlah saatnya untuk menganggumi musuhmu sendiri.
"Senang melihat mulutmu masih bisa tersenyum selebar ini—" Dia berkata, mendekatkan kepala dimana satu lengannya bergerak turun ke bawah. Yang terduduk di kursi merubah mimik wajah, menegang; sungguh satu pemandangan yang paling ia sukai. Melihat seseorang yang begitu berkuasa kini, seperti tikus kecil buta tengah mengerang frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho ✅ [TERSEDIA DALAM BENTUK PDF]
FanficCERITA SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK PDF [R] Mature, G!P/Futanari. Kamu tahu sayang, mendatangiku bukanlah hal yang tepat. Meragukanku juga bukan jawaban yang tepat. Kamu adalah bayang-bayang yang menyesatkan, aku tidak ingin mendekat. Kamu adalah per...