SBP--Memori

5.7K 706 43
                                    

Sweet But Psycho
Lazy_Monkey96


Jangan lupa tekan bintang sebelum atau sesudah selesai membaca. Terima kasih.

------------------------------🌹-------------------------













"Bagus, masalah apa yang kita punya sekarang?" Lalisa menghempaskan punggungnya pada sofa mewah, tertawa kecil kala dirinya kembali ke tempat ini.

Rumah mewah dengan furniture-furniture konyol yang paling Ia benci. Menurut kalian, keluarga mana yang memiliki kebiasaan mengoleksi patung-patung leluhur mereka di dalam rumah. Ukiran emas di antara dinding bertuliskan Manoban's.

Hanya keluarganya, yeah!

Mungkin kalian bertanya-tanya seberapa kaya atau seberapa berkuasanya keluarga Manoban di kota ini. Seoul hanyalah salah satu dari sekian banyak kota besar yang di pegang penuh oleh Marco Manoban. Anak kedua dari kakeknya—Frederick Manoban, pengusaha kaya asal Swiss berdarah campuran Thailand, penguasa dunia bisnis dan kalian tidak ingin mengetahuinya jika itu perlu.

Oke, intinya dari semua tempat yang bisa Lalisa pilih untuk kembali jelas bukanlah tempat ini. Tentu saja, kalian akan berpikir kenapa?

Kenapa si Gold Manoban yang begitu dipuja-puja para penghuni sekolah justru malas untuk kembali ke dalam istana megah yang dibuat khusus untuk memuja leluhurnya, betapa kayanya keluarga mereka dan segala hal yang berada di dalam sana?

Lalisa pikir...

Tempat ini neraka.

"Masalahmu adalah menjadi liar di hari pertamamu." Kedua mata Lalisa berputar saat hentukan suara langkah kaki mendekat.

"Tuan Manoban."

Park Chaeyoung menyapa dengan kepala sedikit tertunduk, seorang pria paruh baya sekitar lima puluh tahunan namun, masih terlihat berwibawa dan bugar mendekat. Setelan kemeja putih, celana kain hitam rapi serta rambutnya yang mulai terlihat sedikit memutih. Tidak akan ada yang mengira, Marco Manoban masih terlihat cukup untuk menikah tiga kali lagi dan bermain dengan banyak wanita di bawah usianya.

"Tidak ada yang bisa melarangku untuk melakukan itu..." Perihal sikap atau sifat bawaan. Mereka sama, kedua anak dan ayah itu memiliki bibit-bibit penghancur dan penguasa seperti para leluhur mereka.

"Jika aku masih hidup kau harus menerima larangan yang kubuat, anakku."

Marco mengurai senyum tipis, berjalan menuju bar kecil pada sudut ruangan mulai menuangkan sedikit whiski ke dalam gelas kaca dingin. Pria tua itu memberi isyarat kepada Chaeyoung untuk pergi, maka tanpa banyak kata wanita bermarga Park pamit undur diri. Meninggalkan kedua orang manusia bermarga sama namun, berbeda usia itu disana.

Lalisa tertawa kecil, "Oh, Dad. Apa masalahmu sebenarnya? Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan, dan..." Lalisa menatap lurus kepada sang ayah yang tengah menyesap minumannya dengan tenang. "Biarkan aku dengan duniaku." Perkataannya berhasil membuat Marco tersedak tawa.

"Ya, secara garis besar kau sudah melakukan apa yang aku inginkan tapi, itu belum cukup. Kau tahu aku tidak ingin keturunanku mengulang kesalahan yang sama—"

"Jelas aku tidak akan!" potong Lalisa cepat, setengah menggeram dan jujur saja Ia malas untuk kembali memulai pembahasan ini.

Peringatan dan peringatan, seolah dirinya tuli dan Marco yang memang tidak punya hati akan selalu membahas itu berulangkali. Mengingatkannya untuk tidak menjadi manusia yang mengecewakan keluarga mereka, mempertahankan nama bodoh yang mana membuat Lalisa muak setengah mati.

Sweet but Psycho ✅ [TERSEDIA DALAM BENTUK PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang