1. Awal

18 4 4
                                    

.
.
.

Hari pertama masuk sekolah merupakan sesuatu yang di tunggu tunggu sebagian orang, termasuk gadis cantik nan manis yang satu ini. Dia sangat ingin segera bertemu teman barunya nanti dan teman yang satu sekolah lagi dengannya.

Dia sangat gugup dan merasa takut. Apakah dia bisa mendapatkan teman? Apakah nanti dia bisa bergaul dengan mereka? Bagaimana jika nanti dia berbicara gagap karena terlalu gugup? Itu sangat mengganggu pikirannya.

Dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang maha Esa, agar harinya dilancarkan dan semoga tidak terjadi masalah. Seperti dirinya tersandung lalu jatuh, berbicara gagap, dan melakukan kesalahan lainnya yang membuat kesan pertamanya hancur. Setidaknya ia ingin pertemuan pertama itu sangat berkesan nantinya.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah, gadis itu turun dari motor dan menyalimi kakak laki-laki nya yang mengantarkan ia.

"Bang, assalamualaikum ya. Doain moga hari watashi lancar. " Dia pun tersenyum.

Laki- laki yang umurnya tidak jauh berbeda dengan gadis itu pun membuang napasnya, "Iya, waalaikumsalam. Abang doain, kok. Kalau ada yang bening dan wah macem waifu kasih tau ya!"

Gadis itu lalu memasang wajah datar, "Hm, oke. Tapi aku gak setuju kalau abang pacaran sama cewek itu nanti. Kalau liat doang sih oke."

"Hah, serah. Pokoknya kasih tau. Kalau gak ngasih tau, ya gapapa. Paling gak mau nganter lagi." Katanya.

"Lah, kok gitu! Iyain dah."

Kemudian gadis itu masuk ke sekolah dengan hati yang berdebar-debar dan setengah kesal oleh abangnya tadi.

Kehidupan sekolah seperti apa yang menantinya? Akankah seperti kehidupan di dunia 2 dimensi yang bergenre romantis dan sekolahan, yang dimana ia akan menjalani kehidupan populer, banyak teman, dan disukai cogan cogan sekolah?Pikirnya.

Ya tapi dia tahu, hal seperti itu mana mungkin terjadi padanya. Dia kan biasa saja, tidak jelek tapi tidak cantik  dan manis juga, dia hanya pintar tapi tidak sepintar orang berbakat, rajin, dan jenius.

Setelah masuk ke dalam, betapa terkejutnya ia melihat isinya. Padahal ia yakin belum terlambat, tapi rasanya ia sudah sangat terlambat!

Lalu ia duduk di tribun yang kosong, melihat orang yang berlalu lalang sambil menunggu pengumuman dan berpikir apa yang harus dia lakukan.

"Tes...1 2 3 i love u, eh?"

"Eh... maksudnya silahkan simpan dengan rapi kantong kalian di tribun dan segera baris di lapangan. Sekian terimakasih."

Murid-murid yang mendengarnya pun merasa wah, emejing, dan gak jelas dengan guru tadi. Yah, dia terlihat masih muda, jadi mungkin wajar kalau masa mudanya masih ada di dalam dirinya.

Kemudian semua murid berbaris sesuai gendernya, ya kali sesuai kasta. Lalu baris perempuan dan laki laki di komando seseorang sampai barisannya benar benar rapi. Setelah itu mereka semua dipersilahkan duduk ditempat nya.

Lalu seorang guru pria paruh baya menaiki panggung kecil yang sudah dipersiapkan, agar semua murid bisa melihat guru yang akan menyampaikan sesuatu.

"Ekhem, pertama bapak ucapkan selamat kepada anak-anakku sekalian yang telah di terima di SMP Negeri Finelis kota Tamaya. Jumlah murid yang mendaftar dan diterima tahun ajar kali ini 2x lebih banyak dari tahun sebelumnya."

"Lalu kedua, perkenalkan nama bapak, Rezasyah D'Addario. Saya adalah bapak kepala sekolah ini." ucapnya. Murid-murid pun saling bertanya, apa namanya tadi? Rezasiah dattebayo?

Lalu dia tertawa, "Haha, maafkan bapak. Nama bapak memang sedikit susah, jadi panggil saja bapak, Pak Reza." Pak Reza pun tersenyum.

Semua murid pun berkata "Oh baik, Pak."

Follow the Flow Live (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang