P, jan lupa vote (>▂<)
.
.
.
Tringggg~
Tidak tahu apa yang harus dilakukan adalah pikiran Rannisa saat ini. Bel memang sudah berbunyi, tetapi beberapa teman sekelasnya masih ada yang berbincang-bincang. Dia terheran-heran.
"Kok bisa langsung akrab" pikirnya.
Ah tentu saja, teman sebangkunya yang bernama Sina juga berada bersama teman semasa sd nya yang kebetulan satu sekolah dan satu kelas lagi.
Rannisa pun menatap lurus ke depan, membayangkan sesuatu sampai ia tidak sadar kakak-kakak osis dan dps yang kemarin sudah datang. Dan ia sadar ketika semuanya mengucapkan salam, dan secara tidak sadar langsung merespon dan mengucapkan salam juga.
"Halo lagi~"
"Halo dek"
"Halo guys"
"Halo"
Ucap mereka berempat.
"Halo juga kak" jawab semuanya serentak.
"Apa nih~ kok gak semangat? Belum makan kah?" tanya kak Hyfa sambil menyimpan berkas yang ia bawa lalu duduk di bangku guru, diikuti oleh Keith.
"HALO JUGA KAK" ulang semuanya dengan nada tinggi.
"Good. Ini baru semangat deks" komen Rizka.
Kak Hyfa terkekeh melihatnya. Lalu ia membuka berkas yang aslinya adalah buku absen murid. Ia memanggil satu persatu murid seperti biasa.
"Yosh" kata kak Hyfa.
"Fa, aku mau bikin permainan, boleh?" tanya Kak Keith.
Kak Hyfa nampak berpikir sebentar, "Main apa?"
"Ya, permainan" jawab kak Keith.
Kak Hyfa pun menghela nafasnya, lalu menyetujui nya. Setelah disetujui oleh Kak Hyfa, kak Keith pun menepuk tangannya satu kali dengan keras.
"Yosh, kalian semua akan bermain satu permainan denganku, sebelum ku beritahu tugas aslinya" ujarnya dengan serius. Auranya sedikit membuat anak kelas A itu takut.
"Baiklah, jadi kita akan bermain permainan, yang dimana satu kelompok berisikan dua orang, nanti akan saya pilihkan pasangannya dan jangan protes."
"Lalu nanti kalian akan menebak kata dan gambar yang akan diberikan nanti, olehku tentu ya."
"Jika, hanya tersisa dua pasangan, akan ada game penentuan yang rahasia nama gamenya. Dan tentu saja, akan saya beri hadiah uang seratus ribu untuk pasangan pemenang."
"Cih, sultan pamer" ujar Kak Rezka.
"Diam. Aku tidak pamer, hanya kenyataan dan tidak berniat untuk pamer juga" jawab Kak Keith.
"Ha'i ha'i, wakarimasta Ou-sama~" (Baiklah baiklah, saya mengerti Raja~) ujar Kak Rezka sembari menunduk sopan.
"Bang wibu gak?" kata teman sekelas Rannisa.
Kak Rezka yang merasa dirinya dipanggil pun menoleh dengan muka datarnya.
"Iya wibu, iri?" tanya Kak Rezka ketus.
"E-eh nggak bang."
"Ah, sou?" (Oh, begitu?) jawab Kak Rezka.
Anak kelas A yg bingung dengan artinya pun hanya terbengong, sedangkan Rannisa dia sangat paham artinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow the Flow Live (On Going)
Teen Fiction(Follow sebelum baca) Seorang gadis berparas cantik dan pintar memulai masa putih-birunya di suatu sekolah yang terbilang cukup terkenal. Kakak kelasnya rata-rata cakep. Namun, ia memiliki profesi sebagai wibu dan orangtua yang cukup posesif. Akanka...