Tak terasa weekend telah usai, rasanya baru kemarin hari Senin dan sekarang sudah hari Senin lagi. Perputaran bumi seakan-akan terasa begitu cepat sekali.
Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, sebenarnya dia benci sekali dengan hari Senin, selain mata pelajaran yang membuat otaknya harus berpikir kritis dan berakhir dengan otaknya yang terbakar karena bertemu dengan rumus-rumus.
Sebelum berangkat ke sekolah, rutinitas yang harus dilakukan adalah sarapan. Bundanya selalu menyuruh Bella agar selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Di meja makan sudah berkumpul semua anggota keluarga kecuali abangnya. Tak usah heran, lelaki itu memang sudah biasa bangun siang dan bundanya sudah berkali-kali memarahi abangnya tapi tetap saja dia masih sering bangun siang.
Dalam diam mereka menikmati makanannya masing-masing. Setelah menyelesaikan makanan, Bella berniat langsung berangkat ke sekolah tapi dirinya terkejut dengan sebuah hal yang baru saja terlontar dari mulut ayahnya. Dia tak tau lagi bagaimana alur hidup untuk kedepannya.
Bagai disambar petir tubuh gadis itu terdiam membisu mendengarkan ucapan ayahnya yang dia yakini adalah hal paling konyol untuk dijalani. Shock adalah hal yang pertama kali dia rasakan mendengar ungkapan ayahnya yang mau menjodohkan dirinya dengan teman kerjanya. Ditambah lagi cowo yang mau dijodohkan dengannya adalah Vino.
"Sialan, mimpi apa gue semalam sampe dijodohin sama cowo tengil seperti Vino." batin Bella.
Kini abangnya datang hanya menyimak perdebatan antara ayah dan adiknya. Bundanya sedikit tak menyetujui putri kesayangannya mau dijodohin dengan Vino anaknya Dirgo dan Tari. Dia lebih menyukai putrinya kelak bersanding dengan Garyn anak dari Abram dan Risma. Tapi, semua keputusan ada di tangan Tyo jadi dia hanya menuruti saja kehendak suaminya kepada putri bungsunya.
"Yah, Bella gamau dijodohin sama cowo seperti Vino." teriaknya keras.
"Bella, ini demi kebaikanmu. Ga mungkin kan ayah jodohin putri kesayangan ayah sama cowo yang ga baik." tutur lembut ayahnya.
"T-tapi Yah, dia itu kasar. Kalo di depan banyak orang dia emang baik tapi kalo pas sepi dia kek monster," jelas Bella.
"Ahahahaha, kamu lucu banget dek. Mana ada Vino kek gitu, dia itu cowo baik-baik percaya deh sama abang." sela Randy.
"Nah, dengerin tuh omongan abangmu. Ayah gamau tau pokoknya Bella harus nurut sama ayah." tegasnya.
"Hemm, terserah Ayah aja." setelah mengucapkan itu Bella pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.
°°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°
Gadis dengan seragam lengkap di tubuhnya melangkahkan kakinya menuju jalan raya untuk mengehentikan taksi. Kini hatinya kalut, batinnya tak tenang memikirkan perkataan ayahnya yang dengan gampangnya menjodohkan dirinya dengan Vino lelaki gila yang terkadang menjelma menjadi iblis.
Walaupun begitu Bella tetap berangkat ke sekolah untuk mencari ilmu. Dia tak mau ketinggalan pelajaran karena hari ini ada ulangan harian mapel kimia. Jujur dia sangat membenci kimia, waktu kelas 10 it's okay mata pelajaran itu masih gampang, nah pas udah kelas 12 astagfirullah kek mau ngeracik bom nuklir, rumit banget ditambah gurunya yang kelewat displin.
Dirinya ga habis pikir, kok ada gitu ada orang yang mau jadi guru kimia, yang notabenenya harus kuliah jurusan kimia selama 4 tahun, emang ga berasap itu otaknya?
Bella lanjut melangkahkan kakinya menuju kelas. Tapi tak sengaja di tengah perjalanannya itu dia bertemu dengan Vino, manusia sialan yang terobsesi dengan dirinya.
"Pagi cantik." sapa Vino.
"Dih apaan sih, hus hus sana lo pergi gausah deket-deket sama gue!"
"Widih, btw lo udah denger kabar bahagia belum? Pastinya om Tyo udah cerita kan sama lo?" tanya Vino sambil sesekali mengelus rambut Bella namun selalu ditangkis oleh gadis itu.
"Udah, puas lo bikin hidup gue menderita!" sinis Bella.
"Itu namanya sebuah takdir cantik." ucap Vino.
Setelah itu Bella pergi begitu saja tak menghiraukan teriakan dari Vino. Dirinya sudah muak dengan permainan yang dimainkan oleh lelaki itu. Lagi-lagi dirinya harus berurusan dengan Vino, lelaki sinting yang selalu ada di manapun dia berada.
Bimbang yang sekarang dia tengah rasakan. Di satu sisi dia telah menjadi kekasih Garyn, lelaki itulah yang sangat dia cintai. Tapi, di satu sisi dia dipaksa menikah dengan lelaki sialan yang selalu mengganggu hidupnya.
"Apa ini cobaan darimu Tuhan? Tapi apa bisa hambamu ini menjalani cobaanmu?" batin Bella.
°°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°
Di kelas 12 Mipa 2 suasana terasa begitu sepi, tak ada satu siswa ataupun siswi yang berani mengeluarkan suaranya. Yap, kini mereka sedang melaksanakan ulangan harian mata pelajaran kimia. Mapel yang sangat rumit, ruwet dan menyebalkan.
Seluruh siswa terlihat begitu fokus menatap soal yang ada di depannya itu. Bella hanya terdiam dirinya tak terlalu paham pelajaran itu, dia hanya asal mengerjakan soal itu dengan kemampuan yang dimilikinya.
"Stttt, Bel gue liat dong." bisik Vino.
Bella tak terlalu mengubris bisikan itu, yang dia fokuskan sekarang adalah meneliti hasil jawabannya.
"Bell." lirih Vino.
"Apasih Vin, lo ganggu banget tau ga!" ujar Bella.
"Gue liat jaw-"
Belum sempat lelaki itu meminta jawab soal kimia dari Bella terdengar suara menyeramkan dari mulut pria paruh baya itu yang tiba-tiba sudah ada di samping tempat duduknya.
"Sedang apa kalian? Ini jam ulangan bukan diskusi, kerjakan sendiri-sendiri!" perintah pak Edi guru kimia yang mengajar di kelasnya.
Vino langsung terdiam, dirinya malu menjadi pusat perhatian karena ketahuan mau mencontek. Dia tipekal cowok yang tak suka apabila semua orang melihat sisi buruknya.
Saatnya istirahat tringg... tringg (btw ini bunyi bel yang kek di sekolah modern gtu :v)
Terdengar bel istirahat berbunyi, semua siswa mengumpulkan lembaran kertas yang sudah terisi semua jawaban, entah itu benar ataupun salah yang penting sudah mengerjakan.
Di kantin semua orang berebut untuk membeli makanan. Bella, Anin dan Fio sudah ada di kantin mereka bertiga sudah memesan makanan kesukaannya masing-masing.
"Bel, ikut gue sebentar." ajak Vino sambil menarik tangan Bella.
"Ga, gue gamau. Lo ga liat gue lagi makan?"
"Sebentar doang." pinta Vino.
"Gamau Vin, lo bisa gasih sehari aja ga usah ganggu gue!" tegas Bella.
"Okay fine, gue hanya ngingetin aja kalo nanti malam kita ada acara dinner, awas aja kalo lo ga ikut," bisik Vino tepat di telinga Bella.
Setelah mengatakan itu, Vino langsung pergi menjauh dari ketiga gadis itu. Dia tak menghiraukan ocehan Fio yang menanyakan kenapa dirinya setiap bertemu dengan Bella selalu bertengkar layaknya kucing dan anjing.
°•❄︎•°To Be Continued°•❄︎•°
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Rude [On Going]
Romance𝙵𝙾𝙻𝙻𝙾𝚆 𝙳𝚄𝙻𝚄 𝚂𝙴𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙱𝙰𝙲𝙰 𝚅𝙾𝚃𝙴 & 𝙺𝙾𝙼𝙴𝙽𝙽𝚈𝙰 𝙹𝙰𝙽𝙶𝙰𝙽 𝙻𝚄𝙿𝙰 :') "Lepasin tangan gue!! Mau ngapain lagi sih lo ngikutin gue mulu!" teriak Bella kencang. "Utututu, galak banget sih sama calon suami," ujar Vino. "Vi...