Part 15 - Melarikan Diri

30 23 27
                                    

Jam menunjukkan pukul 3 pagi, Bella sudah memesan tiket kereta melalui handphonenya. Dengan diantar Anin ke stasiun, dia berharap rencana kaburnya berhasil dan berjalan mulus.

Presetan dengan ayahnya yang akan murka, kini Bella sudah berada di dalam kereta. Bella benar-benar tak sanggup membayangkan dirinya menikah dengan Vino dan harus tinggal satu atap dengannya.

Bencana besar apabila dia satu atap dengan Vino, ditambah sikap lelaki itu yang selalu berubah-ubah membuat nyalinya menciut, kadang Vino terlihat menyeramkan dan kadang terlihat sangat perhatian padannya.

Di sisi lain Vino tengah duduk santai bersandar pada ranjang tempat tidurnya, dia tersenyum tatkala melihat cctv yang menunjukkan Bella sedang berusaha kabur dari rumahnya.

Vino sangat tertarik dengan Bella, gadis itu selalu memberontak membuatnya merasa gemas terhadap tingkah lakunya. Rasanya ingin sekali Vino mempercepat tanggal pernikahannya dengan Bella.

Dengan kemampuannya Vino memang sudah lama meretas cctv yang ada di rumah Bella. Dia juga memasang alat penyadap di handphone Bella tanpa sepengetahuan gadis itu, jadi dia tak perlu repot-repot mengikuti Bella untuk malam ini.

"Bella... Bella... Lo salah main-main sama gue." batin Vino.

"Lo kabur ke manapun, gue juga bakal nemuin keberadaan lo."

Vino berjalan ke rooftop rumahnya dengan membawa sebungkus rokok dan secangkir kopi hitam. Dia menikmati kopi itu dan sesekali menyesap satu batang rokok yang dapat membuat jiwanya lebih tenang.

Di tangan Vino sudah ada tablet, di sana terlihat Bella yang keluar dari rumahnya dan singgah sebentar di rumah Anin setelahnya Bella ke stasiun dengan tujuan Surabaya.

"Bella lo mau apa sih ke Surabaya?"

"Benar-benar gadis nakal, tunggu gue Bel, besok gue bakal nemuin lo di sana." batin Vino.

"Lo akan dapat hukuman dari gue karna lo berani kabur, tunggu gue Bella."

Lagi-lagi smirk itu terlihat dari bibir Vino. Lelaki itu memang terobsesi dengan Bella. Karena jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Udara di luar juga terasa sangat dingin, Vino yang tak memakai kaos pun lantas kembali masuk ke dalam kamarnya.

°°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°

Bella telah sampai di Surabaya, kini gadis itu berada di depan rumah lelaki yang dari dulu dia cintai. Lelaki yang perhatian dan selalu ada untuknya.

Berulang kali dia mengetuk pintu itu tapi tak ada satu orangpun yang menyahuti dan membukakan pintu untuknya. Dan pada ketukan pintu terkahir Bella mendapatkan respon dari sang pemilik rumah.

"Lala? Kamu beneran ke sini?"

"Iya Gar, aku ga bisa ngelanjutin perjodohan itu. Aku maunya nikah sama kamu Gar, bukan sama dia." ungkap Bella sedih.

"Sini masuk, ga enak kalo dilihat tetangga."

Bella pun menuruti ucapan Garyn, lelaki itu membawanya ke taman yang ada di belakang rumah Garyn. Sekian detik Bella hanya diam menyandarkan kepalanya di bahu Garyn, tatapannya lurus ke depan.

"Maaf."

"Maaf La, aku ga bisa bantu kamu dalam masalah ini." sesal Garyn.

"Ga Gar, aku ga mau nyerah gitu aja. Aku mau kita perjuangin cinta kita." ujar Bella menggebu-gebu.

"Terlalu susah La, ayah kamu aja ga suka sama aku terus Vino itu juga mantan kamu kan waktu kelas 10? Aku pikir lambat laun kamu juga bakal buka hati buat dia."

"Aku gamau nikah sama Vino. Lagipula bunda kan suka banget sama kamu, kita bisa minta dukungan dari bunda." papar Bella.

"Bundamu saja selalu ngalah setiap debat sama ayahmu, apakah kesempatan kita untuk bersama masih ada?"

Air mata itu tanpa sengaja lolos dari kedua mata Bella. Hatinya sakit mendengar ungkapan Garyn yang menurutnya memang benar, ayahnya sangat membenci Garyn. Entah kesalahan apa yang membuat ayahnya begitu tak menyukai Garyn.

Tangan lelaki itu mengelus rambut Bella dengan penuh kasih sayang, tangan itu menuntut Bella untuk menumpahkan seluruh kesedihannya di dada bidang lelaki itu. Dia juga merasa sedih, dia rapuh terhadap apapun yang berkaitan dengan Bella. Dia sangat kacau sekarang, kenapa takdir begitu kejam menimpanya.

°°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°

Vino sudah sampai di Surabaya, lelaki itu benar-benar tau keberadaan Bella sekarang. Dia sudah geram melihat Bella yang menangis di pelukan lelaki lain. Rasanya Vino sangat ingin memberi pukulan tepat di wajah lelaki itu.

Emosinya sudah tak terkendali, Vino mendobrak pintu rumah Garyn. Lelaki itu benar-benar marah, dia melihat Bella dan lelaki itu sedang berpelukan. Bak ditimpa besi berton-ton tubuh Vino terasa sesak, hatinya sedikit teriris tapi dia halau, yang ada dipikirannya sekarang adalah membawa Bella pergi dari rumah itu.

"Udah kali peluk-pelukannya."

"V-vino?" gagap Bella

"Iya sayang, ayo kita pulang." ujarnya dingin.

Bella semakin takut dan bersembunyi dibalik tubuh Garyn. Dia tak mau ikut dengan Vino, dia hanya ingin sendiri untuk kali ini.

"Minggir, lo ga usah ikut campur urusan gue." geram Vino.

"Gue cowoknya, jadi gue berhak melindungi cewek gue." papar Garyn.

"Cih, gue calon suaminya, jadi gue yang lebih berhak atas dia," sentak Vino dan menarik tangan Bella.

Vino menarik Bella keluar dari rumah itu, Bella meronta-ronta atas tindakan Vino. Lelaki itu tambah mencengkram pergelangan tangan Bella yang membuat gadis itu memekik kesakitan.

Bugh

Satu pukulan mendarat di tubuh Vino yang mengakibatkan lelaki itu tersungkur ke depan. Dan tangan Bella pun terlepas dari cengkraman Vino.

Bugh

Vino membalas pukulan itu, dia tak mau kalah. Dengan tenaga yang kuat lelaki itu memukul sudut bibir Garyn, membuat bibir itu mengeluarkan darah dan sedikit robek.

Keduanya benar-benar seperti kesetanan, saling memukul satu sama lain. Dan terjadilah perkelahian yang membuat keduanya babak belur.

Bella yang tak kuat melihat pertengkaran itu pun berteriak histeris. Dia takut Garyn terluka akibat perkelahian itu. Vino sangat menyeramkan, terlihat dia membuat Garyn tak berdaya dengan pukulan yang diberikannya.

"CUKUP! GARYN, VINO CUKUP!!" bentak Bella.

Keduanya mengakhiri perkelahian itu, mata keduanya masih mengisyaratkan kebencian satu sama lain. Emosi masih membara, kebencian pun masih ada di dalam diri mereka.

Ketika Bella ingin mendekat ke arah Garyn dengan cekatan Vino menarik tangan Bella agar menjauh dari Garyn. Vino pun mengendong Bella ke atas punggungnya layaknya mengangkat sebuah karung.

"Garyn." lirih Bella sendu.

Garyn tak berdaya, tubuhnya terkulai lemas akibat pukulan terakhir yang diberikan Vino. Lelaki itu terlihat brutal ketika emosinya tersulut.

Kini Vino telah berhasil mengalahkan Garyn, lelaki itu tak berdaya akibat pukulan telak dari Vino. Lelaki itu tak sedikit pun kasihan terhadap Garyn, dia pergi dengan membawa Bella ke suatu tempat yang tak diketahui oleh gadis itu.

°•❄︎•°To Be Continued°•❄︎•°

My Husband Is Rude [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang