RUMAH THEO

44 11 10
                                    

Mereka dalam Perjalanan menuju rumah Theo, niatnya mau mengambil beberapa baju Theo untuk persiapan liburan.

Di sepanjang jalan Theo terus mengajak Zia bercanda, sesekali mengeluarkan gombalan maut yang membuat Zia jijik sendiri.

"Kenapa matahari panas?"

"Ya kalo dingin bukan matahari"

Ahh sudahlah, namanya juga Theo.

Tak lama mereka pun sampai di rumah Theo, rumah nya lebih besar daripada rumah Zia, sudah ada satpam juga yang menyambut mereka dengan hangat.

"Udah lama gak pulang, sekalinya pulang langsung bawa calon istri! Dasar bujang" ucap pak satpam seraya membukakan gerbang.

"Iya dong, emangnya Pak Adam jomblo terus" tembal Theo.

Setelah bergurau dan memperkenalkan Zia, mereka masuk ke dalam rumah, Zia sedikit kaget ketika melihat banyak foto anak kecil cantik dengan pose manja nya. Ia baru tahu kalo Theo mempunyai adik perempuan.

"Assalamualaikum mah, gimana sehat?" tanya Theo menyalami wanita paruh baya yang terduduk di ruang tv.

Mega Sri Farida

Ibu dua anak yang hidupnya sangat gabut, banyak uang dan sedikit kebutuhan membuatnya bingung menghabiskan uang dengan cara bagaimana selain di sumbang sumbangkan.

Hidupnya hanya bersantai di ruang tv, seminggu sekali bepergian ke luar negeri hanya untuk menipiskan dompetnya, dirinya yang rajin perawatan membuat ibu empat puluh tahun ini seperti gadis dua puluh lima tahun.

"Waalaikumsalam, akhirnya anak mama pulang juga setelah perang melawan ultramen" jawabnya gurau.

Mama Mega ini juga humoris, sama seperti anaknya, memang ya pohon gak jatuh jauh dari buahnya.

"Sini duduk, aduh kangen banget mama sama kamu" lanjut bu Mega mencium putranya.

"Theo juga kangen sama mama"

Bu Mega melihat ke arah Zia, memperhatikan gadis itu dari bawah sampai atas, "Kita kaya udah pernah ketemu deh sebelumnya" ucap nya.

Zia menyalami bu Mega terlebih dahulu, "Maaf tante, dimana ya saya lupa hehe" balas Zia.

"Kalo gak salah di Tv deh, kamu Tiara Andini kan?"

"Waduh, bukan tante hahaha, bisa aja nih tante"

Mereka pun tertawa renyah, membangunkan singa yang sedang tidur, ayah Theo keluar kamar menuruni tangga menuju mereka.

"Waduh, ini anak siapa mah, kok jelek banget ya" ugap Mr. P seraya menepuk pundak Theo.

"Cakep lho pah anak kita, apalagi sekarang udah bawa calon istri" balas Bu Mega.

Pengky Albar Kaheel

Papa Theo yang lebih akrab di panggil Mr. P, pengusaha sukses yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau, tak kalah nakal sama anaknya, dua dua nya selalu bikin Bu Mega migren.

Theo dan Zia menyalami Mr. P bergantian, mereka pun duduk santai di sofa, mengobrol dan bergurau, keluarga Theo yang ramah dapat menerima Zia walaupun ini pertemuan pertama mereka.

"Salam kenal om tante, aku Zia" ucap Zia ramah.

"Cantik banget ya kamu, kok mau si sama Theo" gurau Mr. P.

Theo hanya tersenyum masam.

"Mah besok Theo sama temen-temen seangkatan mau liburan ke Pangandaran, mama mau ikut gak?" tawar Theo.

Bu Mega sedikit kaget mendengar kata Pangandaran, ia melihat ke arah Mr. P sejenak. "Ikut yuk pah, udah lama kita gak kesana" pintanya.

"Ah mama ini ada ada saja, ini kan acara anak muda, masa kita ikut ikutan, malu sama uban tuh" balasnya.

"Gak papa kok om tante kalo mau ikut boleh aja, kayaknya orang tua murid yang lain juga pada ikut" seru Zia mencoba membujuk.

Bu Mega menggenggam tangan Mr. P "ikut yuk paa, udah lama kita ngga liburan bareng sama Theo, sekalian pendekatan sama Zia" pintanya dengan wajah memelas.

Mr. P menghembus nafas kasar "Kalo ngga di turutin, nanti papa di di diemin satu bulan, gini nih kelakuan mama mu-" ujarnya pasrah "Yaudah iya ikut, tapi kita pisah mobil ya sama anak-anak, takutnya mereka pengen berduaan" lanjutnya.

"Padahal bareng aja om, gapapa kok, malah Zia seneng bisa bareng sama tante"

Bu Mega mengusap rambut Zia lembut "Panggil mama aja ya sayang"

Zia tersenyum malu, tidak menyangka respon keluarga Theo sangat baik padanya.

"Nanti mama kalo mau packing baju sekalian ya bawain sempak Theo, aku kesini sebenernya mau bawa sempak si" ucap Theo dengan santai.

Mr. P dengan cepat melempar bantal sofa ke wajah Theo, membuat lelaki itu kesakitan, lemparan papa nya ini memang sangat kuat dan tidak pernah salah sasaran.

"Gausah ngomongin sempak depan Zia juga kali-!!!" seru Mr. P "Malu-!"

Zia hanya bisa menyembunyikan tawanya, belum satu jam di sini sudah membuat ia senam perut.

"Sudah sudah, ia nanti mama suruh bibi packing juga sempak kamu yang gambar Upin Ipin" lerai bu Mega sebelum terjadi WW3.

Beberapa jam berlalu, mereka banyak mengobrol hari ini, Zia merasakan kehangatan dan keharmonisan keluarga yang lengkap dengan sosok ayah untuk pertama kalinya, ya pertama kalinya.

"Theo nganter Zia pulang dulu ya ma, nanti ke sini lagi, malam ini Theo tidur di sini aja biar besok ngga kesiangan"

"Emang kamu suka kesiangan?"

"Setiap hari kesiangan mah, kalo ngga Zia bangunin mungkin dia bolos sekolah terus" potong Zia cepat.

"Lain kali siram aja pake air panas ya kalo dia ngga bangun" balas bu Mega.

Mereka kembali tertawa renyah.

***

Lopyu gesss-!

Btw tau cerita ini dari mana nih?
Doain ya semoga bisa rajin update ><

TITIK TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang