5. Mari Bekerja!

5 2 0
                                    

Nayna berdiri agak jauh dari Juna, Samuel dan Kimi yang sedang berdiskusi. Sedikit ada perdebatan di antara mereka. Tapi Nayna tidak bisa mendengarnya.

"Kalian gila? Mana bisa sembarangan merekrut seseorang sebagai asisten? Dan dia masih muda, belum menikah. Para fans akan berspekulasi aneh tentang itu"

"Soal itu kita bisa memalsukan identitasnya kan? ayolah kak, kita berhutang budi padanya karna dia sudah menyelamatkan Juna dari kejaran penguntit itu. Coba bayangkan bagaimana kalau dia tidak ada? Juna bisa saja celaka. Lagipula bukankah bagus kalau dia bekerja di bawah pengawasan kakak? dia jadi tidak bisa menyebarkan rumor tentang betapa tidak etisnya pengawasan perusahaan kita pada artisnya karna kasus Juna. Bisa saja dia punya bukti atas kejadian malam itu dan menyebarkan informasi bahwa perusahaan telah lalai. Kakak tahu bagaimana reaksi fans kami jika itu terjadi kan?"

Samuel berdecih. Ia merasa terpojok. Ia tidak bisa menerima seseorang bekerja begitu saja tanpa mengetahui latar belakangnya lebih dulu. Tapi apa yang Kimi katakan juga ada benarnya. Lagipula kasihan asisten Kimi yang harus mengurus kebutuhan dua artis sekaligus karna asisten Juna yang cuti hamil.

"Aish! ok ok!"

Kimi dan Juna mengepalkan tangan mereka disamping secara sembunyi. Menunjukkan bahwa mereka sangat senang sekarang.

"Tapi dia harus bekerja mulai besok"
Juna tersentak.

"Tapi kak, dia kan harus pulang dulu untuk-"

"Aku akan minta perusahaan untuk memberinya uang sebagai imbalan atas bantuannya padamu di bandara, jadi dia bisa gunakan uang itu untuk keperluan pakaiannya selama tour. Silakan hubungi keluarganya dan beri kabar. Kita sibuk, lusa kita harus ke Malaysia. Ingat, bekerja besok atau tidak sama sekali!"

Samuel berlalu pergi begitu saja. Juna dan Kimi berdecak pelan ingin sekali rasanya memukul kepala pria lajang tua itu.
Juna melangkah ke arah Nayna.

"Ia menerima mu bekerja sebagai asistenku.."

"Benarkah? aaakh! mimpi apa aku semalam?!"

Juna menatap sedih melihat Nayna yang antusias.

"Tapi kau harus langsung bekerja besok"

Nayna terbelalak. Besok? lalu bagaimana dengan keperluannya selama tour? pakaian lalu ibunya?

"La- lalu"

"Perusahaan akan memberimu uang sebagai imbalan karna telah membantuku hari itu. Kau bisa pakai uangnya untuk keperluan selama tour. Tapi untuk ibumu.. kau harus mengabarinya via telpon. Kalau kau tidak bersedia tidak apa.. aku tahu yang paling penting untukmu saat ini adalah ibumu"

Juna mengusap kepala Nayna pelan saat gadis itu menunduk sedih. Ini pilihan berat. Antara bekerja dengan gaji fantastis namun tidak bisa menemui ibunya dulu, atau pulang dan melanjutkan hidupnya yang sederhana. Jujur saja, ia berpikir bahwa menjadi asisten Juna akan menghasilkan gaji yang cukup dan ibunya tidak lagi harus bekerja menjadi petugas kebersihan di bandara.

"Kau bawa ponsel?"

Nayna mengangguk dan mengeluarkan ponselnya.

"Cobalah menghubungi ibumu lebih dulu. Tanya pendapat nya"
Nayna mengangguk. Duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

"Halo"

Ah, bagaimana Nayna bisa meninggalkan ibunya itu tanpa berpamitan. Mendengar suaranya saja Nayna sudah rindu.

"Ibu.. aku punya kabar baik!"

"Kabar baik apa?"

"Aku ditawarkan menjadi asisten Juna bu! Ibu tahu gajinya cukup besar. Ibu tidak perlu bekerja lagi!"

"Benarkah? Aih, beruntung sekali dirimu!"

Nayna tersenyum dan mengangguk, meski ia sadar ibunya tidak akan melihat anggukannya.

"Tapi.."

"Tapi apa?"

Nayna menarik nafasnya dalam.

"Aku diminta untuk langsung bekerja mulai besok. Jadi, aku tidak bisa pulang untuk menemui ibu, sampai tour selesai dua bulan kemudian"
Tidak ada suara dari seberang sana. Nayna tahu ini pasti sulit untuk ibunya. Untuk pertama kalinya Nayna pergi jauh dari rumah dan sekarang pamit tanpa bisa menemuinya juga.

"Ah, begitu? Menurutmu bagaimana? apa kau akan senang jika bekerja dengan mereka?"
Nayna terdiam matanya mulai keruh.

"Aku ingin menghasilkan uang yang banyak agar ibu tidak bekerja. Jadi mendapatkan tawaran ini seperti keberuntungan besar buatku. Tapi.. tidak bisa menemui ibu sebelum pergi juga akan membuatku sedih.."
Ratih tersenyum di seberang sana.

"Baiklah! kalau begitu terima saja tawarannya dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh! Kau harus bisa menghasilkan banyak uang agar ibu tidak bekerja lagi dan bisa liburan kemana saja. Kau paham?"
Sepasang ibu dan anak itu tertawa meskipun tanpa sepengetahuan masing-masing, mata mereka mulai berair.

"Apa di sana ada Juna?"

"Hm" gumam Nayna sembari mengangguk pelan. Memberikan ponselnya pada Juna saat ibunya bilang ia ingin bicara.
Nayna tidak bisa mendengar perkataan ibunya dengan idolanya itu. Tapi ia tersenyum saat Juna memberikan ponselnya yang panggilannya sudah tertutup.

Baiklah, jika selama ini ia bekerja untuk memberi makan suami, maka mari memeras suami untuk memberinya makan! eh?

----------------------

Semua staf, kru dan para member tiba di bandara Singapura. Mereka akan menuju Malaysia, negara yang mereka tuju untuk tour berikutnya.
Nayna yang mulai hari ini bekerja sebagai asisten Juna merasa bahwa ia tidak diperlukan. Lihat saja, yang membawakan perlengkapan pria itu malah dirinya sendiri. Oh, jangan lupakan perlengkapan Nayna yang juga ia seret. Nayna senang pasti, tapi Juna sudah gila! apa fungsinya ia sebagai asisten kalau hanya menyusahkan Juna seperti ini?
Nayna berlari mengikuti langkah lebar Juna dan berusaha menarik tasnya.

"Kak.. ada banyak kamera di sini, kakak tidak malu kalau mereka melihat kakak membawa koper berwarna pink?"

Itulah alasan besar seorang Nayna tidak menerima kebaikan Juna kali ini. Demi Tuhan, koper Nayna yang sedang Juna bawa adalah koper norak berwarna pink cerah. Koper itu sangat sangat jauh dari style simple dan cool ala Juna. Kopernya itu merusak segalanya!
Juna yang ditanya menggeleng cepat sebagai jawaban, ia lalu menurunkan kaca mata hitamnya.

"Tidak. Aku tidak malu.. kau lihat saja, setelah ini akan ada banyak pria di luar sana yang membawa koper berwarna pink ke bandara"

Nayna berdecih pelan dan merutuk kesal. Memang benar apa yang pria itu katakan, tapi tetap saja.. Nayna mengalihkan pandangannya pada sekelilingnya, melihat para staf yang memandangnya aneh. Mungkin mereka belum berkenalan secara resmi dengan gadis itu.
Nayna yang tidak mau dicurigai akhirnya sedikit memberi jarak pada Juna. membiarkan Juna dan para member berdiri di tengah untuk difoto. Ini kebiasaan mereka setiap berada di bandara. Nayna merutuk saat melihat Juna dengan percaya dirinya menggandeng koper berwarna pink disampingnya dan menjinjing tas kecil berwarna hitam miliknya sendiri. Bawaan Juna memang tidak banyak. Tapi pria tampan itu malah lebih memilih untuk memberatkan diri dengan membawa barang Nayna. Para member tentu sudah tahu itu. Tapi para kru dan staf hanya berpikir bahwa itu adalah style terbaru ala Juna.

Ah, baru beberapa jam bekerja Nayna sudah dibuat gila! Dan

Bukan Halu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang