#2

0 0 0
                                    

Setelah cukup lama menghabiskan waktu hanya dengan bersanda gurau sambil menikmati dinginnya es white coffy minuman favorit ketiganya. Alana melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 08.30

"Fan upacara kelar belum?" tanya Ezio sambil memakan gorengan dihadapannya.

"Kayaknya udah deh, coba deh lo telpon anak-anak," titah Alana.

"Nanti gue telpon Lintang dulu," jawab Refan yang langsung merogoh saku seragamnya dan mengambil ponsel miliknya.

Refan segera menekan nomor telepon Lintang dan tak lama panggilan terhubung.

"Hallo Tang, lo dimana? Upacara udah kelar kan? Gue, Ezio sama Lana otw balik kelas nih. Hallo Tang ko lo diem mulu sih?" tanya Refan yang merasa kesal saat tak ada jawaban apa-apa dari seberang telpon.

"Kalian bertiga segera ke lapangan, SEKARANG!" teriak seseorang yang berada di ujung telpon yang langsung mengakhiri dengan sepihak.

"Waduh gawat," Refan panik saat mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Apa yang gawat?" tanya Ezio dan Alana bingung.

"Tadi yang pegang hp Lintang bukan Lintang," jelas Refan.

"Terus siapa?" tanya keduanya kompak.

"Bu Ani!" jawab Refan singkat namun mampu membuat dua orang dihadapannya sama paniknya.

"Lo sih kalo ngomong kagak ada rem nya, berabe kan kalo gini bisa dijemur sampe pulang nih gue," dumel Alana.

"Duh sama aja boong dong nih kita, sama panas panasan juga akhirnya." cicit Ezio.

"Woy ngapain pada diskusi disitu sih!" teriak Ramon yang jaraknya masih sangat jauh dari mereka namun suaranya sudah terdengar sangat dekat.

"Anjir tuh suara ke toa mesjid amat perasaan," ucap Ezio.

"Buru udah di tunggu Bu Ani nih," ujar Ramon yang terlihat sangat kesal.

"Iya iya sabar,"

Akhirnya mereka bertiga ikut bersama Ramon yang terus-menerus mendumel tak jelas.

*************

Sekolah dihebohkan dengan teriakan para siswi yang sedang menyaksikan para pentolan sekolah yang saat ini tengah dihukum dilapangan.

"Yaampun Refan kasian banget sih kena hukum," cicit seorang siswi yang pakaiannya serba minim.

"Iya ih bebep Lintang juga kasian banget pasti panas," sambung temannya.

"Tapi sumpah diantara mereka Ezio paling gak ada obat, lagi dihukum aja bisa secool itu yaampun!" ucap salah satu dari ketiga gadis itu yang sepertinya ia ketua geng nya.

Disaat banyak yang memperhatikan dan membicarakan mereka namun sepertinya mereka acuh tak acuh apalagi gadis yang berada di barisan tengah yang hanya mengeluarkan aura dingin dan cuek.

"Ra itu cewek siapa?" tanya Melisa teman dekat syeira.

"Itu Alana, masa lo gak kenal sih sama temen sendiri," jawab Syeira.

"Gue rasa gue gak punya temen kaya dia deh Ra," sahut Melisa dan diangguki oleh teman-teman yang lainnya.

"Tapi gue familiar sih sama mukanya," seru Larissa.

"Iya gue perasaan pernah liat tuh cewek deh," sambung Helena.

"Iya itu Alana yang duduk sebelah gue sama Refan," kata Vania saat ia mengingat Alana adalah gadis yang ia cemburui karna duduk bersama Refan.

"Owh iya yah ko gue bisa lupa yah," gumam Melisa.

"Maklum udah tuir," kekeh Helena.

"Gue masih muda yah tuh Vania yang udah tuir banget," ucap Melisa yang membuat mereka tertawa kecuali Vania yang merasa kesal pada Helena.

~bersambung

Friendzone(Alana Revalina Putri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang