[R]
Hari itu, aku menemukan buku diary tua. Seusiaku, mungkin.
Diary itu milik mama. Ada namanya di halaman paling depan. Dengan foto, lengkap dengan biodata singkatnya.
Buku ini ada di kamarku. Entah bagaimana, posisinya berada di rak buku ku, bagian paling bawah. Bagian yang jarang sekali kujangkau.
Aku membukanya. Buku setebal empat ratus halaman, semuanya terisi penuh. Aku menggeleng. Buku ini sudah seperti novel, butuh dua hari bagiku untuk menuntaskan semuanya.
Maka, aku membuka secara acak halaman di sana. Berhenti pada catatan dengan tanggal 27 Maret 2005 tertera di pojok kanan atas halaman. Hey, itu tanggal ulang tahun Lalisa!
27/03/05
Sejak tiga hari lalu, Rosie kecil demam tinggi. Catatan ini ditulis sembari menenangkan Rosie kecil yang terus rewel dipangkuan ku.
Jam 10 malam, Heejun berlarian melawan hujan deras setelah aku bilang bahwa obat penurun panas di rumah telah habis. Sekarang jam tiga pagi, tapi dia belum kembali. Aku sudah menghubunginya, tapi tidak juga diangkat.
28/03/05
Hari ini, aku sedikit kecewa pada Heejun. Dia baru pulang jam 5 pagi. Membawa obat penurun panas juga. Setelahnya, dia pergi seharian.
Memang, saat pulang dia berantakan. Matanya sembab, terlihat sekali dia menangis. Dia bilang, Roseline meninggal. Aku turut sedih. Aku tahu gadis itu. Dia, Heejun, dan Jacob adalah sahabat sejak lama.
31/03/05
Aku tidak bisa marah pada gadis baik itu. Roseline. Bagaimanapun, dia gadis baik-baik. Aku hanya kecewa pada Heejun. Dia tidak menceritakan apapun padaku. Tentang putrinya yang lain, yang dia urus tiga hari belakangan secara sembunyi-sembunyi di belakangku. Lalisa Aceline. Aku tahu namanya. Dia gadis yang malang. Kehilangan ibunya setelah dilahirkan.
Aku sakit hati, tapi tidak bisa membenci bayi itu. Dia tidak salah apa-apa. Begitu pun Roseline. Dia gadis polos yang baik.
Aku hanya sangat kecewa pada Heejun.
03/04/05
Malam ini, kami bertengkar hebat. Aku mendengar percakapan Heejun dengan seseorang di telepon. Entah dengan siapa. Yang jelas, dia berencana membuang bayi milik Roseline. Aku tidak tahan menguping. Aku menamparnya, memakinya. Sekarang, entah bagaimana nasib bayi malang itu.
Aku kecewa pada Heejun karena perbuatannya dengan Roseline. Tapi lebih kecewa lagi atas keputusannya untuk membuang darah dagingnya sendiri.
Aku menutup buku itu. Memutuskan untuk tidak ingin tahu lebih banyak lagi.
Lalisa Aceline. Nama Lalisa tidak umum di sini. Ditambah, Lalisa Aceline. Persis dengan nama sahabatku. Tanggal lahirnya juga persis.
Aku tidak ingin terkesan gegabah. Menyimpulkan tanpa bertanya langsung pada mereka yang bersangkutan. Itu salah. Tapi, bayi yang mama bicarakan di sini, dia Lisa yang sama dengan sahabatku. Dan aku seribu persen yakin soal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
(almost) RUINED
Подростковая литератураRosie and I are best friends. Always have been and always will be- Lisa Coba aja mampir dulu, siapa tau suka. just a fiction :) be kind juseyo🙇♀️ |Written in Indonesian |Genre: friendship, family |Main character: Chaelisa pertama kali ditulis: 20...